"Kamu tidak perlu tahu bagaimana luka ku, rasa ku tetap milik mu, dan mencintai tanpa pernah bisa memiliki, itu benar adanya🥀"_Raina Alexandra.
Raina yatim piatu, mencintai seorang dengan teramat hebat. Namun, takdir selalu membawanya dalam kemalangan. Sehingga, nyaris tak pernah merasa bisa menikmati hidupnya.
Impian sederhananya memiliki keluarga kecil yang bahagia, juga dengan mudah patah, saat dirinya harus terpaksa menikah dengan orang yang tak pernah di kenal olehnya.
Dan kenyataan yang lebih menyakitkan, ternyata dia menikahi kakak dari kekasihnya, sehingga membuatnya di benci dengan hebat. padahal, dia tidak pernah bisa berhenti untuk mencintai kekasihnya, Brian Dominick.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon mawar jingga, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
pipi merah?
Kedua kakinya segera beranjak meninggalkan ranjang, masih sedikit merasa tidak nyaman pada tubuhnya, Raina segera masuk ke kamar mandi dengan segera, dia sempat melirik jam dinding, sebelum akhirnya masuk kedalam kamar mandi, jam menunjukan pukul empat lewat tiga puluh sembilan pagi, hari ini adalah hari penting untuknya, dia sudah selesai mengikuti pendidikan sarjananya.
"mungkin berendam sebentar akan membuat tubuh ku sedikit membaik." batin Raina dengan segera menambahkan air hangat di sana. Dia juga menambahkan aroma teh kesukaannya. Setelah di rasa cukup, Raina segera beranjak, memakai jubah mandinya.
Ingatannya segera memutar pelan, saat kedua matanya menatap Bara yang masih tertidur dengan pulas di sana, seperti ada yang hilang dari dalam dirinya. Raina mencoba menghibur hatinya," gak papa Raina, kamu tidak bersalah, dia itu memang suami mu, itu adalah sebuah hal yang wajar." batin Raina dengan membuang nafasnya pelan, dia mencoba menguatkan hatinya, yang masih belum bisa menerima kenyataan, bahwa dia saat ini sudah menjadi istri orang lain.
Walaupun, semalam dia telah memberikan pembuktian, bahwa dia bukan wanita murahan, seperti yang di tuduhkan oleh ibu Bara saat itu.
Kedua kakinya segera melangkah meninggalkan kamar, setelah Raina tinggal bersama Bara, Raina meminta kepada Bara untuk tidak lagi mempekerjakan orang lain, apa lagi, Raina selama ini tidak di perbolehkan bekerja. Jadi, Raina meminta kepada Bara untuk mengurus isi apartemen mereka sendiri. Dan Bara setuju saja, menurut Bara itu bukan hal buruk, lagi pula, Raina sendiri yang meminta.
"ada apa?" tanya Bara ketika itu, membuat Raina terkejut dari lamunannya.
"tidak ada, buk Siti hari ini gak datang?" tanya Raina pelan.
"dia izin, pulang kampung." jawab Bara cepat.
"entah juga sampai kapan, katanya dia tidak bisa mengatakan, karena ibunya di kampung sakit parah." sambungnya lagi.
"kalau begitu, biar aku yang urus semua yang ada di sini boleh?" tanya Raina dengan ragu, Ah Raina menyesal bertanya tentang hal itu sebenarnya, karena wajah Bara segera menunjukan reaksi yang tidak suka.
"terserah saja, yang penting aku tidak pernah meminta mu untuk melakukannya, aku hanya meminta mu menjadi istriku." ucap Bara lagi, dan seketika Raina menghembuskan nafasnya dengan lega.
Dan sejak saat itu, Raina selalu melakukan aktivitas di apartemen itu dengan suka cita, dia menyapu, memasak, mencuci pakaian, hingga mengepel, membersihkan halaman, semua hal dia kerjakan.
Raina merasa senang, karena dia terbiasa menghabiskan waktunya dengan bekerja, akan aneh saja, saat tubuhnya tidak melakukan apapun, dan itu pernah di rasakan olehnya selama tiga hari, tidak melakukan apapun, justru membuat tubuh Raina merasa pegal-pegal tidak jelas.
Dengan pelan, isi apartemen itu mulai berubah, dari warna dapur yang dulu hanya berwarna putih, kini berubah menjadi warna hijau segar, karena Raina memberi sentuhan warna hijau menggunakan stiker dinding. Dari sudut ruang tamu, dia juga mengubah beberapa posisi, lemari yang tadinya berada di sebelah kanan, dia rubah menjadi menyudut, sehingga membuat ruangan itu lebih terlihat lebar dan rapih.
Raina juga menambahkan taman hidup di setiap sudut ruangan, sehingga membuat ruangan itu terkesan segar, dan juga sangat sedap di pandang mata.
Pagi harinya, Raina sudah menyiapkan sarapan untuk keduanya beraktivitas, saat Bara tidak ke kampus, atau dia ada kegiatan di kantornya, Raina akan membawakan bekal siang untuknya. Dan anehnya, Bara setuju untuk membawanya, padahal dia sama sekali tidak pernah.
Saat Bara akan ke kampus, hanya Raina yang membawa bekal, dan kemudian keduanya akan makan siang bersama.
"bikin apa hari ini?" tanya Bara pelan, dia bahkan sudah duduk di meja makan, Raina yang sedang melamun tampak terkejut, sehingga spatula yang ada di tangan kanannya terjatuh ke lantai.
"prang!"
"astaga," ucap Raina dengan pelan.
"melamun pagi-pagi, ada apa?" tanya Bara dengan segera menghampiri.
"tidak, bukan apa-apa, " jawab Raina dengan tergesa.
Entah mengapa, Raina menjadi salah tingkah saat Bara tiba-tiba berada di dekatnya. Padahal, keduanya selama ini biasa bersama.
"kamu kenapa?"
"pipi mu merah?"
"kamu malu dengan ku?" tanya Bara dengan tertawa renyah, biasanya Raina akan galak di pagi hari, hanya karena dia tidak menghabiskan segelas air putih miliknya, dia bisa mengoceh hingga malam.
Tapi ini apa, kenapa dia mendadak menjadi pendiam. Hal itu membuat Bara merasa sungguh aneh.
"kalau tahu begitu, harusnya dari dulu aku meminta kepada mu untuk memeluk ku hingga lagi." ucap Bara dengan pelan di telinga Raina. Seketika, Raina membulatkan matanya dengan sempurna, dengan cepat Raina meninggalkan Bara yang masih tersenyum dengan menggelengkan kepalanya.
"hei ke mana?"
"sarapan ku belum siap," teriak Bara dengan tertawa, sedangkan Raina mengutuk kebodohan dirinya sendiri.