Bagaimana menderitanya Veronica Han yang harus hidup berdampingan dengan lelaki musuh bebuyutannya semenjak orok. yang sialnya lagi lelaki bernama lengkap Bian Nugroho itu adalah bos di cafe tempat ia bekerja. penderitaan ini akan terus berlanjut sampai akhirnya tumbuh benih cinta di antara kedua manusia paling tidak akur di dunia.
"Selamat pagi bos"
"jangan sok asik sama bos sendiri! mentang mentang saya orang yang kamu kenal jauh malah sksd begitu"
"terserah Lo deh Bian!"
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Uriii, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
029 | Ve dengan kesenangannya
Veronica menarik selimut untuk menutupi seluruh tubuhnya yang ringkih. Suara jutaan hujan yang turun membanjiri bumi membuat Veronica kedinginan. Ia menatap langit-langit kamar nya dengan tatapan menerawang.
"Kalo semisal gue nggak ketemu Bian? Mungkin sampe saat ini gue masih luntang lantung nyari kerjaan."
Tangannya ia lebarkan seolah berusaha menjangkau atap kamar yang tak akan bisa sentuh jika tidak di banyak oleh penyangga.
"Bun? Apa kabar?" Veronica menutup matanya perlahan, kala keheningan yang melanda kamar gadis itu merenggut kesadaran Veronica.
...****************...
"DOR!"
"AARRGHH!"
Bian melotot ke arah Veronica yang cengengesan tidak jelas setelah membuat Bian terkejut setengah mati.
"Kalo gue kenapa napa gaji Lo gue potong lima puluh persen!"
Kini gantian, Veronica yang melotot ke arah Bian. Ia refleks memukul lengan Bian dengan keras. jika menyangkut soal uang, gadis itu akan menjadi harimau dadakan. Aing maung!
"Lo tuh ya? Apa apa ngancem nya pake duit! Duit! Duit! Nggak ada yang lain Tah?"
"Lo kan takutnya sama duit, sama gue mana ada takut takutnya."
"BETUL BETUL BETUL!" Veronica berbicara dengan nada seperti kartun kesayangan bos nya itu. Si kembar botak.
"Lo nggak ke kafe bos? Tumben masih nyantai?" Veronica menatap Bian yang masih memakai pakaian rumahan. Biasanya lelaki itu sudah rapih dengan setelan jasnya.
"Gue cuti dulu sehari, nanti kalau ada apa apa, bisa tanya ke Roki aja. Lo! Jangan buat ulah selama gue nggak ada di kafe. Denger?!"
Veronica mengangguk ragu sembari kepalanya terdorong kebelakang karena bian memajukan hari telunjuknya se akan Veronica ini buronan.
"emang mau ke mana? Biasanya ngasih tau gue Lo, ah! Gue tau, Lo mau nge date ya?"
"nggak!" Bian kelabakan bukan main saat Veronica menuduhnya yang tidak-tidak.
"kenapa? Muka Lo kek takut banget, kalo mau ngedate nggak papa juga lah bos. Manusiawi, ya nggak?"
"Lo nggak marah?" Veronica menatap heran pada bos nya itu.
"Hah? Marah? Buat paan?"
Bian kembali menetralkan ekspresi nya saat berbicara dengan ngelantur tadi. Untuk Veronica ini sedikit polos nyerempet bego jika soal cinta.
"nggak jadi! Lo kerjain buruan nih apart! Jangan sampe telat yah jadi karyawan!"
"dih? Gaje bener!"
Veronica berjalan dengan terburu saat di rasa semuanya sudah selesai. Ia membuka pintu apartemen milik Bian dan menutupnya dengan keras membuat Bian kembali mengelus dada melihat kelakuan sembrono dari Veronica.
"mimpi apa gue punya bawahan kek dia?"
...****************...
"PAGI DUNIA!"
"Alay!"
"Geli gue dengernya," Veronica masih mempertahankan senyumannya agar awal hari yang ia jalankan ini terasa menyenangkan.
"Tebak? ada yang beda nggak dari gue?" Tanya Veronica sembari memutar tubuhnya dengan centil.
"Paan?" Romi menatap malas ke arah Veronica yang sedang mode muak di mata Romi.
"Rambut gue! Di warna jadi keren begini. Bagus nggak?"
"Lucu," jawab jujur Romi walau dengan malas malasan.
"kok lucu sih? Keren gitu, cool!"
"Terserah Lo!" Romi tak menghiraukan panggilan dari Veronica. Ia terus berjalan ke arah meja pelanggan yang harus ia bersihkan sebelum sang pelanggan datang.
"Chika sayangku~"
"Mas Ve!"
Veronica berjingkrak kesana kemari karena kesenangan melihat respon baik dari Chika. Tidak seperti Romi tadi, membosankan!
"Liat! Ada yang beda nggak dari gue?" Pertanyaan yang di lontarkan untuk Romi tadi kini terulang lagi.
"Rambut Lo keren banget Ve!" Chika memberikan acungan jempol membuat Veronica mengusap dagu nya sombong.
"gue mau pamer ke ayang gue dulu, Lo tunggu sini!"
"Mau ngapain?" Tanya Roki menatap Veronica penuh intimidasi.
"Mau ketemu Riska dong bang, siapa lagi?" Roki menggeleng tak setuju membuat Veronica mendesah lesu.
"Nggak boleh! Riska nya lagi ngeracik resep kue! Lo di kasir aja Sono."
"tumben galak bang?" tanya Veronica yang malah dapat pelototan dari Roki.
"Kenapa?" tanya Chika menahan tawa. ia melihat tadi saat Veronica kena semprot pagi pagi oleh karyawan paling senior di sini.
"Gue ada salah yah sama bang Roki? Tumben banget sewot begitu. Biasanya lembut bang Roki tuh," Veronica berucap dengan nada lesu. Baru kali ini dia di marahi oleh Roki.
"Lagi pusing kali di dapur, biasanya kan Lo selalu bikin heboh dapur Mulu. sampe Riska kesel kan waktu itu?"
"iya sih."
Veronica duduk dengan lesuh di depan meja kasir. Chika mendekat.
"Lo tau nggak? Kemaren mahasiswa yang sering ngeliatin Lo itu nyariin Lo tau?" Chika berucap dengan nada gosip ala ala.
"Oh yah?" Ucap Veronica sembari membuka plastik permen gagangnya dan memasukkan ke dalam mulutnya.
"iya, bos yang ngadepin kemaren. Karena dia sedikit bikin gaduh, jadi gue lapor aja biar beres. Pas di kasih tahu sama bos, baru deh mingkem bocah nya."
Veronica mengangguk bosan, ia sama sekali tak minat dengan topik gosip kali ini.
"gue bosen! Cari yang lain kek gosipnya. Lo kan paling aktif kalo soal menggosip," Chika menganggukkan kepalanya heboh membenarkan.
"Tapi nanti aja Ve, takut ketahuan bos pagi pagi udah gosip."
"Bian ngambil cuti dulu sehari dia," Chika melotot tak percaya. Satu karyawan bad akhlak ini benar-benar yah. Memanggil bosnya sama sekali tidak ada embel-embel pak atau apalah yang sopan.
"Lo tuh yah!"
"Kenapa? Ya udah sih sntai, dia nggak masuk ini."
"Tapi kok Lo tau bos hari ini nggak masuk?" tanya Chika menatap heran pada Veronica yang maha tahu jika menyangkut sang bos.
"Ah? Itu-- em..." Veronica seketika kelabakan.
"Apasih Ve, ngomong yang jelas dong!"
"tadi gue di kasih tau bang roki! Iya bang Roki, hehe."
Chika menatap curiga pada Veronica yang membuat gadis itu keringat dingin seketika.
"Boong ya Lo? Bos Dateng kan? Tapi Lo cuman ngibul? Ngaku nggak Lo?"
Veronica menatap bosan pada Chika. Sudah lah, tidak akan nyambung jika seperti ini.
"Gue pengen ambil cuti juga deh," Chika menoleh saat Veronica bersuara.
"kenapa?"
"pengen santai santai aja di rumah," Chika mengangguk.
"gue juga pengen cuti, tapi nggak bisa."
"Iya."
...****************...
"Aduh, anak Mama ini pagi pagi udah ada di sini aja. Sarapan belum sayang?"
"Ma? Jangan kaya gitu ya kalo di depan orang, malu aku."
Mama Bian cekikikan saat Bian yang sudah tidak bisa di puk puk lagi olehnya.
"Bukan Mama yang bakal gituin kamu nanti. Tapi istri kamu. Haha," Bian menatap jengah pada mamanya. kenapa ngebet sekali sih?
"Papa mana?" Ia celingukan mencari papa tirinya yang biasanya pagi pagi begini masih nemplok seperti cicak dengan Mamanya.
"Pagi pagi banget udah ke kantor. Katanya ada yang bermasalah di bagian gudang, nggak tau lah. Mama nggak ngerti!"
"Pagi Tante," Bian merengutkan alisnya bingung menatap wanita yang tinggi semampai dengan gaya berjalannya yang geal geol anggun bak model.
"Siapa Ma?"
"Dia calon istri kamu."