"Aku mencintai kamu."
Sesederhana itu, cara ku mencintaimu.
"Jangan tanya kenapa aku mencintaimu, karena sederhana saja aku mencintaimu dan jangan tanyakan alasannya.
Karena jawabannya sama, aku mencintaimu."
I LOVE YOU ❤️❤️❤️
"aku mencintaimu dan aku ingin hidup bersama mu."
😍😍😍
Seorang laki-laki yang memperjuangkan cintanya dengan hambatan restu dari Mamanya karena mereka berbeda.
Apakah mereka akan masih bisa bersama dengan tembok pembatas yang begitu tinggi dengan segala perbedaan yang membatasi mereka.
"Hidup ku jauh lebih nyaman sebelum mengenal Mu, Mas. Terimakasih atas semuanya."
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Aeni Santi, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
#5
"Apa masalahnya.?"
Ridho penasaran.
"Dia gadis dari keluarga sederhana, kamu tau Mama ku gimana kan.?."
Ridho langsung paham, apa yang dimaksud oleh Akmal.
"Tantangan buat kamu itu, Tante itu seleranya tinggi bro apalagi masalah status sosial pasangan kamu."
Iya Mamanya Akmal orangnya pemilih lebih suka Akmal itu dekat dengan wanita yang kaya dan cantik serta modis.
"Mama itu selalu memandang semuanya dari harta, nggak pernah dengerin pendapat ku."
Akmal menghela nafasnya, dia selalu berseberangan dengan Mamanya. Apalagi soal wanita pilihan Akmal pasti selalu dikoreksi oleh Mamanya.
Seperti hubungannya yang kemarin itu juga ada campur tangan dari Mamanya, Akmal dikenalkan sama Mamanya kepada anak temannya tetapi nyatanya perempuan itu malah mengkhianati Akmal.
Akmal sendiri sebagai anak juga ada rasa patuh kepada orang tua dan selalu berpikir positif pasti maksud dari Mamanya ini juga baik.
"Kamu nggak kapok apa, seperti kemarin."
Ucap Ridho.
"Kalau ingat itu males aku sama Mama, nyatanya pilihan Mama juga zonk."
"Ya kalau begitu buktikan sama Tante kalau kamu bisa mencari wanita sesuai dengan apa yang kamu inginkan."
"Semoga Mama bisa menerima Kasih."
Ridho malah heran menatap ke arah Akmal.
"Apa kamu bilang, Tante bisa menerima Kasih.?. Emangnya kamu sudah diterima sama kasih.? Ha ha ha.." Tawa Ridho memang Akmal pede banget.
Akmal menatap ke arah Ridho serius.
"Bakal aku buktikan."
"Bagus.."
Ridho berdiri sambil mengacungkan kedua jempolnya.
"Ayo kita buktikan sekarang, laper aku buruan kita makan."
Pintar juga cara Ridho memancing Akmal.
"Modus Lo.."
"He ha ha.. Ayo lah, entar malah nggak ketemu rasain kamu."
Akmal melihat jam ditangannya.
"Pas, ini biasanya jam segini dia datang. Let's go.."
Akmal mengambil kunci mobilnya dan berjalan ke arah pintu.
"Gitu dong, action dong jangan omong doang."
Ridho merangkul pundak Akmal dan mengikutinya berjalan.
Mobil berjalan meninggalkan kantor menuju ke warung nasi yang tak jauh sebenarnya tapi harus menyeberang jalan raya daripada beresiko memilih menggunakan mobil saja.
Sesampainya didepan warung, Akmal masih memantau sekitar mencari sepeda motor yang biasanya digunakan oleh Kasih.
"Nggak turun.?"
Tanya Ridho, yang melihat Akmal malah melihat sekeliling.
"Sebentar motornya mana ya.?"
"Motor siapa.?"
"Kasih lah, emang cari Siapa lagi."
Ridho terkekeh melihat temannya itu beneran jatuh cinta sepertinya.
"Motornya apa.?"
"Matic warna merah."
Akmal masih mengedarkan pandangannya.
"Itu.."
Ridho menunjuk ke arah sepeda motor matic warna merah yang terparkir dan Akmal mengamatinya.
"Bukan, plat nomornya bukan itu."
"Ha.?, kamu sampai hafal plat nomor motornya.?" Kaget si Ridho.
"Iya lah, harus detail."
"Mal, Akmal. kamu itu bikin aku tambah penasaran seperti apa gadis itu."
"Awas ya kalau kamu nanti ketemu dan mau merebut nya."
"Gila kamu, ada Anggun itu yang lebih dari segalanya."
Akmal masih melihat sepeda motor yang terparkir di depan warung dan juga mengamati yang datang dan pergi.
"Aku laper nih jadi makan nggak."
"Rese kamu, iya ayo.."
Akhirnya Akmal dan Ridho turun dan menuju ke warung itu.
Akmal masih celingukan melihat sepeda motor yang dipakai rapi didepan warung.
"Udah nanti dicari lagi, makan dulu."
Ridho menarik Akmal supaya masuk ke dalam.
"Mas, mau makan.?"
Tanya bude penjual warung itu.
"Iya Bu."
jawab Akmal yang malah pandangannya ke arah tempat kue di atas meja.
"Tempatnya kue masih ada."
Dalam hati Akmal.
Penjual warung itu mengamati Akmal.
"Mas, Mas yang bantu Kasih tadi pagi kan.?"
"Eh.. Iya Bu."
Jawab Akmal yang kaget juga ibunya itu masih mengingat dirinya.
"Mas temannya Kasih.?."
Tanya Bude penjual warung itu sambil mengambilkan makan Akmal.
"Hmm.. Kita baru kenal tadi pagi juga Bu."
Jujur Akmal sambil tersenyum.
"Oh.. Gitu, ini kok tumben jam segini dia belum kesini biasanya dari kuliah langsung kesini. Saya kira Mas temannya dekat jadi tau Kasih kemana."
Akmal tersenyum saja sedangkan Ridho malah mengedarkan pandangannya mencari lauk yang cocok untuk disantap.
"Silahkan Mas."
Akmal menerima nasi satu piring dari Bude.
"Makasih Bu."
"Mas nya makan sama apa.?"
Gantian Ridho yang ditanya.
"Boleh ikan itu Bu."
Tunjuk Ridho ke menu ikan balado didepannya.
"Kalian berdua baru saja tau warung ibu ini ya.?"
Tanya Bude yang merasa mereka berdua pelanggan baru disana baru beberapa hari juga Akmal makan disana.
"Iya Bu, diajak temen saya ini."
Ridho merangkul Akmal.
"Silahkan Mas, dijamin enak pokoknya ketagihan nanti mau balik kesini lagi."
Ridho menerima piring yang berisi nasi serta lauk pauknya.
"Makasih Bu."
Ridho mengamati Akmal yang belum juga memakan nasinya.
"Nggak makan bro."
"Kok dia belum kesini ya, kemana dia ?"
"Udah makan dulu, nanti juga kesini."
Ridho yang mulai menyuapkan nasi ke dalam mulutnya.
"Wah enak Bu masakannya."
Puji Ridho dan Ibu punya warung itu mengacungkan jempolnya.
"Bener kan apa kata ibu."
Ridho melanjutkan makannya menikmati suap demi suap nasi yang masuk ke dalam mulutnya sedangkan Akmal malah mengaduk nasinya saja.
"Makan dulu, siapa tau sebentar lagi datang ini kan udah lewat jam makan siang."
"Aku khawatir sama Dia."
"Uhuk.."
Ridho sampai tersedak mendengar itu dan segera minum.
"kamu ya belum apa-apanya juga udah kawatir aja, makan mubazir itu nanti."
Akmal lalu mulai menyuapkan nasi ke dalam mulutnya.
"Tenang, mungkin dia masih ada urusan di kampus."
Akmal menganggukkan kepalanya saja berharap kasih segera datang.
Tak lama nasi di depan Ridho sudah habis dan dia menghabiskan juga es teh yang dia pesan.
"Alhamdulillah.. Kenyang aku bro, beneran ini enak porsinya mantap juga."
Akmal masih pelan-pelan mengunyah makanannya hingga belum habis juga.
"Kapan itu habis, buruan balik kantor kita."
"rasanya tiba-tiba kenyang aku."
Ridho merasa temannya itu udah kena serangan virus cinta akut.
"Bro.. Kalau kamu beneran suka Pepet terus cari info tentang dia dong."
"Gimana mau nyari info, dia nggak muncul ini."
"Kamu ya, kayak nggak pernah pacaran aja udah berapa juga mantannya belum lagi umur kamu berapa itu sekarang."
"Diam kamu jangan bawa umur."
Akmal nggak terima disinggung umurnya terus sudah kelewat kepala tiga.
"Iya deh sorry.. Kita balik kantor yuk, aku masih ada kerjaan."
"Belum rela rasanya kalau belum ketemu."
Akmal akhirnya sudah menghabiskan nasinya dan juga menenggak minuman di depannya.
"Udah lain kali juga ketemu, bayar itu."
Ridho beranjak dan diikuti sama Akmal.
"Berapa semua Bu."
"55 ribu Mas."
Ucap Bude dan Akmal memberikan uang lembaran merah.
"Makasih ya Mas, ini kembaliannya."
"Sama-sama Bu."
"Tenang Bu, kita lain kali pasti datang lagi."
Ucap Ridho.
"Oke, enakan masakan ibu."
"Mantap Buk."
ridho mengacungkan jempolnya.
Mereka keluar dan segera masuk mobil kembali ke kantor.
🌹🌹🌹🌹🌹
"Assalamualaikum bude."
"Waalaikumsalam, kok baru datang kasih."
Ya begitu mobil Akmal pergi motor matic yang membawa kasih datang ke warung itu.
"Iya bude ngurus magang dulu tadi."
"Oh.. Kirain nggak mampir. Temen kamu datang lho tadi ke sini."
"Temen Bude.?"
Kasih malah bingung sebabnya Dia tidak punya teman yang dia kenal di warung itu.
😉😉😉😉
masih arogan atau langsung baik😂