(INI KISAH ZAMAN DULU DIPADUKAN DENGAN ZAMAN SEKARANG YA)
"Emak sama Bapak sudah memutuskan jika kamu akan menikah satu bulan lagi dengan laki-laki pilihan Bapak kamu, Niah," Aku lantas kaget mendengar ucapan Emak yang tidak biasa ini.
"Menikah Mak?" Emak lantas menganggukkan kepalanya.
"Tapi umurku masih kecil Mak, mana mungkin aku menikah di umur segini. Dimana teman-temanku masih bermain dengan yang lainnya sedangkan aku harus menikah?" Ku tatap mata Emak dengan sendu. Jujur saja belum ada di dalam pikiranku untuk menikah apalagi d umur yang masih dikatakan baru remaja ini.
"Kamu itu sudah besar Niah, bahkan kamu saja sudah datang bulan. Makanya Bapak dan Emak memutuskan agar kamu menikah saja. Lagian kamu juga tidak sekolah, jadi tidak ada masalahnya jika kamu menikah sekarang. Menikah nanti pun tidak akan ada bedanya dengan sekarang karena, sama-sama menikah saja akhirnya."
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Indah Yuliana, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
bab 09
ISTRI 13 TAHUN
09
Sekitar jam lima sore semua masakan yang di buat Maimun yang dibantu kedua putrinya akhirnya selesai. Memang cukup lama apalagi pada bagian membuat rendang ayam, disitulah waktu paling lama di butuhkan.
"Emak, boleh nggak aku ambil satu potong daging ayamnya?" izin Suniah sambil menatap terus pada rendam ayam yang tampak menggugah selera.
"Di dalam lemari belakang sudah emak pisahkan untuk kamu dan juga Kasiah dua potong. Ambillah di sana kalau kamu sudah lapar." jawab Maimun.
"Emak apa nggak mapan sekalinya bareng aku sama Kasiah?" tanya Suniah.
"Tidak Niah, lagian tadi emak sama Bapak sudah selesai makan." jawab Emak yang hanya di balas anggukan saja oleh Suniah.
Suniah membawa dua piring nasi yang satu untuknya dan satu lagi untuk Kasiah, sang adik.
"Kasiah, ayo kita makan. Ini sudah aku ambilkan untuk kamu," Suniah menyodorkan sepiring nasi kepada Kasiah yang tengah duduk selonjoran. Mungkin saja karena lelah menolong emak di dapur.
"Terimakasih Niah," jawabnya mengambil nasi yang diberikan Suniah.
"Iya sama-sama."
"Emak sama Bapak apa nggak makan sekalian sama kita, Niah?" tanya Kasiah sambil menyuap nasi ke mulutnya. Kali ini dirinya benar-benar sangat lapar, bayangkan saja sehabis dari pulang pasar dirinya hanya sekali saja makan dari pagi dan itupun hanya beberapa suap saja dan ini kali keduanya dirinya makan begitupun dengan Suniah.
Suniah lantas menggeleng. "Emak sama Bapak tadi sudah makan duluan Kasiah. Mungkin saja saat kita menggoreng ikan tadi," Kasiah hanya ber-oh ria saja.
*****
Waktu terus berlalu tidak terasa malam datang. Suniah dan juga Kasiah memilih menidurkan tubuh mereka di kasur usang yang mereka miliki. Badan mereka memang cukup lelah karena bekerja tiada hentinya.
"SUNIAH, KASIAH AYO SEGERA BERSIAP!!" Kedua gadis itu tersentak, lantas segera keluar dari kamar.
"Ada apa sih Emak, aku ini capek banget Mak pengen tiduran bentar dulu." ucap Suniah setelah keluar dari kamarnya.
Maimun menatap sengit ke-dua anaknya yang bahkan belum juga rapi bahkan tampak sangat kucel seperti belum mandi semingguan.
"Astagfirullah, kalian berdua ini sudah emak ingatkan tadi juga untuk segera bersiap sebelum malam. Tapi lihatlah keadaan kalian saat ini? cepat bersiap sebentar lagi calon suami kamu dan keluarganya akan segera sampai!" Emak menahan kemarahannya karena melihat anaknya itu.
"Iya Emak," jawab Suniah lirih begitupun dengan Kasiah. Kedua gadis itu langsung saja masuk ke kamar mereka mengikuti perintah sang bunda ratu.
"Aku pakai baju apa ya Kasiah? bingung aku mau memilih baju yang harus di pakai malam ini." bingung Suniah melihat-lihat beberapa bajunya yang masih bagus dan layak pakai. Mungkin kalau bagi orang kaya baju itu tidak lagi bagus bagian sudah di buang ke tong sampah.
"Yang ini saja Niah. Masih terlihat bagus dari yang lainnya." Disodorkan baju biru muda dengan dengan motif pita kecil di bagian lehernya oleh Kasiah.
"Ya sudah, terimakasih Kasiah," Kasiah lantas mengangguk singkat.
Di luar Maimun dan juga suaminya sudah duduk dengan santai di lantai beralaskan tikar plastik yang masih terlihat lumayan baru karena di beli satu tahun yang lalu. Maimun memakai baju kurung sedangkan, suaminya memakai baju batik yang di padukan dengan kain sarung.
"Emak, Bapak, kami sudah cantik belum?" Suniah memutar tubuhnya di depan kedua orang tuanya itu. Tidak lupa senyum manis khas dirinya terbit begitu indah.
"Wahhh anak emak emang paling cantik-cantik," puji emak membuat Suniah maupun Kasiah tersipu malu.
"Terimakasih Emak. Emak juga sangat cantik," puji Kasiah balik.
TBC