Karena latar belakang Shazia, hubungan nya bersama Emran tak direstui oleh orang tua Emran. Tapi adiknya Emran, Shaka, diam-diam jatuh hati pada Shazia.
Suatu hari sebuah fakta terungkap siapa sebenarnya Shazia.
Dengan penyesalan yang amat sangat, orang tua Emran berusaha keras mendekatkan Emran dan Shazia kembali tapi dalam kondisi yang sudah berbeda. Emran sudah menikah dengan wanita pilihan orang tuanya sekaligus teman kerja Shazia. Dan Shaka yang tak pernah pantang menyerah terus berusaha mengambil hati Shazia.
Apakah Shazia akan kembali pada pria yang dicintainya, Emran atau memilih menerima Shaka meski tak cinta?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Annami Shavian, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bertemu Nisa
"Assalamualaikum !!"
Shazia mengucap salam di depan sebuah rumah kontrakan yang tak besar.
Setelah mengulangi sebanyak tiga kali, pintu tersebut akhirnya terbuka. Keluar lah sosok gadis manis berhijab lebar yang kini tampak tercengang dengan arah tatap pada Shazia.
"Shaziaaa !!" pekik gadis tersebut.
Sepertinya gadis tersebut terkejut melihat kedatangan Shazia yang tak disangka dan dalam keadaan basah kuyup.
Shazia menghela nafas lega setelah melihat sosok gadis tersebut. Ia pikir sahabatnya itu sedang tak ada di kontrakan.
Shazia bersyukur tuhan masih berbaik hati padanya. Jika sahabatnya itu tak ada, ia tak tahu harus pergi kemana.
"Assalamualaikum, Nisa !!" ucap Shazia diikuti senyuman lebar pada wanita sebaya dengannya.
Gadis berwajah bulat yang bernama Nisa itu pun membalas salam Shazia dan meminta Shazia untuk segera masuk ke dalam rumah kontrakan nya.
"Nih, ganti dulu pakaian mu. Kalau enggak ganti kamu bisa masuk angin nanti."
Nisa memberikan pakaian miliknya pada Shazia yang tengah menahan rasa dingin. Tubuh nya pun mulai menggigil.
"Ini baju mu, Nisa ?" Tanya Shazia sebelum menerimanya.
"Iya lah baju ku, baju siapa lagi coba. Emangnya ada orang lain yang tinggal disini selain aku? Tapi kamu tenang aja. Ini pakaian baru kok belum pernah ku pakai sama sekali," jelas Nisa.
"Aku pinjam baju sehari-hari kamu aja, Nisa. Jangan yang ini. Sayang kan. Kamu aja belum pernah memakainya, masa aku duluan yang pakai," ujar Shazia yang merasa tak enak. Ia kerap kali merepotkan Nisa, sahabat sekaligus teman kerjanya di sebuah perusahaan.
"Ya Allah, Shazia. Mikir nya gitu amat. Enggak apa-apa kali. Aku mah ikhlas berbagi pakaian sama kamu. Asal kita enggak berbagi pacar atau suami aja, Sha," gurau Nisa diikuti gelak tawanya yang nyaring.
Shazia tersenyum lebar dan geleng-geleng mendengar gurauan Nisa. Hal itu sudah biasa, karena Nisa anaknya suka bergurau. Jadi ya tak pernah diambil hati.
Nisa sendiri merupakan sosok gadis yang ceria, baik dan mudah bergaul. Oleh karenanya, Shazia senang berteman dengan Nisa. Bahkan, Nisa adalah satu-satunya teman terbaik Shazia dan yang paling akrab.
Kedua gadis itu menjalin pertemanan sejak dari tiga tahun yang lalu. Kala itu, Shazia dan Nisa sama-sama melamar pekerjaan di sebuah perusahaan yang sama. Dan dari seratus pelamar, hanya Shazia dan Nisa lah yang beruntung.
Nisa bukan saja sekedar teman kerja atau teman bermain, tapi Nisa juga merupakan tempat Shazia berkeluh kesah. Shazia kerap kali curhat apa saja pada gadis itu, karena Nisa seorang pendengar yang baik dan pemberi solusi yang tepat disetiap masalahnya.
Namun, ada satu hal yang belum Shazia ceritakan pada Nisa, yaitu tentang dirinya memiliki seorang kekasih bernama Emran. Hubungan yang baru terjalin selama dua bulan itu masih menjadi rahasia Shazia sendiri. Nisa tak pernah tahu.
Shazia memang kerap kali curhat apa saja pada Nisa. Tapi kalau masalah kekasih, Shazia belum berani curhat padanya karena sebuah alasan. Oleh karenanya, Nisa mengira Shazia jomblowati abadi sama sepertinya.
"Apa aku cerita kan saja tentang Emran dan keluarganya ke Nisa !!" Shazia membatin ragu.
Di satu sisi, Shazia ingin mencurahkan isi hati dan unek-unek nya. Tapi di lain sisi, jika ia bercerita tentang keluarga Emran, apa itu sama dengan ia mengumbar aib orang lain. Aib orang tua Emran terutama aib tentang akhlak umi Nuria yang tak sesuai dengan gelarnya sebagai istri seorang ustad.
"Hei, bengong mulu."
Kedatangan Nisa mengejutkan Shazia. Gadis itu membawa dua cangkir teh berikut cemilan. Shazia sendiri sudah berganti pakaian.
Shazia tersenyum kikuk.
"Dari tadi diperhatikan melamun terus. Sedang galau ya !!" Nisa tergelak.
Galau ! Shazia menghela nafas pelan. Lalu melirik pada sahabatnya yang selalu tepat menebak perasaannya. Ya, sahabatnya itu benar. Ia sedang galau. Galau tingkat dewa.
"Sedang mikirin apaan sih, Sha? Ayok cerita dong. Yok, yok yok cerita kepadaku....."Nisa menaik turunkan alisnya, menggoda Shazia.
Shazia yang melihat tingkah lucu Nisa pun tak kuasa menahan senyumnya.
"Nah, gitu dong tersenyum. Jangan manyun mulu. Katanya kalau perempuan yang sudah berusia menuju kepala tiga itu harus banyakin senyum tiap hari. Biar apa ? biar awet muda. Emangnya kamu mau usia tiga puluh tahun nanti muka nya kayak nenek-nenek !!"
Shazia geleng-geleng seraya tersenyum mendengar banyolan Nisa. Sahabat nya itu memang paling pinter mengubah mood nya.
"Ehem. Nis !!" ucap Shazia.
Nisa melirik Shazia dengan ekor matanya." Hem..." Lalu menyeruput teh yang sudah mulai hangat.
"Apa kamu pernah jatuh cinta?"
Byuuurrr
Nisa seketika menyemburkan air teh di mulutnya lalu terbatuk.
Shazia terbengong menatap Nisa.
"Kamu ngeledek aku apa gimana ya, sha? tumben amat nanya nya begitu. Mentang-mentang aku ini jomblo abadi." Nisa mengerucut kan bibir. Pura-pura ngambek.
"Ishh, siapa yang meledek kamu sih. Aku tanya serius lho. Kamu pernah enggak jatuh cinta sama seorang laki-laki?"
Nisa melihat ke atas dan tampak membayangkan sesuatu. Lalu menarik nafasnya dalam-dalam sebelum bicara.
"Ya, aku pernah jatuh cinta sama anak laki-laki tetangga ku. Tapi semenjak keluarganya pindah entah kemana lima belas tahun yang lalu, kami enggak pernah ketemu lagi. Aku juga enggak tau wajahnya kayak apa sekarang. Tapi aku yakin dia pasti ganteng."
Shazia manggut-manggut menyimak cerita Nisa.
"Jadi apa itu sebabnya kamu selalu menolak ketika ada laki-laki yang mendekati kamu, Nisa."
Nisa mengangguk dengan mata yang sudah berkaca-kaca.
"Aku mencintai nya, Sha. Hingga kini perasaan ku masih sama enggak pernah berubah untuk nya."
Nisa tergelak membayangkan masa lalu nya dengan anak laki-laki yang ia cintai itu.
"Lucu ya. Aku jatuh cinta saat usia ku baru sembilan tahun. Tapi sayangnya, dia pergi sebelum tahu gimana perasaan ku ke dia.........." Nisa terus bercerita kisah masa lalunya, membuat Shazia ikut terhanyut pada kisahnya. Sampai ia lupa tujuan utama nya menanyakan apakah sahabatnya itu pernah jatuh cinta.
Hingga menjelang sore, Shazia memutuskan pamit pada Nisa. Ia teringat sang ibu yang pasti sedang menunggu kepulangan nya dengan khawatir.
Dan benar saja, Aliyah, ibunda Shazia wara wiri di teras depan dengan perasaan cemas. Namun, wajah cemas itu seketika menghilang saat melihat kedatangan Shazia. Putri satu-satunya yang amat sangat disayanginya.
Shazia tersenyum lalu menyalimi tangan Aliyah dengan takjim. Tak hanya menyalimi, Shazia pun mencium pipi kanan kiri sang ibu yang masih tampak awet muda dan cantik meski sudah berusia empat puluh lima tahun.
Kata orang-orang, Aliyah dan Shazia memiliki wajah yang sangat mirip. Ibarat kata, Shazia seperti foto copian Aliyah pada masa mudanya. Bahkan mereka terlihat seperti kakak dan adik. Bukan ibu dan anak.
"Gimana dengan keluarga nak Emran, sayang? Apa mereka baik dan menerima mu?"
Deg. Jantung Shazia berdentam hebat mendengar pertanyaan sang ibu. Ya Allah....apa yang harus ia katakan padanya ???