Luna Amanda, seorang aktris terkenal dengan pesona yang menawan, dan Dafa Donofan, seorang dokter genius yang acuh tak acuh, dipaksa menjalani perjodohan oleh keluarga masing-masing. Keduanya awalnya menolak keras, percaya bahwa cinta sejati tidak bisa dipaksakan. Luna, yang terbiasa menjadi pusat perhatian, selalu gagal dalam menjalin hubungan meski banyak pria yang mendekatinya. Sementara itu, Dafa yang perfeksionis tidak pernah benar-benar tertarik pada cinta, meski dikelilingi banyak wanita.
Namun, ketika Luna dan Dafa dipertemukan dalam situasi yang tidak terduga, mereka mulai melihat sisi lain dari satu sama lain. Akankah Luna yang memulai mengejar cinta sang dokter? Atau justru Dafa yang perlahan membuka hati pada aktris yang penuh kontroversi itu? Di balik ketenaran dan profesionalisme, apakah mereka bisa menemukan takdir cinta yang sejati?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Lucky One, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Keputusan Yang Di Ambi Dafa
Luna mulai merasakan dampak dari strategi tarik ulur yang disarankan Aurel. Meski begitu, bukan hanya Dafa yang perlahan-lahan merasakan perubahan sikapnya. Kedekatan Luna dengan Arman, lawan mainnya di film terbaru, mulai jadi sorotan media. Produser film tersebut sengaja memanfaatkan chemistry di antara mereka untuk menciptakan gimik yang akan menaikkan pamor film tersebut.
Berita-berita mengenai kedekatan Luna dan Arman mulai menyebar di media. Banyak foto-foto mereka berdua yang tampak akrab di lokasi syuting, dan gosip bahwa mereka mungkin sedang menjalin hubungan pun muncul. Dafa, yang biasanya tidak terlalu memedulikan dunia hiburan, mulai merasa terusik dengan pemberitaan itu.
Di rumah sakit, Dafa sedang bersiap untuk mengunjungi pasiennya saat ponselnya berbunyi. Saat dia melihat notifikasi berita yang muncul di layar, foto Luna dan Arman yang tertawa bersama terpampang jelas. Judul artikel itu berbunyi, "Luna dan Arman, Pasangan Baru di Balik Layar?" Dafa mendadak merasa dadanya sesak. Meskipun dia tahu itu mungkin hanya strategi pemasaran film, dia tidak bisa menahan rasa tidak nyaman yang tiba-tiba muncul.
Sementara itu, di apartemennya, Luna sedang duduk bersama Aurel. Ponselnya juga terus bergetar, menandakan pemberitahuan dari media sosial tentang kabar hubungannya dengan Arman. Luna mendesah, merasa lelah dengan drama yang seolah tak henti-hentinya mengejar hidupnya. "Aku capek, Rel. Ini semua cuma gimik buat film, tapi Dafa mungkin mikir aku beneran suka sama Arman," keluh Luna, matanya menatap jendela dengan pandangan kosong. Aurel tersenyum dan menepuk bahu Luna. "Tenang, Lun. Itu justru bagus. Kalau Dafa cemburu, itu berarti dia mulai merasa kamu penting buat dia. Dan ingat, kamu harus tetap dingin. Jangan buru-buru temuin Dafa atau ngejar dia. Biar dia yang mikir sendiri."
Luna menggigit bibirnya, bingung. "Tapi gimana kalau ini malah makin menjauhkan aku dari dia?" Aurel menggeleng. "Percaya sama aku. Cowok itu kadang butuh diingatkan bahwa mereka bisa kehilangan sesuatu yang berharga. Dafa nggak akan tinggal diam kalau dia benar-benar punya rasa sama kamu." Hari-hari berikutnya, Luna mengikuti saran Aurel dengan sepenuh hati. Di depan media, dia dan Arman tetap tampil mesra sebagai bagian dari promosi film, meskipun semuanya murni profesional. Setiap kali ditanya soal hubungan mereka, Luna hanya tersenyum dan memberikan jawaban ambigu, membuat media semakin gencar menggali informasi lebih lanjut.
Dafa, di sisi lain, semakin merasa resah. Setiap kali dia melihat berita atau mendengar gosip tentang Luna dan Arman, hatinya terasa panas. Dia mulai bertanya-tanya, apakah dia terlalu lama berpikir tentang perasaannya terhadap Luna? Apakah selama ini dia terlalu sibuk menolak perjodohan hingga tidak menyadari bahwa Luna sudah menjadi bagian penting dalam hidupnya?
Satu malam, saat Dafa sedang beristirahat di rumah, dia membuka ponselnya dan melihat unggahan terbaru dari akun fanbase Luna. Mereka mengunggah foto Luna dan Arman yang sedang tersenyum, tampak sangat dekat di sebuah acara promosi film. Ada sesuatu yang menusuk hatinya melihat kedekatan itu. Dia meletakkan ponselnya dengan kasar, merasa frustrasi. Apakah ini tanda bahwa dia telah membuat kesalahan dengan meminta waktu untuk berpikir? Apakah Luna sudah mulai menjauh darinya dan membuka hatinya untuk orang lain?
Di saat yang sama, Luna berbaring di sofa apartemennya, memegang ponselnya, ragu-ragu. Di satu sisi, dia ingin mengirim pesan kepada Dafa, mengklarifikasi semuanya, tetapi di sisi lain, dia tahu ini adalah bagian dari rencana Aurel untuk tetap dingin dan memberikan Dafa ruang untuk merindukannya. "Rel, aku nggak tahan," gumam Luna akhirnya.
Aurel yang sedang sibuk di dapur berhenti sejenak dan menatap Luna. "Lun, kamu harus sabar. Ini bagian dari rencana."Luna mendesah berat, merasa antara ingin menyerah dan tetap mengikuti strategi Aurel. Meski dia tahu bahwa tarik ulur ini bisa berhasil, hatinya terasa berat setiap kali membayangkan Dafa semakin menjauh. Namun, tanpa Luna sadari, Dafa kini tengah berada di titik kebingungan yang sama. Berita kedekatan Luna dengan Arman telah memicu sesuatu dalam dirinya sebuah perasaan yang selama ini dia coba abaikan, tapi kini semakin sulit dihindari.
***
Pemberitaan tentang hubungan Luna dan Dafa semakin tak terkendali. Berita-berita yang tadinya hanya sekadar gosip mulai berubah menjadi spekulasi besar. Media berspekulasi bahwa Luna dan Dafa telah berpisah diam-diam, mengingat mereka sudah lama tidak terlihat bersama di depan publik. Sebaliknya, Luna justru sering muncul bersama Arman, lawan mainnya dalam film terbaru. Para wartawan pun semakin gencar menanyakan status hubungan mereka.
Di berbagai platform media sosial, judul-judul berita seperti "Luna dan Dafa Dikabarkan Putus, Arman Pengganti?" mulai mendominasi. Setiap unggahan foto Luna dan Arman di lokasi syuting menjadi viral, dan para penggemar Dafa serta Luna mulai terbagi ada yang mendukung hubungan Luna dengan Arman, sementara yang lain berharap hubungan Luna dan Dafa masih bisa dipertahankan.
Luna, yang selalu profesional saat bekerja, mulai merasa semakin terganggu. Setiap wawancara dengan media, mereka selalu menanyakan tentang Dafa atau hubungannya dengan Arman, bukan tentang proyek film yang sedang digarapnya. Sementara itu, Aurel yang selalu mendampingi Luna hanya bisa mengingatkannya untuk tetap tenang dan mengikuti strategi yang telah mereka susun.
Namun, di balik semua itu, Luna merasa hatinya semakin berat. Hubungannya dengan Dafa yang sebelumnya begitu dekat kini terasa semakin jauh. Berita-berita yang menyebutkan bahwa mereka "putus" semakin menguat, dan Luna takut jika semua ini akan benar-benar menjadi kenyataan.
Suatu pagi, saat sedang bersiap untuk syuting, Luna menatap pantulan dirinya di cermin. Dia terlihat sempurna dengan riasan wajahnya yang profesional dan gaun yang anggun. Namun, pikirannya terus menerawang ke Dafa. Sudah berhari-hari Dafa tidak menghubunginya, dan Luna mulai meragukan apakah Dafa akan benar-benar mengambil keputusan untuk kembali mendekatinya.n"Aku harus bicara sama dia, Rel," gumam Luna pada Aurel yang tengah memeriksa jadwal syuting hari itu.
Aurel mendongak, sedikit terkejut. "Kamu yakin? Bukannya kamu setuju untuk tetap tarik ulur?" Luna menghela napas. "Aku nggak bisa terus begini. Berita tentang kita yang putus semakin menyebar, dan kalau Dafa nggak ngelakuin apa-apa, semua ini akan semakin buruk. Aku butuh kejelasan." Aurel diam sejenak sebelum mengangguk. "Oke, aku ngerti. Tapi pastikan kalau kamu benar-benar siap dengan apapun jawabannya. Jangan buru-buru."
Sementara itu, di rumah sakit, Dafa juga tak bisa menyingkirkan perasaan tak nyaman yang terus menghantui pikirannya. Meski sibuk dengan pekerjaannya, dia tak bisa menghindari berita tentang Luna dan Arman yang semakin ramai. Bahkan, beberapa rekan kerjanya mulai bertanya-tanya apakah benar dia dan Luna telah putus.
Dalam benaknya, Dafa masih merasa bahwa dia hanya butuh waktu untuk berpikir. Tapi melihat Luna bersama Arman di media, entah kenapa membuatnya merasa terlambat. Dia mulai mempertanyakan keputusannya untuk tidak segera menjawab pertanyaan Luna dan keluarganya tentang perjodohan itu.
gabung yu di Gc Bcm..
kita di sini ada event tertentu dengan reward yg menarik
serta kita akan belajar bersama mentor senior.
Jadi yu gabung untuk bertumbuh bareng.
Terima Kasih
cerita nya bagus thor,kalau dialog nya lebih rapi lagi,pasti tambah seru.../Smile/