Gibran harus merelakan kisah cintanya dengan Shofiyah yang telah dia bina selama 8 tahun kandas karena orangtua Shofiyah tak menerima lamarannya dan membuatnya harus menyaksikan pernikahan kekasih yang begitu dicintainya
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Ummu Umar, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Kerinduan Pada ibu
Siang harinya Shofiyah bangun dari tidurnya, handphonenya kembali berdering kali ini panggilan dari Gibran sang pujaan hati.
"Assalamualaikum, dek kamu dimana??
"Aku dikosan dekat kampus , kenapa kak?? tanyanya dengan penasaran.
"kakak akan kemakassar, kamu ada waktu bertemu tidak??
"Boleh, tapi agak sorean yah soalnya kau masih capek karena pindahan".
"Pindahan bagaimana maksudnya dek?? tanya Gibran dengan penasaran.
"Aku pindah rumah kerumah dekat kampus, aku diusir dari rumah nenek karena tante sudah berhasil mengambil rumah nenek jadi untuk menyingkirkan semua orang yah aku diusir". terangku
"Ih jahat sekali, padahal selama ini kamu yang mengurus nenek dan kakek. Terus bagaimana dengan nenek dek??
"Aku membawanya lah kak, nenek menangis histeris waktu aku pergi, jadilah aku membawanya sekalian".
"Baguslah jika seperti itu, terus kamu ngapain sekarang??
"Aku baru bangun karena tadi mengurus makan nenek dan sarapan karena tadi malam hampir jam 3 aku beres-beres rumah karena pindahan'.
"Ya udah kamu share lock ya, aku akan kesana sore nanti karena aku juga masih diperjalanan".
"Oke kakak, jangan lupa singgah makan siang dan hati-hati dijalan".
"Kamu mau dibawahkan apa dek??
"bawain aku jus buah segar aja kalau ada, aku lagi kepengen minuman dingin dan manis".
"Oke dek, kamu keluar dulu makan siang, karena nenek juga akan makan siang kan sekalian minum obat??
"Oh iya aku lupa kak, makasih sudah diingatkan".
"Sama-sama sayang, kakak tutup telponnya yah, assalamualaikum".
"Waalaikum salam kak, hati-hati".
Aku menghela nafas kasar, rasanya badanku sakit semua, aku meregangkan ototku agar tidak kaku kemudian turun dari tempat tidur dan keluar rumah untuk melihat keadaan nenek.
"Tante masih ada disini?? tanyaku dengan kening mengkerut kemudian mengedarkan pandangan ku segala arah.
"iya nak, rumahmu sudah rapi, tadi tante merapikan rumah kamu karena kamu terlihat lelap sekali".
Shofiyah menghela nafas berat karena merasa merepotkan sang tante.
"Maafkan aku ya tante malah merepotkan tante seperti ini".
"Tidak perlu sungkan nak, kamu sudah mengurus nenekmu dengan sangat baik itu lebih dari cukup, apalagi tante ini sibuk dan jarang ada waktu untuk mengurusnya".
"Aku hanya membalas budi atas pengorbanan nenek membesarkan aku dan ketiga saudaraku, ini hanya sebagian kecil dari apa yang beliau lakukan padaku".
"ibumu pasti bangga melihatmu nak, kamu tumbuh menjadi perempuan tangguh dan baik hati serta sabar".
Aku hanya tersenyum mendengar perkataan tanteku, karena jika terlalu larut pasti aku akan menangis kembali.
"Ayahmu ada disini nak, dia ada dikamar Rosyid membantunya mengurus barang-barang dikamarnya".
"Ayahku??, kapan beliau datang?? tanyaku dengan senang.
"satu jam lalu bersama adikmu, Nazwa yang membantu tante mengurus rumah sampai rapi seperti ini. tante juga sudah memasakkan kamu makan siang".
"Makasih tante, maaf merepotkan".
kartini mengelus kepala sang keponakan, dia bersyukur karena kakaknya meninggalkan seorang anak perempuan tangguh dan penuh tanggung jawab sehingga bisa melindungi ketiga saudaranya.
"kamu pergi makan siang dulu, kamu masih ada pekerjaan mencuci pakaian kan??
Shofiyah mengangguk kemudian berjalan ke meja makan yang telah tersedia makan siang dan melahapnya. Dia termenung sejenak merasakan makanan yang dimasak oleh tantenya itu.
Matanya berkaca-kaca merasakan nikmat makanan itu karena rasanya sangat persis dengan buatan ibunya yang selalu dia rindukan.
"Kenapa nak?? tanya kartini melihat keponakannya menahan tangis.
"Aku merindukan ibuku". Shofiyah menundukkan kepalanya karena tiba-tiba perasaan rindu mendera hatinya. Airmatanya tak berhenti menetes karena tak tahan.
"Tidak apa nak, doakan ibumu mendapatkan tempat terbaik disisi Allah nak". Kartini mengelus kepala keponakannya kemudian memeluknya.
Sehebat dan setangguh apapun seorang anak, dia pasti akan merindukan ayah dan ibunya apalagi memang meninggal saat mereka masih kecil dan sangat perlu kasih sayang.
"Kamu yang sabar yah nak, jangan berhenti putus untuk berdoa kepadanya karena kelak doa itu untuk ibumu".
Shofiyah menganggukkan kepalanya karena tidak kuat menahan rindunya.
sang ayah beserta saudaranya menyaksikan sang anak tangguh yang kini telah berlinang airmata. Ayahnya sampai keluar dari rumah karena tidak tahan untuk tidak menangis.
"kamu pasti bahagia dek karena memiliki anak yang hebat seperti anakmu itu". ucap Abdullah meneteskan airmatanya.
Setelah shofiyah lelah menangis, shofiyah menghapus airmatanya kemudian memandang sang adik yang menatapnya dengan mata berkaca-kaca.
"kakak tidak apa-apa jangan terlalu dipikirkan". ucapku menenangkan adikku itu.
Keduanya menghamburkan diri kepelukan sang kakak untuk memberi dukungan, bagi mereka kakak perempuan mereka ini adalah sosok ayah, ibu dan kakak bagi mereka.
"bagaimana keadaan kamu dek, kelihatannya kamu makin kurus setelah kuliah??
"iya kak, aku agak sibuk karena kuliahku mulai banyak tugas".
"Bagaimana leptopnya dek, kamu suka??
"Aku suka banget kak, itu sangat bermanfaat untukku dalam mengerjakan tugas. Makasih sudah dibelikan leptop yah kak". Nazwa memeluk sang kakak dengan sayang.
kakak yang selalu ada bersamanya dalam keadaan apapun dan selalu menyayanginya dengan sepenuh hati.
"Syukurlah kalau kamu suka dek, maaf yah kakak hanya bisa membelikan kamu leptop kecil'.
"Tidak apa-apa kak ini sudah lebih dari cukup untukku, lagian kalau besar repot bawahnya".
"Ya sudah, yang penting kamu suka".
"Kakak aku bagaimana??, aku juga mau punya leptop". cemberut Rosyid mengadu kepada sang kakak.
"Memang mau dipake apa dek??, memang tugas kamu banyak yah??, kan bisa pinjam punya kakak dek".
"nanti kalau kamu kuliah baru kakak belikan kalau ada uangnya".
"Benar ya kak, aku tagih kakak nanti yah".
"iya kapan coba kakak bohong sam kamu??
"Tidak pernah sih".
Kartini sejak tadi menjadi penonton tingkah ketiga keponakannya itu, dia tidak menyangka jika keponakan perempuannya itu memiliki uang cukup, bahkan bisa membelikan leptop dan handphone sang adik ditambah lagi dia membayar kontrakan yang mereka sewa selama setahun dan ini rumah tiga kamar.
""kelihatannya kamu memiliki uang yang lumayan yah nak sampai kamu bisa membayar semuanya".
"Aku berjualan saat nenek masih sehat tante, dan aku juga aktif bekerja setiap hari sekarang karena nenek sudah tidak bisa melakukannya jadi aku tidak berjualan buatan nenek tapi tetap jualan punya orang".
"Kamu bekerja apa nak??, bukannya kamu kuliah??
" Kalau pagi aku mengantar anak sekolah tante , setelah itu pulang bersih-bersih serta membuat makan nenek serta mengurus rumah setelahnya kekampus, disela-sela waktu menunggu kuliah aku menjalankan aplikasi gojek untuk mencari orderan sampai mau masuk kulaih dan sore sampai malam aku mengajar privat".
"Pantas saja uangmu lumayan juga jika bisa kamu tabung setiap bulan".
"Alhamdulillah tante, kebetulan aku juga jarang menggunakannya kecuali yang betul-betul diperlukan saja baru aku keluarkan".
Kartini mengangguk, pantas saja keponakannya ini biasa pulang malam ternyata mengambil les privat. Dia bangga karena diusia muda keponakannya bahkan bisa menghidupi dirinya dan juga membantu biaya sekolah adik-adiknya