Mencintai atau dicintai?
Tapi kenyataannya memang tidak seindah dalam khayalan.
Antara mementingkan perasaan atau ego yang didahulukan.
Tapi cinta memang tidak pernah salah. Karena cinta bisa hadir di hati siapapun , kapanpun , dan di manapun.
Entah itu di sengaja atau tidak disengaja , cinta akan bersemi walaupun terpaksa.
Tapi , bagaimana dengan cinta yang terpendam?
Ego yang tinggi itu apakah bisa terhempas oleh kekuatan cinta?
Let's go , follow my story...
Dan kamu akan tau , betapa rumitnya kisahku.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon ErvhySuci, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Eps 011
Gadis itu duduk berdua pada satu meja. Ia memperhatikan lelaki itu yang tampak meneguk minuman di gelasnya beberapa kali sampai habis.
Aera pun meminum pula minuman yang ia ambil. Ia mengambil jus strawbery karena terlihat tampak menggoda untuk menyegarkan tenggorokan.
"Sering minum wine ya?" tanya Aera dengan memandang Derry yang saat ini tampak tersenyum kepadanya.
"Enggak terlalu sering kok. Nggak bisa minum banyak juga , soalnya gampang pusing." ucap Derry dengan santainya.
"Nggak bagus juga kali buat kesehatan." ucap Aera sembari mengaduk-aduk jusnya.
"Hemm. Oh iya , udah setengah sepuluh Aera. Gimana mau pulang sekarang?" ucap Derry dengan menatap Aera menunggu jawaban.
"Boleh deh , pulang sekarang aja. Nanti bisa kemalaman sampai rumah." ucap Aera.
"Ya udah ayo kita pulang." ucap Derry sembari merapikan pakaiannya.
"Kita pamit dulu sama ibu." ucap Aera.
"Ya deh." ucap Derry yang kemudian berdiri. Ia menunggu Aera merapikan gaunnya juga. Lalu , Derry mengajak Aera untuk menemui ibunya.
"Mah , Derry pulang duluan aja ya. Kasian Aera , ini udah malam , besok dia harus kerja juga." ucap Derry berpamitan.
"Iya sayang , ya sudah kalau begitu kalian hati-hati di jalan ya. Derry kamu harus antar Aera dengan baik!" ucap ibu Henny dengan tegas kepada Derry.
"Mama tenang aja." ucap Derry dengan santainya.
"Ibu , Aera pamit pulang dulu ya Bu. Ibu nanti juga hati-hati dijalan pulang." ucap Aera dengan tersenyum.
"Iya Aera. Ya udah kalian pulang gih. Kita bertemu lagi besok kapan-kapan ya." ucap ibu Henny dengan tersenyum.
"Iya ibu , kami duluan ya. Selamat malam." ucap Aera dengan tersenyum yang kemudian berbalik arah untuk melangkah ke keluar.
Derry menggenggam jemari Aera keluar dari gedung itu dan menuju tempat parkir mobil. Lelaki itu membuka pintu mobil dan membiarkan Aera masuk kedalam.
Lelaki itu pun tampak memasuki mobil dengan perasaannya yang ingin meledak saat itu juga. Jas hitam yang melekat pada tubuhnya ia lepaskan begitu saja. Sesaat kemudian , ia melonggarkan dasinya hingga terlihat tampak berantakan.
Hal itu sontak saja membuat Aera diam-diam merasa takut. Entahlah takut karena apa , yang jelas ia takut dengan pesona lelaki tampan itu.
"Pak , nggak lagi mabuk kan?" ucap Aera dengan memandang kearah lelaki itu yang kini juga mulai membalas tatapannya.
"Enggaklah." ucap Derry dengan tenang.
"Ya udah kita jalan aja sekarang." ucap Aera dengan tenang.
"Kamu mikir apa tentang tadi ?" ucap Derry dengan menatap gadis itu.
"Apa ?" tanya Aera.
"Soal obrolan mama saya." ucap Derry.
"Ah nggaklah pak. Saya nggak mikirin hal-hal yang diomongin ibu sama Shania tadi." ucapan Aera membuat Derry mengerutkan keningnya.
"Kenapa gitu?" ucap Derry bertanya.
"Ya gitu pak. Saya tau kok , saya disini itu karena satu tugas dari bapak." ucap Aera dengan wajahnya yang tampak tersenyum namun dipaksakan.
"Tapi mereka ngira kalau kita ini punya hubungan spesial." ucap Derry dengan menatap lurus ke depan.
"Iya sepertinya begitu." ucap Aera dengan tersenyum kecut. Aera berfikir , mungkin ia harus cepat pulang saja.
Aera menarik seat belt pada kursinya. Namun tidak ada pergerakan disana. Entahlah kenapa begitu menjengkelkan sekali seat belt ini. Tidak seperti biasanya yang begitu mudah untuk di gunakan.
"Kenapa ?" ucap Derry dengan melihat ke samping dan memperhatikan gadis itu yang tampak kesusahan menarik seat belt nya.
"Emm ini seat belt nya kok tiba-tiba aja gak bisa ditarik ya." ucap Aera dengan setenang mungkin.
"Bilang aja kalau mau minta tolong." ucap Derry yang kemudian melepaskan seat belt pada tubuhnya , lalu ia mendekatkan dirinya kesamping untuk membantu memakaikan seat belt pada tubuh gadis itu.
Aera menahan nafasnya. Ia diam bagaikan sebuah patung.
Disisi lain , lelaki itu tampak menunjukkan wajahnya yang begitu terlihat santai. Sudah selesai memasang sabuk pengaman. Namun entah kenapa , ia tidak benar-benar mundur kembali ke kursinya.
Jujur saja ia tidak mengerti dengan perasaannya saat ini. Ia adalah lelaki yang normal. Munafik jika ia tidak mengakui bahwa pesona gadis cantik itu telah membuatnya jatuh. Dan kini nalurinya berkata lain saat ia hendak menjauh.
"Maaf pak , ada apa?" ucap Aera memberanikan diri bertanya.
Lelaki itu menatapnya.
"Untuk malam ini , kamu terlalu beda ya." ucap Derry dengan tatapan mautnya.
"Apa bedanya? Sama aja pak." ucap Aera dengan setenang mungkin.
"Kenyataannya , mama saya sangat menyukaimu. Apa kamu bener-bener nggak mikirin itu ?" ucap Derry.
"Kalaupun saya mikirin itu , memangnya bapak beneran mau sama saya? Bapak kan nggak tertarik sama saya , saya juga bukan kriteria bapak kan? Jadi untuk apa saya mikir macam-macam?" ucap Aera dengan santainya berbicara tanpa mengingat bahwa dihadapannya ini adalah bosnya.
"Begitu ya? Padahal saya nggak pernah punya kriteria khusus dalam hal mencari pasangan." ucapan Derry membuat Aera tersenyum. Entahlah kenapa rasanya semakin gila saja.
"Lalu? Maaf pak jangan seperti ini , sebaiknya bapak duduk dengan sempurna." ucap Aera dengan perlahan mengulurkan tangannya untuk mendorong bahu bosnya itu agar mundur.
Berantakan sekali suasana hatinya. Derry tidak tinggal diam membiarkan tangan halus itu mendorongnya. Ia justru meraih tangan Aera dan menggenggamnya erat.
"Pria mana yang bisa menahan diri saat dihadapkan dengan gadis secantik ini ?" ucap Derry dengan santainya sambil tersenyum licik.
"Hahaha astaga! Bapak ini kenapa , bicara apa? " ucap Aera dengan tertawa untuk melawan suasana canggung itu.
Derry tidak menghiraukan ucapan Aera. Lelaki itu justru menarik tangan Aera agar tidak bisa menjauh. Wajah cantik itu tampak begitu panik.
Dengan begitu lancangnya lelaki itu berbuat semaunya , ia menepis jarak diantara keduanya. Derry tidak bisa membiarkan kesempatan ini terbuang sia-sia begitu saja.
Kepala Aera sudah mentok bersandar pada kursinya , tangan kirinya masih tetap ditarik dan terkunci. Sudah , ia tidak bisa menghindari lelaki itu.
Aera menatap wajah lelaki itu yang kini tinggal beberapa centimeter dari hadapannya. Benar-benar memang setampan itu. Tanpa sadar , tangan kanannya terulur begitu saja menyentuh pipi tampan yang mulus itu.
Saling pandang membuat jantung saling berdebar tidak beraturan. Lambat laun lelaki itu akhirnya berhasil mengecup pipi Aera dengan tenang. Sontak saja hal itu membuat wajah sang empunya pipi tampak begitu merona.
Aera menarik tangannya dari wajah lelaki itu dengan cepat dan memegang pipinya yang baru saja dikecup oleh Derry . Lelaki tersenyum menikmati wajah cantik Aera yang tampak begitu menggemaskan.
"Sebenarnya saya juga sama dengan lelaki di luar sana. Bedanya , saya terlalu hati-hati untuk menyentuh perempuan." ucap Derry dengan tenang dan masih tetap menggenggam jemari Aera.
"Tapi kan saya itu karyawan bapak." ucap Aera dengan malu-malu.
"Kamu itu sekretaris pribadi saya." ucap Derry membantah ucapan Aera.
"Dan sekretaris itu juga sebagai pekerja pak. Lagi pula bapak bilang kemarin , kalau sebenarnya bapak akan segera menikah kan? Salah dong kalo bapak malah menyentuh saya. Saya nggak mau terlibat atau bahkan menjadi perusak diantara hubungan bapak dengan calon istri bapak." ucap Aera dengan wajahnya yang tampak terlihat seperti ada sesuatu yang membuatnya kecewa.
"Jangan mikir itu lagi. Anggap aja saya nggak pernah ngomong itu semua." ucap Derry dengan tenang.
"Kenapa bapak menyangkalnya?" ucap Aera dengan heran sekaligus penasaran dengan alasannya.
"Ya karena memang itu nggak bener." ucap Derry dengan santainya.
"Iya tapi kenapa? Kenapa nggak bener? Padahal bapak ngomong sendiri ke ibu kan? Bapak bohong?" ucap Aera yang sudah melupakan statusnya sebagai seorang bawahan.
"Iya. Iya saya bohong. Udah kan?" ucap Derry dengan menatap gadis itu.
"Maksud bapak ?" ucap Aera dengan wajahnya yang tampak kebingungan.
"Saya bilang gitu biar mama saya nggak terus-terusan nyuruh saya secepatnya menikah." ucap Derry dengan tenang.
"Ya tapi sama aja bapak nggak boleh bohong sama orang tua." ucap Aera yang entah kenapa perasaannya tiba-tiba jauh lebih tenang.
"Kamu nggak perlu mikirin itu. Itu urusan saya." ucap Derry dengan tersenyum.
Aera menghela nafas tenang , ia melihat sekeliling parkiran. Sepi sekali tak ada orang , mungkin orang-orang masih asik berpesta didalam.
"Kita pulang aja pak , udah malem. Nanti kalau ada security lewat terus lihat kita gimana , udah ayo pergi dari sini." ucap Aera dengan mencoba menarik-narik tangan yang masih di genggaman Derry .
Derry melepaskan genggaman tangannya. Namun ia meraih lengan gadis itu dan menariknya. Sekali lagi Derry kembali berulah. Secepat kilat lelaki itu berhasil mengecup sudut bibir Aera. Aera mati kutu dibuatnya.
Aera berfikir , mungkin bibir ranum yang ia jaga selama ini akan hilang kesuciannya karena ulah lelaki itu. Otaknya berputar-putar memikirkan kenapa ia mendapatkan perlakuan seperti ini dari seorang Derry. Yang notabenenya adalah seorang lelaki super tampan yang di incar banyak perempuan di luar sana. Juga sebagai seorang lelaki yang begitu dingin sikapnya.
Dan kenyataannya memang benar , kecupan manis itu beralih ke bibir ranum Aera. Aera memejamkan matanya tidak bisa menahan perasaannya yang berdesir-desir tidak karuan.
Ia merasakan aroma wine yang masih jelas terasa. Derry memang hampir tidak pernah menyentuh perempuan diluar sana. Namun nalurinya sebagai seorang lelaki , tentunya ia mengerti memperlakukan seorang gadis sebagaimana mestinya. Lelaki mana yang tidak mahir dalam hal seperti ini.
Gadis itu mendorong tubuh lelaki itu kuat-kuat agar ia menghentikan adegan itu. Ia tidak bisa menahan nafasnya lebih lama lagi. Namun tampaknya Derry masih begitu menikmati ciuman manis ini.
Derry menyudahi permainan yang ia lakukan. Lalu ia mengecup kening gadis itu dengan lembut. Meskipun nafasnya memburu , ia berusaha setenang mungkin.
"Maaf Aera. Nggak tahu kenapa saya ingin sekali melakukan itu. Kamu baik-baik aja kan ?" ucap Derry dengan menatap gadis itu yang tampak menundukkan kepalanya sembari menutup wajahnya dengan kedua tangannya.
Derry menarik kedua tangan Aera dan menurunkannya. Wajah Aera ternyata semerona itu , bagaikan kepiting rebus. Ya , ia malu. Jelas saja ia sangat malu saat ini. Ia baru saja berciuman dengan lelaki yang selama ini ia impikan diam-diam. Entahlah ia harus senang atau tidak mengutarakannya sama sekali.
"Aera , kamu menggemaskan sekali." ucap Derry dengan tersenyum.
"Pak udahlah , ayo kita pulang sekarang!" ucap Aera seperti seorang yang sedang merajuk.
Jujur saja , tentunya ia sangat malu dan ia tak tahan di tatap terus-terusan oleh lelaki itu.
"Iya kita pulang sekarang. Kulit kamu dingin banget , kamu pakai jas ini buat nutupin biar nggak kedinginan." ucap Derry yang kemudian mengambil jasnya untuk menutupi tubuh Aera.
Aera seperti berada didalam mimpi. Apakah ini benar-benar nyata?
Lelaki itu baru saja melakukan sesuatu yang tidak pernah ia pikirkan sama sekali ! Bagaimana dengan hari esok?
...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...
...Next......