Kematian kakak Debora, Riska, sungguh membuat semua keluarga sangat berduka.
Riska, meninggal saat melahirkan anak pertamanya. Tubuhnya yang lemah, membuat dia tidak bisa bertahan.
Karena keadaan, semua keluarga menginginkan Debora, menggantikan
posisi kakaknya yang sudah meninggal, menjadi istri kakak iparnya.
Debora terpaksa menerima pernikahan itu, karena keponakannya yang masih bayi, perlu seorang Ibu.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon KGDan, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 25.
Tidak terasa satu minggu berlalu sudah, Debora menjadi istri kakak iparnya.
Hubungan mereka masih renggang, dan masih tidur terpisah.
Orang tua mereka silih berganti datang untuk melihat cucu mereka, dan melihat perkembangan hubungan mereka berdua.
Ibu Victor selalu menanyakan, tentang hubungan putranya itu dengan Debora.
Sementara yang di tanya, mengatakan semuanya baik-baik saja, masih tahap pendekatan.
Sementara orang tua Debora, selalu menasehati Debora harus lebih memperhatikan Arthur, dan jangan terlalu berharap untuk mendapatkan perhatian dari Victor.
Karena menurut mereka, Victor hanya milik Riska seorang, mungkin dalam jangka waktu tertentu, menurut orang tuanya, Victor dengan sendirinya akan move-on dari Riska.
Debora tidak berminat sedikit pun mendengarkan nasehat orang tuanya, karena dia sendiri juga merasa, tidak cocok dengan Victor.
Banyak sikap Victor yang tidak di sukai Debora, membuat gadis itu merasa heran dengan orang tuanya itu, begitu sangat mengagumi Victor, karena pernah menjadi suami dari putri emas mereka.
Tanpa di minta orang tuanya, untuk menjaga sikap terhadap Victor, Debora sendiri yang berinisiatif untuk menjaga jarak dengan kakak iparnya itu.
Victor itu pria kasar, egois dan pemarah, tentu saja Debora tidak akan pernah mencoba mencari perhatian Victor.
Orang tua Debora, juga mengatur cara berpakaian Debora, jangan memakai pakaian yang membuat dia terlihat menonjol, dan menjadi pusat perhatian.
Orang tua Debora itu, menginginkan putri ke dua mereka, terlihat seperti gadis biasa saja, jangan mengalahkan kecantikan Riska, yang masih tidak bisa mereka lepaskan, dalam ingatan mereka.
Debora terkadang merasa heran dengan orang tuanya itu, sepertinya mereka belum bisa merelakan kematian kakaknya, Riska.
Pernah Debora memakai pakaian mewah, dan respon orang tuanya langsung marah padanya, lalu menyuruh Debora untuk mengganti pakaiannya, dengan pakaian sederhana.
Demi kebaikan, Debora hanya bisa menuruti apa yang diinginkan ke dua orang tuanya.
Siang ini Debora mengajak Nita bersama Arthur ke mall, untuk membeli pakaian sederhana.
Debora merasa kalau pakaiannya perlu di beli lagi, karena dia hanya membawa pakaian yang tidak terlalu banyak, sewaktu di panggil dari kota, tempat dia tinggal selama lulus kuliah.
Simpanannya masih ada, untuk membeli beberapa potong pakaian.
Sewaktu dia bekerja part-time, di kota kecil tempat tinggalnya, dia menyisihkan sebagian gajinya untuk di tabung.
Untunglah dia gadis yang sederhana, yang suka menghemat, tabungannya lumayan juga terkumpul, setelah dia tidak bekerja lagi.
Dan, sekarang dia ingin memakai sedikit uang itu untuk membeli pakaian baru, menambah stok pakaiannya di Mansion Victor.
"Bagaimana menurutmu yang ini Nita? cantik tidak?" tanya Debora mengambil beberapa pakaian.
Debora menempelkan pakaian itu ke tubuhnya, untuk melihat apakah pakaian itu cocok dengan warna kulitnya.
"Nyonya, apakah anda tidak salah dalam memilih pakaian? ini terlalu sederhana, anda kan istri Tuan Victor, rasanya kurang cocok memakai pakaian sederhana seperti ini!" bisik Nita pada Debora, dia merasa Debora salah dalam memilih pakaian.
"Ini gaya berpakaian ku, terserah orang mau menilai aku bagaimana, aku tidak perduli, apakah kamu lupa, kalau aku dan Victor itu tidak saling menyukai, jadi kamu jangan memikirkan tentang reputasinya!" jawab Debora berbisik pada Nita.
Nita tidak bisa lagi berkata-kata, begitu mendengar jawaban Nyonya mudanya itu.
"Bagaimana? cocok tidak?" tanya Debora, kembali menempelkan pakaian itu ke tubuhnya.
"Iya, cocok Nyonya, apa pun yang Nyonya pakai, semuanya cocok, karena kulit anda yang putih!" jawab Nita merasa iba pada Debora.
"Terimakasih, Nita!" kata Debora tersenyum senang, "Jadi aku pilih warna yang mana ya?" tanyanya lagi sembari memperhatikan pakaian itu.
"Warna kuning, biru dan cream ini cantik untuk kulit Nyonya!" sahut Nita sembari menunjuk pakaian yang dia maksud.
"Ah, iya juga ya, terlihat cerah dan segar!" kata Debora tersenyum senang.
"Wah, siapa ini? sepertinya aku pernah mengenal kamu!" sebuah suara wanita terdengar di belakang mereka.
Debora dan Nita menoleh kebelakang, melihat siapa gerangan wanita yang menegur mereka, dengan nada sedikit mencibir.
Bersambung.....
