NovelToon NovelToon
Suamiku Kau Rebut, Kudapatkan Papamu

Suamiku Kau Rebut, Kudapatkan Papamu

Status: tamat
Genre:Tamat / Duda / Selingkuh
Popularitas:304.8k
Nilai: 4.9
Nama Author: Hasna_Ramarta

Sebuah kisah tentang seorang istri yang dikhianati suami juga sahabat baiknya sendiri. Yuk mampir biar karya ini ramai kayak pasar global.

Karya ini merupakan karya Author di akun lain, yang gagal retensi. Dan kini Author alihkan di akun Hasna_Ramarta. Jadi, jika kalian pernah membaca dan merasa kisahnya sama, mungkin itu karya saya.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Hasna_Ramarta, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 2 Membuntuti Mobil Bima

    Mobil Bima meluncur dengan kecepatan sedang. Kurang lebih satu kilo meter jarak tempuh, mobil Bima tiba-tiba belok ke kiri menuju sebuah jalan pemukiman penduduk yang tidak asing bagi Sauza.

    "Mau apa Mas Bima belok ke sini?" batin Sauza bertanya penasaran.

    "Neng, apakah kita ikuti saja mobil itu?"

    "Ikuti saja Pak," titah Sauza sembari tubuhnya mendongak melihat ke arah depan. Mobil Bima berjalan perlahan, sebab dari arah berlawanan ada mobil lain yang akan lewat juga. Berhubung ini jalan ke sebuah kampung, otomatis jalannya hanya muat untuk dua mobil saja, itupun saat bertemu, salah satu mobil harus berhenti dan menepi dahulu.

    Mobil Bima terus melaju masuk ke jalan itu. Sauza tahu jalan ini merupakan jalan menuju rumah salah satu sahabat dekatnya, yaitu Mira. Bukan rumah Mira sebetulnya, melainkan rumah neneknya. Sejak mamanya Mira meninggal, Mira lebih memilih tinggal dengan sang nenek dari pihak mamanya.

    Sauza jadi kangen dengan Mira, seandainya saat ini dia sedang tidak ada misi mengikuti Bima, suaminya, ingin rasanya mampir saja ke rumah Mira dan bercengkrama dengannya.

    "Rindu rasanya dengan Mira, sudah enam bulan kita tidak bertemu. Tapi, Mira kan wanita karir, sibuk bekerja sih," batin Sauza sembari mengingat kebersamaannya dengan Mira dulu.

    "Neng, mobil itu sudah berbalik arah lagi. Itu lihat di depan." Suara Pak Supir cukup mengagetkan Sauza, sayang sekali dia tadi terlalu larut dalam lamunan saat mengenang kebersamaannya dengan Mira, sampai dia lupa tengah mengamati Bima.

    "Aduh, Pak, bagaimana ini?" Sauza kalang kabut sendiri. Untung saja dia duduk di jok tengah sehingga tidak perlu menunduk untuk menghindari Bima. Buru-buru Sauza meraih kaca mata hitam dan maskernya dari dalam tas lalu segera memakainya. Sauza kini bisa leluasa menatap keluar jendela kaca mobil tanpa takut dikenali Bima.

    Tepat saat mobil bertemu, grab yang ditumpangi Sauza mengalah dan menepi. Sauza sekilas melihat ke dalam mobil Bima, di sana Bima sudah tidak sendiri lagi, melainkan berdua dengan seorang perempuan yang usianya sekitar 24 sampai 25, tidak jauh darinya. Namun sayang, perempuan di dalam mobil Bima itu memakai masker dan kaca mata hitam juga.

    Siapa dia? Sayang sekali perempuan itu memakai masker dan kaca mata hitam, sama seperti dirinya yang kini memakai kedua benda itu untuk menyamarkan dirinya dari Bima, sang suami.

    Pikiran buruk mulai muncul di kepala Sauza. Jantungnya mendadak berdebar kencang tak karuan, dan tubuhnya seakan lemas. Padahal Sauza belum tahu siapa perempuan di dalam mobil bersama suaminya tadi.

    "Putar balik, Pak. Tetap ikuti mobil tadi," pinta Sauza lemah. Pak Supir setengah abad itu nampak prihatin, sepertinya dia memahami gelagat Sauza yang saat ini sedang mengintai suaminya.

    "Mobil tadi berhenti sebentar di sini dan putar balik di sini." Pak Supir memberitahu tanpa diminta.

    "Lalu?" Sauza penasaran.

    "Ada seorang perempuan sebaya dengan Eneng masuk ke dalam mobil, dia menggunakan masker dan kaca mata hitam," ujar Supir itu lagi.

    "Apa? Putar balik, Pak. Jangan sampai tertinggal. Saya harus mengikuti mobil itu. Kalaupun jaraknya jauh, ikuti saja. Saya akan bayar ongkosnya." Sauza memberi perintah dengan nada risau.

    Supir itu segera putar balik sama persis seperti mobil yang Bima jalankan tadi. Sauza menatap tajam ke arah sebrang rumah di bahu kanan jalan, yang merupakan rumah neneknya Mira, di mana Mira tinggal.

    "Apakah perempuan tadi Mira?" tanyanya dalam hati yang tiba-tiba sedih. Mata Sauza mulai berkaca-kaca. Bagaimana tidak, setelah penemuannya tadi dengan sebuah struk pembayaran penginapan hotel, kini dia menemukan fakta bahwa Bima telah menjemput seorang perempuan yang diduga seumuran dengannya tepat di depan rumah nenek sahabatnya.

    Meskipun perempuan yang dilihatnya belum jelas siapa-siapanya, hati Sauza cukup sedih dan terluka. Terlebih gelagat Bima bulan-bulan ini memang berbeda, tidak sehangat dulu.

    "Tenang, Neng. Saya akan ikuti mobil itu dengan jarak aman dan tidak mencurigakan," balas Pak Supir sambil fokus dengan kemudinya dan tetap tujuannya adalah mobil Bima di depannya.

    "Iya, Pak terimakasih."

    Sauza mengarahkan pandangannya ke depan, tapi kabur karena bulir bening itu mulai keluar dan menetes. Sesekali ia mengusap bulir itu di pipinya dengan ujung kardigan.

    Dua bulan yang lalu, Sauza teringat kembali pertengkarannya dengan sang suami, disaksikan mama mertuanya, Bu Jeny.

    "Aku hanya ingin anak, apakah aku salah? Kamu ini sepertinya mandul dan tidak bisa memberikan aku anak. Buktinya ...." Kalimat kemarahan Bima yang terputus itu menimbulkan pertanyaan dalam benak Sauza. Dia merasa ganjil dengan kalimat buktinya. Sauza menduga, Bima menuduhnya mandul, sedangkan dirinya sempat diperiksa ke Dokter kandungan bahwa rahimnya bagus dan produktif. Bahkan saat itu Bima yang mengantar ke Dokter.

    "Aku tidak mandul, Mas. Bukankah kita berdua pernah diperiksa dan Dokter yang memeriksa kita, bilang bahwa kita sehat? Itu artinya aku tidak mandul. Mungkin saja belum saatnya kita diberi kepercayaan. Toh pernikahan kita juga baru akan berjalan tiga tahun, itu bukan waktu yang harus ditakutkan. Sebab masih banyak perempuan lain yang menantikan momongan sementara pernikahan mereka lebih lama dari kita," sergah Sauza kala itu dengan air mata yang berlinang.

    Pertengkarannya berakhir, kala mamanya Bima menengahi. Bima memilih pergi kala itu untuk menghindari Sauza, bukan meminta maaf atau meraih hatinya supaya jangan bersedih. Gelagat seperti itu, awal mula keraguan di dalam hati Sauza terhadap suaminya. Sebab sikap Bima, sejak itu mulai berubah.

    Dua jam perjalanan, akhirnya mobil Bima tiba di sebuah hotel. Hotel yang sama yang tertera di struk pembayaran yang Sauza temukan tadi di ranjang. Mata Sauza menatap tajam ke dalam halaman hotel ternama itu. Jantung Sauza kembali berdebar, tubuhnya seakan lemas. Tapi dia harus menguatkan hati, sebab hari ini juga jika benar dugaannya, maka Sauza harus meminta penjelasan dari Bima.

    Mobil Bima mulai parkir.

    "Neng, apakah mobilnya dimasukkan saja?" Supir itu bertanya menyentak Sauza yang tengah fokus ke dalam halaman hotel.

    "Iya, Pak, masuk. Tapi tunggu penumpang di dalam mobil itu keluar." Pak Supir mengangguk patuh.

    Beberapa saat kemudian, pintu mobil itu mulai terbuka. Bima keluar duluan, lalu memutar tubuhnya ke depan mobil dan membuka pintu kiri mobil. Dengan perlahan tapi pasti seseorang dari pintu itu keluar, tangannya disambut Bima dengan mesra. Hati Sauza mulai panas, jantungnya berdetak kencang dan air matanya mulai turun.

    Terdengar isak tangis, tapi mata Sauza tetap fokus pada mobil Bima yang kini mulai ditutup kembali pintunya. "Apakah perempuan itu Mira, kalau iya, kenapa dia begitu tega?"

    "Yang kuat Neng, walau saya tidak tahu masalahnya apa. Tapi disaat begini Eneng harus berusaha kuat, apalagi kalau Eneng mau menghampirinya. Apakah Eneng mau menghampiri atau tidak jadi?" Pak Supir merasa iba, dia hanya bisa memberikan kata-kata yang bisa menguatkan Sauza, sebab ia pun sama memiliki anak perempuan, jika hal yang sama terjadi pada anak perempuannya, tentu saja ia pun akan bersedih.

    "Masuk, Pak. Saya akan berusaha kuat," titah Sauza yang segera dipatuhi Pak Supir. Sebelum Bima dan perempuan itu memasuki ruang resepsionis, Sauza segera turun dari grab dan berlari mencegat Bima dan perempuan yang bersama Bima.

    "Oh, jadi ini yang kamu bilang keluar kota itu?" cetus Sauza sembari menarik masker dan kaca mata perempuan itu secara bersamaan. Bima dan perempuan itu terkejut bukan main.

    Sauza pun tidak kalah terkejutnya, saat ia melihat dengan jelas siapa sesungguhnya perempuan yang digandeng mesra oleh Bima, suaminya.

    "Kamu?" Sauza membelalakkan matanya hampir keluar.

1
Mrs.Riozelino Fernandez
sudah sering dengar Kenzi...
Kenza baru kali ini...👍
Nasir: Jangan lupa nanti pantengi terus kisah2 dr sy ya.
Nasir: Wkwkkwk... benar ya Kak...
total 2 replies
Sunaryati
Terima kasih happy ending
Nasir: Makasih byk ya Kak atas kesetiannya. Kira2 Kakak msh mau baca karya sy gak? Pantengin ya trs karya sy. Sy Insya Allah akan bikin karya baru, tp sad ending. Gmn mau gak?
total 1 replies
Sunaryati
Apa Mira tahu jika Sauza dan Suaminya akan ke Australia kok juga sudah tiba fi bandara. Jangan sampai Mira berniat mencelakai Sauza lagi
Nasir: Nggak tahu. Mereka bertemu hanya di mall.
total 1 replies
Sunaryati
Selamat Pak Kendra dan Sauza, kalian akan memiliki anak Semoga sehat ibu dan bayinya sampai lahir nanti
Nasir: Trmksh dukungannya 🥰🥰🥰🥰
total 1 replies
Etty Rohaeti
selamat akhir hamil juga
bahagia terus
Nasir: 🥰🥰🥰🥰🥰🥰
total 1 replies
Mrs.Riozelino Fernandez
akhirnya...
selamat ya pak Kendra dan Sauza
Nasir: 🥰🥰🥰🥰🥰
total 1 replies
Irni Yusnita
lebih suka abdi negara yang sikap dingin dan tegas
Serenarara: Ubur-ubur makan sayur lodeh
Minum sirup campur selasih
Coba baca novel Poppen deh
Dah gitu aja, terimakasih. /Joyful/
Nasir: Tungguin ya.
total 2 replies
Raden Roro Natasya
yang terbaik menurut author tapi masih logika aja thor
Nasir: Makasih byk Kak atas dukungannya..
Raden Roro Natasya: boleh banget, di tunggu kisah baru nya
total 3 replies
Sunaryati
Ikuti katah hati Author saja.
Selamat kalian telah hidup damai pak Kendra dan Sauza
Nasir: Jangan lupa mampir ya Kak...
total 1 replies
Riana Utami
karena sifat iri dengki akhirnya jadi gembel
Riana Utami
jadi siburuk rupa yaa jadinya 🤦🤦
Riana Utami
ternyata benar dugaan ku kalo Mira cuma anak pungut 😜😜
pantesan kelakuan nya👊👊
Nasir: 🥰🥰🥰🥰🥰
total 1 replies
Riana Utami
karena kamu anak pungut 😜😜😜
Sunaryati
Segera sadar dan taubat Mira pasti Pak Kendra dan Saudara masih menerima kamu, jika kamu sudah benar-benar berubah baik. Segera hamil Sauza.
Nifatul Masruro Hikari Masaru
wah siapa ya
Mrs.Riozelino Fernandez
luar binasa karma mu Mira 🤣🤣🤣🤣
Mrs.Riozelino Fernandez: semangat² kk Thor ..
boleh disaat seperti ini hadirkan keajaiban seorang janin di rahim Sauza...
bukti bahwa Sauza tidak mandul dan pak Kendra bisa punya keturunan.
Nasir: Kak, tolong beri semangat saya. Haduhhhh sy sedang kehilangan ide.
total 2 replies
Sunaryati
Setelah mengetahui jati dirinya seharusnya bersyukur dan berterima kasi , mslah merutuki diri
Suharni Mardono
kenapa ngga seru gini,,
Nasir: Hehhehe.... maaf, Author gak bisa bikin pembaca seru.
total 1 replies
awesome moment
bnr2 g sadar diri
Raden Roro Natasya
nah kan bener kata karyawan Kendra...rasain kamu Mira
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!