Namira Syahra kembali dipertemukan dengan anak yang 6 tahun lalu dia serahkan pada pria yang sudah membayarnya untuk memberikan nya seorang keturunan karena istrinya dinyatakan mandul.
Karena keterbatasan ekonomi dan dililit begitu banyak hutang,akhirnya Namira pun menerima tawaran dari seorang pengusaha sukses bernama Abraham Adhijaya untuk mengandung anaknya.
Dan setelah 6 tahun berlalu,Namira kembali bertemu dengan Darren.Putra yang 6 tahun lalu dia lahirkan lalu dia serahkan kepada ayah kandungnya.
Namira kembali dipertemukan dengan putranya dalam keadaan yang tidak baik baik saja.Darren mengalami siksaan secara verbal dan non verbal oleh wanita yang selama ini dianggap ibu oleh anak itu.
Akankah Namira diam saja dan membiarkan putranya menerima semua siksaan dari ibu sambung nya??
Atau,akankah Namira kembali memperjuangkan agar anaknya kembali kedalam pelukkan nya??
Yukkk simak kisahnya disini...
🌸.Jadwal up :
🌸.Selasa
🌸.Kamis
🌸.Sabtu
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Triyani, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
25.Tekad Namira
Namira menatap lekat sebuah rumah menjulang tinggi dan besar yang saat ini tengah dia datangi untuk mengantarkan salah satu anak didiknya yang tidak bisa melanjutkan pelajaran karena sakit.
"Ini benar rumah mu Nak?" tanya nya pada Darren guna meyakinkan jika dia tidak salah alamat.
"Iya Bu, ini rumah saya,"
"Baiklah, ayo kita masuk,"
Namira pun mulai berjalan masuk dengan menggandeng tangan Darren. Namun ada sesuatu yang aneh, pegangan tangan Darren ditangan nya tiba tiba saja mengerat seiring dengan langkah mereka yang mulai mendekati pintu rumah utama itu.
Namira pun langsung memencet bel rumah itu, lalu setelah beberapa saat seseorang membukakan pintu rumah itu.
Ting tong
Ceklek...
Tampak seorang wanita muda tengah membukakan pintu dengan tatapan yang tidak bersahabat, menatap sengit pada Namira yanh datang bersama dengan Darren.
"Tuan muda? Kenapa sudah pulang? Ini kan masih jam pelajaran?" cecar art yang membukakan pintu untuk Darren.
Namun satu hal yang membuat Namira dibuat terkejut oleh sikap art itu. Tidak ada kesopanan sama sekali pada nada bicara nya padahal dia tengah berbicara dengan anak dari majikan nya.
"Maaf, apa saya bisa bertemu dengan orang tua dari murid saya ini?" tanya Namira yang sedari tadi memperhatikan art itu.
"Tuan tidak ada, nyonya juga, mereka semua keluar kota dan hanya ada aku saja. Ya sudah, ayo masuk kalau memang sudah tidak bisa lanjut belajar." jawab nya langsung menarik masuk Darren dan tidak membiarkan Namira bicara lagi karena pintu rumah itu langsung di tutup dengan cara membanting nya.
Melihat anaknya diperlakukan kasae oleh seornag art mambuat dada Namira semakin sesak dan bergemuruh hebat.
Bahkan, kedua tangan nya sampai terkepal kuat demi menekan amarahnya. Ingin rasanya hari esok itu segera tiba agar dia bisa bertemu dengan pria yang selama ini dia percaya memberi kenyamanan dan melindungi anaknya.
Namu apa yang Namira temukan saat ini sudah tidak bisa ditoleri lagi. Dengan berat hati Namira pun melangkah pergi dengan membawa rasa sakit dihatinya, melihat putra yang dia sayangi diperlakukan kasar bahkan oleh seorang art. Sungguh tidak bisa Namira bayangkan bagaimana perlakuan ruan rumah nya itu sendiri jika art nya saja kasar begitu.
Tubuh Namira meremang seketika setiap bayangan bayangan perlakuan kasar semua orang yang ada didalam rumah itu pada putranya itu.
Rasanya ingin sekali mengamuk pada pria yang menjadi ayah nya jika saja sang ayah tidak bisa menjaga dan melindungi anaknya sendiri.
Meski Darren terlahir dari rahimnya, wanita yang tidak dicintai oleh pria itu, tapi setidaknya, sayangi Darren karena anak itu murni anak dari Abra.
"Jika sampai luka memar itu karena ulahmu tuan, maka aku tidak akan tinggal diam.Aku pastikan akan mengambilnya kembali, meski harus berurusan dengan hukum pun aku tidak peduli. Jika perlu, akan aku tukar nyawaku demi membuat putraku kembali padaku dan tidak akan aku biarkan putraku menderita ditangamu lebih lama lagi, kita lihat saja, aku pasti akan mendapatkan nya kembali," gumam Namira sembari melangkah pergi meninggalkan rumah mewah itu.
***
***
Ke esokan hari nya...
Seorang pria turun dari mobil mewah keluaran terbaru dengan gagahnya, langkahnya yang tegap dan berwibawa membuat semua orang yang berpapasan dengan nya refleks menunduk penuh rasa hormat.
Selain pria itu adalah pemilik saham dari sekolahan elite itu, pria itu juga merupakan wali dari salah satu murid dari sekolahan itu sendiri.
Semua guru dan kepala sekolah menyambut baik ke datangan orang tua dari siswa yang kemarin sempat pingsang dengan luka memar disekujur tubuh nya.
"Selamat siang Bu,Pak, mohon maaf saya baru bisa datang. Kebetulan kemarin masih di luar kota," ucapnya cukup sopan meski dia orang penting digedung sekolahan itu.
"Selamat siang juga Pak Abraham, tidak apa apa. Setidaknya Bapak sudah berkenan hadir disekolah untuk membahas prihal anada Darren yang kemarin jatuh pingsan di kelasnya," jawab Bu Mega selaku kepala sekolah disana.
Deg...
Jantung Abra tiba tiba saja terasa terhenti saat mendengar kabar jika putranya jatuh pingsan. Lalu, kenapa art nya mengatakan jika Darren baik baik saja dan tengah melakukan kegiatan seperti biasa? Batin Abra bermonolog.
"Maaf Bu, anak saya pingsan? Pingsan kenapa?" tanya lagi dengam raut wajah yang panik.
"Sebentar Pak, biar saya panggilkan Darren kemari biar lebih jelas lagi,"
Kini bukan Bu Mega yang menjawab, melainkan Dokter Andra yang menjadi saksi adanya luka memar ditubuh anak itu.
Setelah menunggu beberapa saat akhirnya putranya muncul bersama dengan dokter Andra dan.....
Deg...
Seketika tubuh Abra dibuat membeku saat untuk pertama kalinya dia bertatap muka lagi dengan wanita yang dulu pernah mengisi hari hari nya.
Bahkan wanita itulah yang menghadirkan Darren dalam kehidupan nya. Wanita itu tampak masuk dengan tenang nya, lalu memperkenalkan diri sebagai wali murid dari putranya, seperti orang asing yang baru saling bertemu dan saling mengenal.