Cinta dan Obsesi? Seperti dua sisi koin yang berbeda.
Ryu Dean sudah dua tahun ini berpura-pura menjadi security di sebuah kampus ternama, hanya untuk mengamati tunangannya, Almira. Seorang tunangan yang tidak setia padanya.
Tapi di balik itu, ada Fiona seorang mahasiswi paling alay yang selalu mengoceh bercerita tanpa henti padanya.
Perlahan perasaan patah hati Ryu pada Almira berubah. Dirinya merasa nyaman setiap kali bersama dengan Fiona.
Namun ada kalanya perasaan tidak berbalas. Fiona ingin menyatakan cintanya pada kang bakso.
Membuat ego seorang Ryu Dean tidak dapat menerimanya. Putra tunggal keluarga konglomerat, dikalahkan oleh kang bakso?
"Kamu sudah gila...?" Gumam Ryu Dean tertawa, aneh.
Bagaimana obsesi konyol ini, akan berlanjut?
🍀🍀🍀 Warning! Buatan seorang amatir yang hanya iseng menulis.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon KOHAPU, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
It's My Life
Untuk pertama kalinya dirinya memasuki rumah semewah ini. Jujur saja ukuran ruang tamunya saja mungkin sebesar setengah dari rumah Fiona.
"Benar-benar orang kaya..." Gumam Fiona, tidak begitu menyukai spesies ini. Mengapa? Karena kebanyakan orang kaya akan berharap lebih dari menantu atau teman putra mereka. Jika teman harus menjadi relasi bisnis yang kuat nantinya. Apalagi jika menantu, jangankan orang biasa. Profesi perawat saja mungkin akan direndahkan jika masuk ke keluarga kaya 8 tanjakan 7 tikungan.
Tapi bukan itu intinya, saat mulai duduk di sofa seorang pelayan menghidangkan teh dengan perasan lemon dan madu. Lumayan enak, mungkin itulah yang ada di benaknya.
Disini ada 4 slime, dalam artian 4 pria tampan dimana Fiona tidak boleh menyimpan perasaan pada salah satunya. Jadi dimatanya mereka hanya slime, tidak lebih. Tapi mengapa mereka melihatnya begitu?
Jerrel, Gretel dan Dio seperti menahan tawanya. Sedangkan Derio, bersikap seperti biasanya.
"Kenapa masih ada di kampus malam-malam!? Bagaimana kalau ada yang mencelakaimu lagi!?" Geram Derio melemparkan handuk tepat mengenai kepala Fiona.
Fiona menghela napas menatap jenuh. Tapi inilah bosnya. Maka senyuman karier terlihat menyungging di pipinya."Aku di kampus bersama dengan kak security. Jadi lumayan aman," jawabnya mulai membuka bungkus martabak spesial."Terimakasih boss!"
"Kak security!? Memang apa yang kalian lakukan berdua!? Kamu jadian dengannya?" Tanya Derio berusaha tersenyum padahal aslinya kesal setengah mati.
"Cemburu..." Celetuk Jerrel.
"Tidak cemburu, cuma jealous..." Bisik Gretel.
Brak!
Derio melempar bantal tepat mengenai wajah Gretel. Akibat Jerrel yang menghindar."Mana ada!? Aku cuma cemas pada Donat! Security itu agak mencurigakan. Lagipula apa yang kamu lakukan di kampus dengannya sampai malam?" Pertanyaan bagaikan seorang suami yang penuh selidik. Padahal status Fiona hanya penggemar.
"Dia membantuku membuat tugas. Ini aneh, kak security benar-benar pintar. Bahkan lebih pintar dari asisten dosen. Dapat dikatakan dia juga melebihi dosen." Ucap Fiona antusias, mengingat tugasnya dapat selesai dengan sempurna. Walaupun itu sebagian besar juga karena ketekunan dan tekadnya untuk lulus lebih awal.
"Kamu bercanda? Tidak mungkin---" Kalimat Derio disela.
"Orang itu aneh." Gumam Gretel.
"Aneh?" Tanya Dio tidak mengerti.
"Dia seperti tidak memenuhi standar shift kerja 8 jam." Gretel menghela napas kasar, mengingat sang security begitu dekat dengan calon pacar sahabatnya. Itulah sebabnya Gretel lebih memperhatikannya.
"Tidak ada yang aneh! Kalian kan tidak sering di kampus. Mungkin saja Yudha menjaga full time di malam hari." Bela Fiona, makan dengan lahap. Terlihat seperti pinguin kecil memakan ikan.
"Jangan rakus!" Derio menggeleng heran sembari tersenyum menyodorkan tissue pada Fiona.
Gesture yang tidak biasa. Teman mereka, seorang Derio sudah jatuh cinta. Hal yang sukses membuat mereka menahan tawanya. Bagaimana bisa Derio satu tahun ini mengelak perasaannya sendiri?
Fiona menerimanya, kembali makan."Bos memang yang paling baik." Ucap Fiona mengingat martabak merupakan pemberian Derio.
Sedangkan Derio hanya tertegun menelan ludahnya, begitu tegang menerima pujian."I...ini karena kamu kehujanan membawakan martabak untukku. Sudah! Makan sana supaya cepat tinggi." Pekiknya terdengar gugup.
"Astaga! Aura bucin yang menyengat!" Jerrel menipiskan bibir menahan tawanya.
"Mataku sakit! Tidak tahan melihat kebucinan ini!" Gretel menimpali.
Bruk!
Kali ini, bukan Gretel yang terkena lemparan bantal tapi Jerrel. Sebuah bantal yang dilemparkan Derio.
"Dia hanya pinguin peliharaanku. Benar kan Donat?" Tanya Derio pada Fiona.
"Siap boss!" Ucap Fiona dengan mulut penuh. Dirinya memang hanya tukang ojek online langganan Derio. Memang apa statusnya? Fiona tidak pernah berimajinasi lebih. Karena orang biasa pada akhirnya hanya akan cocok dengan orang biasa.
Tapi berbeda dengan yang ada di fikiran Dio. Sang kakak tidak banyak bicara dari tadi. Membayangkan betapa bahagia wajah adiknya, kala menyadari dirinya jatuh cinta. Dan bagaimana jika cintanya terwujud. Fiona tidak akan dapat menolak Derio.
Mengapa? Wanita mana yang tidak tertarik pada pria rupawan dan dapat dikatakan kaya. Mengembalikan senyuman sang adik adalah tujuannya.
Dio masih mengingat segalanya. Aura permusuhan yang disebarkannya, hanya karena berebut cinta seorang Almira. Tapi kini tidak, biarlah sang adik bahagia memiliki cinta baru yang lebih baik. Bukan cinta menggebu-gebu seperti dengan Almira.
Mereka terlihat dekat, perlahan lebih dekat. Mungkin Derio secara tidak sadar sudah meletakkan hatinya disana.
Suara seseorang menuruni tangga terdengar. Seorang wanita yang memasuki usia awal 40an. Begitu cantik terawat, memberikan aura anggun. Pakaian branded dan perhiasan melekat di tubuhnya.
"Kalian pergi ke ruang keluarga. Kecuali kamu!" Ucapnya begitu tegas pada Fiona. Benar-benar membuat gadis itu hampir tersedak. Dengan cepat meminum tehnya.
"Saya?" Fiona menunjuk pada dirinya sendiri.
"Ibu apa yang mau ibu lakukan pada Donat!?" Derio mencoba melindungi.
"Derio, Dio, kalian juga (Gretel dan Jerrel) pergi ke ruang keluarga sekarang." Tegas Risa, membuat mereka tidak dapat berkata-kata. Tentunya kecuali Derio.
"Donat! Biar aku antar pulang." Ucap Derio, tidak ingin ibunya bicara pada Fiona. Mengapa? Pasalnya Risa bahkan pernah menjambak rambut Almira. Karena Almira bagaikan mengadu domba kedua putranya.
"Dio! Tarik adikmu ke ruang keluarga!" Perintah Risa, dengan segera Dio menarik adiknya.
"Ibu!" Bentak Derio, tapi tetap saja harus pergi mengikuti perintah ibunya.
Sedangkan Fiona hanya tersenyum. Sembari berkata."Selamat malam Tante, namaku Fiona. Aku adalah tukang ojek langganan Derio. Kedatanganku ke rumah Tante untuk mengantarkan makanan yang dipesan Derio. Karena motorku rusak, jadi aku berteduh di sini sementara."
"Motormu rusak?" Tanya Risa mulai duduk di hadapan Fiona. Dapat dikatakan lumayan cantik, apalagi kalau dipoles. Maka tidak akan kalah dari anak perempuan kalangan atas.
"Iya! Tadi Dio menawarkan agar Derio untuk mengantar. Tapi, tenang saja, baru saja ayahku mengirimkan pesan, jika bisa menjemput ku." Ucap Fiona tersenyum.
"Sekarang apa saja kegiatanmu?" Risa kembali bertanya.
"Cuma kuliah, terkadang seperti sekarang menjadi ojek online." Sebuah jawaban yang membuat Risa tersenyum. Anak ini begitu rendah diri, tidak terlalu sombong.
"Tante dengar-dengar kamu mengikuti program percepatan." Risa tersenyum, meminum teh yang baru disajikan pelayan dengan tenang.
"Hanya coba-coba saja. Semoga bisa lulus lebih cepat. Supaya bisa mengumpulkan cuan, untuk modal kawin dan punya anak." Kalimat penuh semangat dari Fiona.
"Kawin dan punya anak? Memang kamu sudah punya calon?" Risa mengernyitkan keningnya. Apa putranya bergerak cepat? Jika begitu, segera setelah lulus tinggal menikahkan mereka.
Lagipula Fiona tidak buruk. Orang tuanya memiliki toko kelas menengah, sang ayah pensiunan tentara. Sementara ibunya pernah bekerja sebagai manager bank, hingga pada akhirnya resign karena harus mengasuh kedua anaknya. Sedangkan kakak Fiona, bekerja sebagai asisten sutradara.
Keluarga baik-baik, itu sudah cukup untuknya.
"Belum! Tidak ada pria yang menyukaiku. Aku tidak pernah punya pacar. Mengejar cinta anak pemilik kedai bakso depan kampus, hasilnya ditolak secara halus, kemudian ditinggal menjadi TKI ke Taiwan. Dengan kata-kata terakhirnya, kalau jodoh tidak akan kemana. Setelahnya menyatakan cinta pada kak security. Hasilnya ditolak, dengan dalih menjadi teman seumur hidup. Mungkin jodohku masih dipinjam orang lain." Fiona terkekeh mengingat kisah cintanya yang tidak pernah berakhir mulus.
"Akhm..." Risa batuk bermartabat."Bagaimana menurutmu dengan Derio, dia tampan kan?"
"Seperti slime." Jawaban jujur dari Fiona.
"Slime!?" Risa berusaha tersenyum mengerutkan keningnya.
"Benar! Slime, setampan apapun. Jika itu pria yang tidak akan bisa aku gapai aku akan mengganggap wajahnya seperti slime. Sedangkan kalau punya pacar nanti, hanya wajah pacarku saja yang seperti pangeran." Benar-benar jujur gadis satu ini, membuat Risa tidak bisa menahan tawanya.
"Kamu benar-benar setia. Biarkan pangeranmu mengenali perasaannya sendiri pelan-pelan." Ucap Risa, menetralkan tawanya.
Tidak ada adegan Fiona disiram menggunakan air. Atau bahkan wajahnya dilempar dengan uang untuk menjauhi Derio.
Tapi bagaimana sang singa akan mengaum mengejar pinguin yang berlari dengan kaki kecilnya. Entahlah apa yang akan terjadi di masa depan.
rajin2 up nya
Masih greget rasanya...