Zhang Xuanye, seorang pemuda desa, mendapatkan penunjuk takdir yang menghubungkannya dengan tahta Kaisar Giok, penguasa langit. Dalam perjalanannya untuk mengklaim kekuasaan tersebut, ia menghadapi berbagai ancaman dan mengungkap rahasia kelam. Dengan bantuan teman dan kekuatan baru, Zhang Xuanye berjuang untuk menyatukan dunia manusia dan ilahi.
Saya usahakan double up tiap weekend bilamana ada waktu lebih. Sekian, terima kasih🙏
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon yogasurendra, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Menebus Kesalahan
Putri Xiaolun Ruixiang telah kembali ke istana kekaisaran. Ia memasuki aula besar menghadap ayahandanya Kaisar Yang Jian.
"Salam ayahanda,"ucapnya menundukkan kepala.
Kaisar Yang Jian menganggukkan kepalanya. Ia tengah duduk di atas singgasana naga phoenix berlapiskan emas yang berkilauan. Mengenakan jubah sutra biru dan bermotifkan awan putih. Dia adalah penguasa umat manusia secara sah dan resmi memimpin ratusan kerajaan di bawah panji kekaisaran Huanyu.
"Bagaimana? "tanya Kaisar Yang Jian.
"Putri ini gagal membawa relik suci Guanyin kembali kekaisaran. Biksuni Fengqing dan Zhang Xuanye bersama dua orang sekte Cixin pergi menuju ke gunung langit utara,"jawab Xiaolun Ruixiang.
Kaisar Yang Jian mengerutkan keningnya menggebrak takhtanya menyebabkan gelombang energi penuh tekanan menyebar ke seluruh aula.
"Xiang'er, kau seharusnya tahu bahwa tidak ada tempat teraman selain istana kekaisaran. Kegelapan tiba-tiba muncul setelah pertempuran spirit beast di gunung kehampaan surgawi. Alam manusia terancam dan bahkan Zhang Xuanye ikut bersama biksuni Fengqing ke gunung langit utara!"ucapnya dengan penuh nada amarah.
Putri Xiaolun Ruixiang tak berani untuk mengangkat kepalanya. Suasana aula benar-benar suram akibat kemarahan sang Kaisar.
"Mengabaikan dekrit Kaisar adalah hukuman berat,"ucap Kaisar Yang Jian berdiri dari singgasananya. "Dexian! Panggil pangeran Tianshen kemari!"perintahnya tegas.
"Melaksanakan perintah Yang Mulia,"balas Liu Dexian meninggalkan aula. Tak lama kemudian pangeran Tianshen Yufeng memasuki aula dengan langkah mantap. Ia mengenakan baju zirah perak yang berkilauan, dengan lambang naga berkepala dua terukir di dada. Wajahnya tampak serius, seakan sudah memahami betapa gentingnya situasi.
"Salam kepada Ayahanda, Kaisar Yang Jian," katanya sambil membungkuk hormat. Tatapannya sekilas beralih kepada Xiaolun Ruixiang, saudara perempuannya, yang masih menundukkan kepala di hadapan sang Kaisar.
Kaisar Yang Jian tidak menunda-nunda. "Yufeng, pergilah ke Gunung Langit Utara. Zhang Xuanye dan para biksuni sekte Cixin telah memutuskan untuk bergerak sendiri tanpa izin Kekaisaran. Mereka membawa relik suci Guanyin, sebuah pusaka yang terlalu berharga untuk dibiarkan jatuh ke tangan yang salah," katanya tegas, sembari berjalan mendekati pangeran sulungnya.
Pangeran Yufeng menunduk dalam-dalam. "Ayahanda, apakah aku diperintahkan untuk membawa Zhang Xuanye dan Biksuni Fengqing kembali ke istana?"
Kaisar Yang Jian menggeleng. "Tidak perlu. Kegelapan yang bangkit di gunung kehampaan surgawi telah mulai mengancam alam manusia. Mereka mungkin memiliki alasan mereka, tapi relik suci Guanyin harus dilindungi oleh Kekaisaran. Kau akan membawa pasukan elit Huanyu untuk memastikan tidak ada ancaman yang menghalangi jalan mereka, tapi kau juga akan menunggu kesempatan untuk mendapatkan kembali relik itu."
Pangeran Yufeng memandang Kaisar dengan penuh perhatian. "Aku akan melaksanakan titah, Ayahanda."
"Dan satu lagi," lanjut Kaisar Yang Jian, matanya menyipit. "Jika ada tanda-tanda bahwa Zhang Xuanye atau sekte Cixin ingin berkhianat—hancurkan mereka."
Pangeran Yufeng terdiam sejenak sebelum menjawab. "Aku mengerti."
Kaisar Yang Jian menoleh kembali kepada Xiaolun Ruixiang yang masih berlutut. "Xiang'er, kau harus ikut bersama Yufeng. Kau akan membuktikan kesetiaanmu kepada Kekaisaran di perjalanan ini."
Xiaolun Ruixiang akhirnya mengangkat kepalanya. "Terima kasih, Ayahanda. Putri ini tidak akan mengecewakan."
Setelah Kaisar memberikan instruksi terakhir, Pangeran Yufeng dan Putri Xiaolun Ruixiang bergegas keluar aula. Di luar, pasukan elit Huanyu sudah siap dengan kuda-kuda mereka, bersiap menuju Gunung Langit Utara.
Namun, di dalam hatinya, Putri Xiaolun Ruixiang merasa gundah. Meski ia mendapat kesempatan untuk menebus kegagalannya, ia khawatir dengan apa yang akan mereka hadapi di Gunung Langit Utara. Zhang Xuanye adalah sekutu mereka, tapi akankah ia dan Biksuni Fengqing benar-benar bisa dipercaya?
Tatapannya beralih kepada kakaknya, Pangeran Yufeng, yang tampak tenang dan penuh kendali. Mereka berdua tahu bahwa perjalanan ini bukan hanya tentang merebut kembali relik suci, tapi juga menjaga stabilitas Kekaisaran di tengah ancaman yang semakin mendekat.
Dan di kejauhan, Gunung Langit Utara berdiri megah, menyimpan rahasia dan kegelapan yang akan segera mereka hadapi.