Leana seorang aktris yang baru saja terjun ke dunia hiburan tiba-tiba didorong ke dalam laut. Bukannya mati, Leana justru masuk ke dalam sebuah novel yang di mana ia menjadi tokoh pendukung yang lemah. Tokoh itu juga memiliki nama yang sama dengannya
Leana menjadi salah satu simpanan tokoh utama yang telah beristri. Namun tokoh utama pria hanya menganggap ia sebagai alat pemuas hasrat saja. Dan terlebih lagi, di akhir cerita ia akan mati dengan mengenaskan.
Merasa hidup sudah di ujung tanduk, Leana berusaha mengubah nasib tokohnya agar tidak menjadi wanita simpanan yang bodoh dan tidak mati mengenaskan. Di sisi lain Leana juga harus mencari cara agar keluar dari dunia novel ini.
Akankah Leana mampu melepaskan diri dari tuannya yang terkenal kejam itu? Dan bagaimana caranya agar Leana mampu kembali ke dunia asalnya?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Rembulan Pagi, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Menghancurkan Jarak
"Berhenti memaksa..." lirih Leana pada ketidaksadarannya. Gadis itu merasa cukup lelah. Kini mata indah itu mulai memerah. "Kuharap dengan aku melakukan ini kau berhenti."
"Apa yang kau harapkan Leana?" tanya Dalton membelai lembut kepala gadis di depannya.
"Ketenangan. Tidakkah kau tahu itu? Kau tidak akan pernah tahu. Dari awal hidupmu telah tersusun dengan baik. Kau tidak tahu apakah orang di depanmu terluka atau tidak. Yang kau lakukan adalah demi kepuasan dirimu sendiri."
"Kau mengajariku?"
"Benar, aku mengajarimu malam ini dan detik ini aku berniat mengajarimu."
Dalton menarik sudut bibirnya. Kelihatannya ini mulai menarik. Sebuah percakapan dengan seseorang yang bukan apa-apa terasa sangat menarik. Pria itu bisa tersenyum lepas sembari menatap mata sayu Leana.
"Apa yang ingin kau ajari?"
"Cara menghargai dan cinta."
Sejenak Dalton terdiam. Matanya menelusuri wajah gadis di depannya. Kepalanya bertanya-tanya, apa itu cinta baginya? Sebuah nafsu yang harus dilepas? Atau sesuatu yang harus dimiliki? Benar, perihal cinta Dalton tidak mengerti.
"Apa itu cinta?" Dalton bertanya menatap lekat mata Leana.
Leana membuang muka. Gadis itu menatap sayu lampu kamar yang tergantung di plafon.
"Aku juga tidak tahu cinta. Bahkan aku tidak pernah jatuh cinta." Seumur hidup, perceraian yang dilakukan oleh orang tua Leana membuatnya enggan untuk mengenal cinta.
"Bukankah kau mencintai istrimu?" Leana bertanya kepada Dalton.
"Benar, aku mencintai istriku."
"Lalu mengapa kau masih bertanya soal cinta?"
Pertanyaan itu membuat Dalton mati kutu. Apa sebenarnya itu cinta? Sudah kah dirinya merasakan cinta?
"Lihatlah kau diam sama. Bahkan kau meragukan dirimu sendiri," sahut Leana yang merasa kesal. Bukan apa, Leana sebagai pembaca novel sampai akhir geram melihat Dalton yang begitu obsesi.
Sekarang Leana mengganti cara. Jika tidak bisa melepaskan diri dari Dalton, Leana harus membuat Dalton belajar mencintai dan menghargai kepada orang lain. Terlebih lagi, Leana ingin membuat Dalton tunduk padanya.
Leana berkeinginan menjadi pengaruh yang besar dalam cerita ini. Ia tidak ingin mati mengenaskan seperti pada cerita aslinya. Leana ingin kembali ke dunianya.
"Tidurlah," ucap Dalton menarik selimut, menutupi tubuh Leana yang setengah telanjang.
Untuk malam itu, mereka berdua hanya diam memikirkan arti cinta. Tanpa sadar keduanya terlelap. Dalton yang masih erat memeluk Leana, dan Leana yang tidak bisa lepas dari cengkraman pria itu.
Keseokan harinya Dalton lebih dahulu bangun. Pria itu menemukan pemandangan yang cantik. Leana begitu cantik. Tanpa sadar pria ini memandangi Leana dengan begitu lama. Ada sebenarnya? Dalton adalah pria yang sudah beristri, tetapi mengapa dirinya harus memuji perempuan lain? Mengetahui keanehan itu membuat Dalton terperanjat dan segera berdiri dari tempat tidur.
"Bukankah ini aneh? Kau yang bukan apa-apa selalu menarik perhatianku."
Pergerakan Dalton membuat Leana terbangun. Gadis itu menguap pelan dan mengerjapkan matanya. Pemandangan pertama yang gadis itu lihat adalah Dalton tanpa mengenakan pakaian atas. Rambut pria yang berantakan itu membuat wajah pria itu tambah memesona.
"Kau memperhatikanku?" tanya Dalton yang membuat Leana dengan cepat membuang muka. Dalton tertawa dan mendekat ke arah Leana kemudian menarik tubuh mungil itu ke dalam dekapannya.
"Apa yang kau lakukan!" cetus Leana yang berusaha lepas dari pelukan Dalton.
"Memelukmu," ucap Dalton sembari menelusuri leher jenjang Leana.
Dalton sadar jika dirinya dikuasai nafsu. Dalton sadar jika Leana mampu membangkitkan nafsunya. Namun Dalton tahu bahwa tindakannya ini bejat. Bukankah dia sering melakukan ini? Anastasia juga sudah ia dapatkan, sekarang giliran Leana.
Sudah semalaman Dalton memikirkannya. Ia ingin mencoba Leana sekali lagi untuk menemukan tidak menariknya dan kebosanan terhadap Leana. Hasrat itu harus dilepas dengan buas agar mampu merasakan kepuasan hingga kemudian bosan.
Siap dengan pemikirannya, tangan Dalton masuk ke dalam selimut dan menelusuri pucuk kedua bukit indah itu. Leana melenguh ketika Dalton berhasil menyentuh titik sensitifnya.
Leana menggigit bibirnya ketika Dalton memasukkan jari itu ke dalam milik Leana. Sensasi luar biasa selalu didapatkan ketika bersama Dalton. Leana tahu ini salah, tetapi dirinya tidak bisa mudah lepas. Jika dirinya mengubah, akan ada sesuatu yang bahaya.
Dalam sorot mata Leana menjelaskan bahwa ia enggan melakukan ini. Sesuatu menyentuh hati Dalton hingga membuat pria itu menghentikan permainannya.
"Selesai. Aku harus bekerja," guman Dalton melepaskan Leana. Dalton berdiri dan berjalan ke arah kamar mandi.
Leana menarik selimut, berusaha menutupi tubuhnya. "Bagaimana dengan istrimu? Dia sudah dijenguk?"
Benar, hari ini orang tua Anastasia akan menjenguk putri kesayangannya itu. Dan Dalton sebisa mungkin harus datang juga.
"Aku akan menjenguknya setelah ini."
Sekilas Leana tersenyum. Pikirnya ia sudah berhasil menarik Dalton dan menguasai sedikit. Sedikit hal ini sudah cukup untuk membuat perubahan agar dirinya tidak mati. Setidaknya Leana harus kembali pulang. Urusan Leana dalam novel harus diurus oleh Leana asli.
"Pekerjaan untukku?"
"Bersihkan paviliun."
......................
Buku demi buku Bastian susun rapi di dalam kamarnya. Banyak buku yang sudah ia pindahkan dari perpustakaan rumah ke dalam kamar. Laki-laki itu berniat mendekorasi kamarnya agar tidak terlihat seperti kamar anak nakal.
"Sepertinya ini bagus," gumam Bastian.
Laki-laki itu membersihkan kamar tanpa bantuan siapapun. Aktivitas itu kemudian terhenti setelah mendengar dering telpon dari telepon lama. Dengan cepat, Bastian menyambar teleponnya.
"Halo?"
"Halo. Ternyata di titik ini ada dua orang ya. Bagaimana bisa?"
"Siapa kau? Aku tida mengerti ucapanmu. Jika kau dari tempat lain, tunjukkan aku jalan pulang!"
"Kau harus mencari cara agar keluar. Tidak ada yang bisa keluar tanpa kemauan dirimu sendiri. Kau harus mencari tempatnya."
"Kau berulang me--"
Tit....
Telepon itu kembali dimatikan sepihak. Bastian merasa frustasi. Bastian juga berasal dari tempat lain dan dirinya ingin segera pulang. Tapi di mana tempatnya? Bertahun-tahun dirinya di sini tetapi tidak kunjung menemukan petunjuk.
"Apakah Leana juga kuncinya?"
Bastian menghembuskan nafas, sungguh kebingungan menyelimutinya. Bagaimanapun Bastian harus secepat mungkin keluar. Banyak hal yang harus dia urus di dunia nyatanya.
Dari arah jendela, Bastian melihat Leana yang berjalan menuju arah paviliun. Sebenarnya ada rasa ketidakpercayaan dan ketakutan untuk membagi rahasia ini kepada Leana. Namun Leana juga bagian dai dunia lain, Bastian juga harus melakukan itu.
Di sisi lain perang batin terjadi, Bastian takut jika langkahnya ini akan menyebabkan kehancuran. Lagipula perannya di sini tidak merugikan dirinya sendiri.
"Aku dalam dilema."
Merasa harus diselesaikan dengan cepat, Bastian memilih sebuah keputusan. Bastian harus bekerja sama dengan Leana. Laki-laki itu keluar dari kamar secepat kilat hingga menabrak pelayan yang sedang bekerja.
"Maaf," ucap Bastian yang lanjut berlari.
Kini Leana terlihat jauh. Bastian masih dengan cepat berlari.
"LEANA!" panggil Bastian yang suaranya begitu besar.
Leana menoleh, gadis itu tersenyum. Akhirnya, semua berjalan dengan baik.
aq mampir,Thor. Bahasanya baku dan mudah dipahami😊