Hamdan seorang siswa SMA kelas dua. Sedari kecil sudah tinggal di Panti sehingga dia tidak pernah tahu akan keberadaan orang tuanya.
Hamdan sangat suka silat tapi dia tidak punya bakat.
Setiap kali latihan, dia hanya jadi bahan ledekan teman-temannya serta omelin Kakak pelatihnya.
Suatu hari Hamdan dijebak oleh Dewi, gadis pujaan hatinya sehingga nyawanya hampir melayang.
Tak disangka ternyata hal itu menjadi asbab berubahnya takdir Hamdan.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Muhammad Ali, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Proses Pembukaan Mata Batin
Tanto sedang duduk di sofa ruang tamunya, menikmati sore yang tenang. Setelah berminggu-minggu mengalami sakit di dadanya, akhirnya dia merasa sembuh. Dokter telah mengizinkannya untuk kembali ke sekolah mulai besok. Hari itu, sinar matahari masuk melalui jendela, membuat suasana rumahnya terasa hangat dan nyaman. Tanto merasa lega, membayangkan bisa kembali berkumpul dengan teman-temannya di sekolah.
Tiba-tiba, suara ketukan keras di pintu depan mengagetkannya. Tanto bangkit dari sofa dan berjalan ke pintu. Saat membuka pintu, dia terkejut melihat dua orang Pihak Berwajib berdiri di sana.
"Selamat sore, apakah Anda Tanto?"
Tanto mengangguk, merasa gugup. "Ya, saya Tanto. Ada apa, Pak?"
"Kami mendapat laporan dari seseorang yang tidak bisa kami sebutkan namanya demi keselamatannya sendiri."
"Dia melaporkan Anda karena telah mengeroyok seseorang bernama Hamdan. Kami harus membawa Anda untuk diperiksa lebih lanjut."
Pihak Berwajib itu memperlihatkan video pengeroyokan yang dilakukan oleh Tanto dan dua orang kawannya.
Wajah Tanto memucat. Dia tahu masalah ini bisa menjadi sangat serius. Dia tidak bisa berkata apa-apa, hanya berdiri terpaku di tempatnya.
Mama dan papanya yang mendengar suara dari depan rumah segera datang untuk melihat apa yang terjadi.
"Ada apa ini? Kenapa anak saya mau di bawa?" Tanya Mama Tanto.
"Ibu, kami harus membawa Tanto untuk penyelidikan lebih lanjut. Ada laporan tentang pengeroyokan yang melibatkan anak Anda."
Papa Tanto mencoba menenangkan situasi. "Tenang, Mari kita selesaikan ini dengan baik. Tanto, kita akan ikut dengan Petugas ini untuk memberikan keterangan."
Selain tidak percaya bahwa anaknya benar-benar telah melakukan pengeroyokan. Papa Tanto sebenarnya punya 'orang dalam'.
Dengan berat hati, Tanto mengikuti kedua pria itu menuju mobil mereka. Di perjalanan, pikirannya dipenuhi dengan ketakutan dan penyesalan.
Dia tahu bahwa apa yang terjadi hari itu adalah kesalahan besar, tetapi dia juga tahu bahwa dia harus bertanggung jawab atas tindakannya.
Saat mereka tiba di kantor, Tanto dibawa ke ruang interogasi. Petugas meminta keterangan lengkap dari Tanto tentang kejadian yang dilaporkan berdasarkan Video itu.
Tanto menghela napas panjang dan mulai bercerita.
"Pak, kami memang terlibat dalam perkelahian itu, tapi bukan maksud kami untuk melukai Hamdan. Kami hanya terlibat dalam argumen yang memanas, dan semuanya berakhir dengan buruk."
Tanto merasa curiga bahwa yang melaporkan adalah Dewi. Perasaan curiganya membuat kebenciannya terhadap Dewi semakin dalam. Namun, Tanto tidak bisa langsung menuduh Dewi sebagai dalang dari semua ini karena dia tidak memiliki bukti yang cukup. Meskipun demikian, dalam pandangannya, Dewi adalah wanita yang licik. Di kemudian hari dia harus mewaspadai Dewi.
"Pa, bagaimana ini? Tanto tak mau dipenjara."
"Tenang, Tanto. Papa sudah bicara dengan beberapa orang dalam. Kita akan coba cari cara untuk menyelesaikan masalah ini."
"Apa kita bisa menghentikan semua ini, Pa?"
"Papa akan berusaha semaksimal mungkin. Yang penting sekarang kamu tetap tenang dan jangan membuat masalah baru."
"Terima kasih, Pa. Saya benar-benar takut."
"Papa mengerti. Percayalah, kita akan cari jalan keluar bersama-sama."
...****************...
Hari ketiga puasa Hamdan pun tiba. Dia menyelesaikan puasanya dengan penuh rasa syukur dan keyakinan bahwa dia telah memenuhi salah satu syarat penting dalam latihannya.
Hamdan tetap sabar meskipun menghadapi banyak masalah dalam beberapa hari ini. Sebelum tidur, dia berlatih pernapasan dulu hingga menjelang tengah malam. Akhirnya, dia pun tertidur.
Hamdan kembali muncul di alam mimpi dan bertemu dengan Datuk Harimau Putih.
"Kamu kembali lagi, wahai cucuku. Aku tahu kamu banyak masalah. Itu merupakan cobaan dari puasamu. Tak ada yang namanya naik kelas jika tidak melewati ujian dulu."
"Iya, Tuk." Hamdan mengangguk. "Bagus. Bagus. Sekarang kamu latihan pernapasan dulu! Tenangkan hatimu. Setelah itu nanti baru lah kita mulai membuka mata batinmu," kata Datuk Harimau Putih.
Hamdan duduk dengan posisi yang nyaman, menenangkan pikirannya dan mulai melakukan latihan pernapasan. Dia menarik napas dalam-dalam melalui hidung, menahan beberapa detik, dan mengeluarkannya perlahan melalui mulut. Latihan ini dilakukan beberapa kali hingga dia merasa tenang dan fokus.
Mengikuti petunjuk dari Datuk Harimau Putih, Hamdan memejamkan mata dan mulai bermeditasi, membayangkan cahaya putih yang bersih dan murni mengelilinginya, membersihkan energi negatif dari tubuh dan pikirannya.
Dengan suara yang tenang, Hamdan mengucapkan doa yang diajarkan oleh Datuk Harimau Putih. Doa ini merupakan permohonan untuk bimbingan dan perlindungan selama proses pembukaan mata batin.
Hamdan membayangkan sebuah mata di tengah dahinya, tertutup rapat. Dia fokus pada bayangan tersebut sambil tetap melakukan pernapasan yang dalam dan tenang.
Datuk Harimau Putih mendekati Hamdan dan dengan lembut menyentuh dahinya di tempat mata batin tersebut berada. Hamdan merasakan energi hangat dan kuat dari sentuhan itu, seolah-olah sebuah kekuatan spiritual mengalir ke dalam dirinya.
Hamdan membayangkan mata batin perlahan-lahan terbuka, dan ketika terbuka, dia melihat cahaya terang yang memenuhi pikirannya. Cahaya ini adalah simbol dari pencerahan dan kebijaksanaan yang akan membimbingnya.
Hamdan dapat melihat keadaan sekeliling dan alam tak kasat mata dengan mata batinnya.
Hamdan juga dapat 'melihat' makhluk halus serta makhluk lelembut lainnya.
Hamdan secara perlahan mengembalikan kesadarannya ke dunia nyata, masih merasakan efek dari ritual tersebut. Dia membuka mata dan merasakan ketenangan serta kekuatan baru dalam dirinya.
Dengan ritual ini, Hamdan diharapkan dapat melihat dan memahami hal-hal yang sebelumnya tersembunyi dari pandangannya, membantu dia mengatasi masalah dan cobaan yang dihadapinya dengan kebijaksanaan dan ketenangan.
"Terima kasih, Datuk, atas bimbingan dan ajaranmu. Berkat engkau, cucu berhasil membuka mata batin."
"Tidak perlu berterima kasih, wahai cucuku. Ingatlah, apa yang engkau capai adalah hasil dari ketekunan dan keinginanmu sendiri untuk belajar dan memahami."
"Lagi pula ilmu ini adalah milik leluhur kita dan ilmu itu lah sendiri yang memilih mu wahai cucuku."
Mata batin yang telah terbuka adalah anugerah besar, tetapi juga tanggung jawab besar."
"Apa yang harus cucu lakukan sekarang, Datuk?"
"Pertama-tama, ingatlah bahwa mata batin bukanlah alat untuk pamer atau mengagumi diri sendiri. Kegunaannya adalah untuk membantu dan melindungi, baik dirimu sendiri maupun orang lain."
"Dengan mata batin, engkau dapat melihat apa yang tak terlihat oleh mata fisik: niat buruk, energi negatif, dan bahkan makhluk halus wahai cucuku."
"Bagaimana cucu bisa menggunakan mata batin ini dengan bijak, Datuk?"
"Selalu gunakan untuk tujuan kebaikan. Mata batin dapat membantumu memahami situasi yang kompleks, membaca hati orang, dan membuat keputusan yang lebih baik. Namun, jangan biarkan dirimu terjebak dalam kesombongan atau rasa takut. Tetaplah rendah hati dan bijaksana."
"Apakah ada hal lain yang harus cucu perhatikan, Tuk?"
"Ya, ingatlah untuk selalu menjaga kebersihan hati dan pikiranmu. Mata batin yang jernih memerlukan jiwa yang bersih. Lakukan meditasi dan proses pernafasan yang telah diajarkan, serta hindari pikiran negatif dan perbuatan buruk. Hanya dengan demikian, mata batinmu akan tetap kuat dan jelas wahai cucuku."
"Cucu akan mengingat semua nasehatmu, Datuk. Terima kasih banyak atas petunjuk dan bimbinganmu."
"Selalu berusaha untuk menjadi lebih baik, wahai cucuku. Jalan ini panjang dan penuh tantangan, tetapi aku yakin engkau mampu melaluinya. Semoga keberuntungan dan kebijaksanaan selalu menyertaimu."
"Terima kasih sekali lagi, Datuk."