Masa lalu Arneta yang begitu kelam, karena diceraikan dalam keadaan hamil anak dari pria lain. Membuat wanita itu memutuskan kembali ke Indonesia dan membesarkan anaknya seorang diri.
Wanita itu ingin mengubah masa lalunya yang penuh dengan dosa, dengan menjadi seorang Ibu yang baik bagi putri kecilnya. Tapi apa jadinya jika mantan pria yang membuatnya hamil itu justru menjadi atasannya di tempat Arneta bekerja?
Akankah pria itu mengetahui jika perbuatan semalam mereka telah membuat hadirnya seorang putri kecil yang begitu cantik? Dan akankah Arneta memberitahu kebenaran tersebut, di saat sang pria telah memiliki seorang istri.
Ini kisah Arneta, lanjutan dari You're Mine.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon mommy tree, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 11
Setelah mengantar putri kecilnya pulang bersama Sasha. Arneta yang kembali ke dalam ruang kerjanya langsung mendapatkan teguran keras dari atasannya. Bahkan tidak hanya teguran saja yang didapatkan Arneta, tapi hari-hari selanjutnya yang dialami wanita itu di perusahaan milik Lio Richard begitu berat.
Setiap harinya Arneta wajib datang lebih awal dan pulang paling akhir dari pegawai lainnya, karena harus mengerjakan pekerjaan tambahan yang diberikan Lio. Ya, setiap harinya ada saja yang harus dikerjakan Arneta di luar dari tugasnya sebagai seorang sekretaris.
Wanita itu bahkan merasa pekerjaan yang dilakukannya saat ini lebih pantas disebut sebagai seorang pelayan, dari pada seorang sekertaris. Karena setiap harinya Arneta selalu disuruh membersihkan ruangan kerja Lio, seperti mengepel lantai, membersihkan jendela, dan membuang sampah yang ada di ruangan tersebut.
Rasanya ingin sekali Arneta keluar dari pekerjaannya saat ini juga, jika saja tidak terikat pada kontrak kerja yang sudah ditandatanganinya. Karena selain sikap Lio yang kejam dengan memperlakukannya seperti seorang pelayan, waktunya pun kini semakin tersita di tempat kerja. Otomatis kebersamaannya dengan Ivy pun berkurang, karena saat Arneta pulang kerja putri kecilnya itu telah tertidur dengan lelap, dan pagi-pagi sekali Arneta sudah harus pergi tanpa bisa mengantar Ivy untuk berangkat ke sekolah.
Jika kalian bertanya kenapa Ivy tidak datang saja ke kantor seperti biasanya untuk menemani Arneta bekerja. Maka jawabannya, karena Lio Richard sudah melarang seluruh karyawan membawa anaknya ke dalam lingkungan kerja mereka.
Lagi pula meskipun masih diijinkan untuk membawa Ivy ke kantor. Arneta tidak akan pernah mau mengambil resiko dengan melakukannya, karena takut pria yang kini ia juluki sebagai pria yang kejam itu bertemu dengan putrinya.
"Lihat Neta! Ceo kita semakin tampan saja," ucap Nadine dengan penuh semangat saat melihat Lio Richard yang berjalan masuk ke dalam ruang kerja pria itu.
Arneta sendiri hanya diam tampak enggan menanggapi perkataan Nadine. Karena bagi Arneta, Lio itu tidak tampan melainkan menyeramkan.
"Net, kenapa diam saja?" tanya Nadine dengan sendu, karena akhir-akhir ini Arneta sering diam dan tak pernah lagi terlihat tertawa, bahkan tersenyum seperti biasanya. "Apa kau merindukan Pak Candra?"
Arneta yang tengah menyiapkan berkas untuk dibawa ke ruangan Ceo, sontak terdiam lalu menghela napas dengan kasar saat teringat pada Candra. Bukan karena merindukan pria itu yang kini sudah berada di Paris, melainkan ucapan Candra saat makan malam perpisahan mereka yang mempertanyakan kenapa wajah Ivy begitu mirip dengan Lio.
Arneta yang sempat bingung ingin menjawab apa, akhirnya hanya menjelaskan kalau kebenciannya dulu pada Lea yang nota bene saudara kembar Lio telah membuat wajah Ivy begitu mirip dengan Lio Richard. Entah apakah Candra mempercayai alasannya tersebut atau tidak, tapi yang jelas Candra tidak lagi mempertanyakan hal tersebut.
"Aku memang merindukan Pak Candra, memangnya kenapa?"
Tanpa di duga oleh Arneta, Nadine memeluknya dengan erat sampai membuatnya kesulitan untuk bernapas.
"Kau tidak perlu merindukan Pak Candra, di sini masih banyak pria tampan lainnya. Tapi jangan atasan kita, karena dia sudah memiliki istri," ucap Nadine menasehati sambil melepaskan pelukannya, membuat Arneta kini bisa bernapas dengan lega.
"Ck, siapa juga yang ingin mendekati CEO kejam itu," gerutu Arneta dengan kesal. "Justru kalau aku tahu sejak awal perusahaan ini miliknya, aku tidak akan pernah melamar pekerjaan di sini!"
Ya, itulah kesalahan Arneta sejak awal karena tidak mengetahui jika perusahaan tempatnya bekerja selama ini adalah milik perusahaan keluarga Richard.
"Kalau kau tidak melamar pekerjaan di perusahaan ini, maka kau tidak akan pernah bertemu denganku dan Pak Candra," sahut Nadine dengan protes. "Oh ya, kau dengar tidak kalau istri Ceo kita akan datang Minggu ini? Kira-kira secantik apa wanita itu sampai bisa meluluhkan Tuan Lio Richard?" tanyanya sambil membayangkan bagaimana rupa istri atasannya.
Arneta yang ditanya hanya menjawab dengan mengangkat kedua bahunya acuh. Ia tidak peduli jika istri Lio akan datang atau kabar apa pun yang berkaitan dengan pria itu, karena bagi Arneta itu semua bukan urusannya.
"Sudahlah, aku harus bekerja sekarang."
Arneta pun pergi meninggalkan Nadine begitu saja, karena tak ingin membuat Lio marah hanya karena ia terlambat masuk ke dalam ruangan pria itu seperti sebelumnya.