Almira Sadika, terpaksa harus memenuhi permintaan kakak perempuannya untuk menjadi madunya, istri kedua untuk suaminya karena satu alasan yang tak bisa Almira untuk menolaknya.
Bagaimana perjalanan kisah Rumah tangga yang akan dijalani Almira kedepannya? Yuk, ikuti terus kisahnya hanya di sini.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Mommy Shine, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 05
Usai acara sarapan yang penuh dengan drama itu.. Mama Siska, Cassandra, serta Almira turut mengantar suami masing-masing.. Ah tidak, ralat. Mama Siska mengantar Papa Steven, Cassandra serta Almira mengantar Sebastian. Almira terpaksa ikut turut serta dikarenakan paksaan dari Cassandra, dengan ketiga para istri yang hanya mengantarkan sampai depan pintu saja.
Sebastian yang memang terbiasa memeluk, mencium pipi serta kening Cassandra sebelum berangkat bekerja, untuk pertama kali keduanya diserang rasa canggung akan kehadiran Almira kali ini.
Jika dulu, keduanya akan merasa dunia seakan milik berdua, entah itu ada Almira atau siapapun yang berada di tempat yang sama dengan mereka. Namun berbeda dengan keadaan sekarang ini, keduanya benar-benar merasa canggung saat akan melakukan ritual rutin mereka, dan itu karena keberadaan Almira yang dengan statusnya yang sekarang yang tak lagi sama dengan statusnya yang dulu ditengah-tengah mereka berdua.
Almira yang menyadari akan adanya kecanggungan itu, segera memutar otak. "Astaga..!! Mengapa aku sampai lupa!" ucapnya seraya menepuk jidatnya sendiri. "Kak Sandra, Kak Tian, Paman, dan... Bibi, Al ke dalam dulu, ada yang kelupaan."
Akan tetapi Cassandra yang mengerti jika itu hanyalah alasan dari Almira, segera memberi isyarat pada Sebastian agar mencegah kepergian Almira. Sebenarnya Sebastian juga mengerti jika itu hanyalah sebuah alasan yang Almira buat agar dapat menghindar dari situasi saat ini. Tapi dirinya berpura-pura tak mengerti dan membiarkannya. Tapi apa dayanya, sang istri telah memberi perintah yang harus mau tidak mau harus menurutinya. Sebastian segera meraih pergelangan tangan Almira dan menariknya hingga tak sengaja menabrak dada bidangnya.
"Apa yang Kak Tian__" Almira yang ingin protes seketika jadi terdiam ketika tiba-tiba sebuah benda kenyal nan hangat mendarat di keningnya. Ya, Sebastian juga mencium kening Almira. Walau singkat, tapi itu telah berhasil membuat Almira membeku di tempat.
"Aku berangkat," selepas mengucapkan hal tersebut Sebastian segera pergi meninggalkan semua orang tanpa berniat kembali menoleh.
Almira yang terpaku akhirnya tersadar ketika tangan Cassandra menyentuh lengannya. Setelah para suami telah pergi, Cassandra berniat ingin mengajak Almira ke kamarnya. Akan tetapi diurungkannya ketika mendengar suara dari mama Siska. "Kau ingin kemana, Almira?!" serunya.
"Sandra ingin mengajak Almira ke__"
"Apa namamu, Almira?" Tanya mama Siska ketus, yang langsung dijawab gelengan oleh Cassandra. "Lalu mengapa Kau yang menjawab!" tegurnya.
"Ada apa, Bibi?" Tanya Almira.
"Kau ada pekerjaan lain?" Tanya mama Siska sembari menatap Almira dengan tatapan tak sukanya.
"Tidak, Bibi. Memangnya kenapa?" Ucap Almira.
"Bagus, bereskan semua piring kotor itu..," tunjuk mama Siska ke arah meja makan. "Lalu cuci," sambungnya. Usai mengatakan apa yang ingin dikatakannya, mama Siska langsung pergi begitu saja tanpa peduli akan respon apa yang akan diberikan oleh kedua menantunya itu. Tidak, hanya satu menantunya, yaitu Cassandra, sementara yang lainnya hanya menantu tak dianggap.
Cassandra menatap kepergian mama Siska dengan rasa tak percaya jika mama mertuanya akan memperlakukan adiknya seperti itu.
Sementara Almira, dia langsung berjalan ke arah meja makan untuk membersihkan semua piring kotor yang ada di sana.
"Kakak mau apa?!" Seru Almira saat melihat Cassandra yang berjalan mendekat ke arahnya.
"Kakak akan membantumu."
"Tidak! Tidak boleh!" Cegah Almira dengan keras.
"Kenapa?"
"Kakak... Kakak tidak boleh kelelahan..! Lebih baik Kakak ke kamar Kakak sekarang. Nanti setelah selesai, Al akan langsung menyusul," ujar Almira.
"Tapi..."
"Tidak ada tapi-tapian! Pergi sana!" Usir Almira dengan tegas.
***
Seminggu telah berlalu dari acara pernikahan sederhana yang dilakukan Almira dengan Sebastian, seminggu pula Almira menjalani pernikahan dingin bersama Sebastian. Bagaimana tidak, jika selama seminggu pernikahan keduanya, bukannya semakin dekat, keduanya justru semakin seperti orang asing yang tinggal seatap, bahkan sekamar. Terkadang Almira berpikir dan membandingkan, jika dirinya lebih senang dengan ikatan seperti dahulu sebelum dirinya yang berubah status menjadi seorang istri. Almira lebih memilih untuk menjadi seorang adik saja untuk Sebastian, karena dengan begitu takkan ada kata canggung seperti seminggu yang dijalaninya kini. Ditambah Sebastian seolah semakin jauh saja dengannya, tak seperti dahulu yang penuh canda tawa, Almira rindu akan hal itu. Terkadang Almira berpikir untuk menyerah, tapi ketika mengingat kondisi sang kakak, Almira kembali menangguhkan pendiriannya. Almira pernah mengutarakan keinginannya untuk bekerja lagi pada Sebastian dan keluarga.. Untuk sekedar menghilangkan sedikit penat pikiran yang dialaminya dengan dialihkannya pada pekerjaan yang menunggunya nantinya, akan tetapi....
"Almira!!!" Mendengar panggilan itu... tidak, tepatnya teguran, dan itu dari mama Siska. Membuat Almira tersentak dari lamunan panjangnya. Dan ya, jangan lupakan satu hal penting ini, seminggu ini pula Almira juga memerankan peran menantu rasa pembantu di keluarga Alvaro itu. Ya, ini adalah alasan Almira tak jadi bekerja, tepatnya tak diperbolehkan untuk bekerja. Bukan tak diperbolehkan Sebastian, tapi mama Siska. Dengan mama Siska yang beralasan.. Jika Almira bekerja, maka itu akan menjatuhkan reputasi keluarga. Beralasan, jika orang luar sana pasti akan bergunjing jika sampai tahu dan akan mengatakan jika keluarga Alvaro tak mampu memberi makan keluarga, sehingga salah satu wanita dari keluarga Alvaro harus ikut bekerja. Beralasan, biarlah para suami saja yang bekerja, sedang para istri dirumah saja. Almira yang tak ingin mencari keributan pun akhirnya mengalah dan memendam keinginan itu.
Sebenarnya, untuk apa memperdulikan apa kata orang?? Toh, tak ada seorangpun di luaran sana yang mengetahui jika Almira kini masuk dalam keluarga Alvaro. Alasan yang berbelit-belit. Mengapa tak mengatakan yang sebenarnya saja, jika Almira harus tetap di rumah agar selalu menjadi pembantu tanpa tanda jasa.
Seperti saat ini, Almira yang tengah dipantau sendiri oleh mama Siska saat mengerjakan salah satu tugas rumah. Walau begitu banyak asisten rumah tangga di sana, Almira tetap saja disuruh ini dan itu layaknya pembantu dikala Sebastian maupun papa Steven tak ada di rumah.
"Ya ampun Almira..! Kau bisa bekerja tidak..! Mengerjakan itu saja tidak becus!" Bentak mama Siska.
Selalu saja salah, padahal Almira sudah berusaha semaksimal mungkin untuk bisa mengimbangi kemauan mertua rasa majikannya itu.
"Mama sudah, kasihan Almira..." Tutur Cassandra yang sudah tak tahan lagi melihat adiknya yang diperlakukan layaknya pembantu oleh mama Siska.
"Sandra, sebaiknya Kau diam saja. Jangan ikut campur. Kau seharusnya tetap di kamarmu dan istirahat," ujar mama Siska.
"Ma..." Panggil Cassandra, dan setelahnya terlihat membisikkan sesuatu di telinga mama Siska, membuat mama Siska terlihat menghembuskan nafas kesal.
"Almira! Sudah cukup! Pergi sana, jangan lagi tampakkan wajahmu di depanku. Jika Kau melanggar... Maka Kau akan tahu akibatnya!" Mama Siska berucap dengan sarkas, dan setelahnya langsung pergi begitu saja.
Melihat kepergian mama Siska, Almira buru-buru menghampiri Cassandra. "Kak, jurus apa yang Kakak gunakan sampai bibi mau melepaskan ku begitu saja?" Tanyanya.
"Jangan banyak bertanya... Sebaiknya Kau bersihkan diri terlebih dahulu, setelahnya langsung datang ke kamar Kakak, oke! Pergi sana, Kau bau asem, Kakak tak suka," ucap Cassandra yang sambil menutup hidung diakhir kalimatnya.
"Hais! Al, walau berkeringat.. Keringat Al wangi loh, Kak..! Mana ada bau asem. Lagi pula Al tadi pagi sudah mandi," ujar Almira yang tak terima badannya dikatakan bau oleh sang kakak.
"Ck, banyak alasan! Sudah pergi sana. Lepas itu ke kamar Kakak," usir Cassandra.
"Iya, iya, my Boss..." Setelah mengatakan itu, Almira langsung pergi dari sana. Cassandra yang melihatnya hanya geleng-geleng kepala sembari tersenyum dan ikut pergi dari sana menuju ruang pribadinya.
***
Di perusahaan keluarga Alvaro.. Sebastian tengah duduk termenung memikirkan apa yang papa Steven katakan padanya beberapa waktu lalu.
Haaah...
Helaan nafas panjang pertanda bingungnya fikiran Sebastian saat ini.
"Apa iya aku terlalu lama menunda?? Apa benar Almira akan mencari pengganti ku suatu saat nanti?" gumamnya dengan pikirannya yang tiba-tiba melayang ke beberapa hari lalu.
FLASHBACK ON
Sebastian yang baru saja akan kembali memasuki mobilnya dari bertemu klien, matanya tak sengaja menangkap sesosok tubuh yang dikenalnya tengah bercengkrama dengan seorang pria di sebuah taman yang berseberangan dengan tempat pertemuannya dengan kliennya, yang sepertinya pria tersebut seumuran dengan sosok yang dikenalnya itu. Tanpa sadar, Sebastian mencengkram kuat pintu mobil yang telah dibukanya itu.
Terlihat sosok itu tertawa dengan renyahnya bersama pria yang tak dikenalnya itu, sampai tiba-tiba netra sosok tersebut tak sengaja bertemu dengan netra tajam milik Sebastian, yang membuat keduanya terpaku untuk sesaat hingga sebuah suara akhirnya menyadarkan Sebastian dan segera berpaling dari sosok tersebut. "Tuan, bukankah itu adalah adik nona Cassandra?" Tunjuk sekretaris yang menemani Sebastian. Akan tetapi Sebastian tak menanggapinya dan justru langsung masuk ke dalam mobil dengan membanting pintu mobil tersebut, sehingga membuat sang asisten berjengit kaget. Tidak hanya itu, sebelum asisten ikut masuk ke dalam mobil, Sebastian sudah melajukan mobilnya.
"Tuan! Tuan! Tuan Sebastian! Tunggu, saya belum masuk!" terdengar samar-samar suara asisten Sebastian dari dalam mobil yang ditumpanginya. Akan tetapi, Sebastian yang diselimuti oleh rasa amarah yang entah karena apa, justru semakin memperdalam pedal gas mobil yang ditumpanginya.
FLASHBACK OFF