Ini kisah tentang kakak beradik yang saling mengisi satu sama lain.
Sang kakak, Angga Adiputra alias Jagur, rela mengubur mimpi demi mewujudkan cita-cita adik kandungnya, Nihaya. Ia bekerja keras tanpa mengenal apa itu hidup layak untuk diri sendiri. Namun justru ditengah jalan, ia menemukan patah hati lantaran adiknya hamil di luar nikah.
Angga sesak, marah, dan benci, entah kepada siapa.
Sampai akhirnya laki-laki yang kecewa dengan harapannya itu menemukan seseorang yang bisa mengubah arah pandangan.
Selama tiga puluh delapan hari, Nihaya tak pernah berhenti meminta pengampunan Angga. Dan setelah tiga puluh delapan hari, Angga mampu memaafkan keadaan, bahkan ia mampu memaafkan dirinya sendiri setelah bertemu dengan Nuri.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon zenun smith, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Babb 10
...Do'a ibumu dikabulkan tuhan.. ...
...Dan kutukannya jadi kenyataan.. ...
...Ridla Ilahi karena ridlanya.. ...
...Murka Ilahi karena murkanya.. ...
...Bila kau sayang pada kekasih.. ...
...Lebih sayanglah pada ibumu.. ...
...Bila kau patuh pada rajamu.. ...
...Lebih patuhlah pada ibumu.. ...
...(Keramat~Rhoma Irama) ...
Malamnya, Angga memutuskan mendirikan tempat berteduh. Pengejaran terhadap penyusup dia hentikan sebab Angga kehilangan jejak. Tubuh yang lelah, juga malam yang semakin malam, menjadi faktor laki-laki itu berhenti sejenak mencari keberadaan Balong. Padahal hidungnya sudah mencium aroma menyan yang terbawa angin.
Angga menyalakan api sebagai penghangat di tengah dinginnya malam. Dia mendirikan tenda kemah, lalu masuk ke dalamnya untuk merebahkan tubuh. Angga tidak tertidur meskipun waktu menunjukkan pukul dua dini hari. Dia setia memandang langit-langit tenda, hingga matanya pelan-pelan mulai terpejam.
Tuk.
Seperti ada yang menabrak tenda ketika Angga mulai berencana mimpi indah. Ia memeriksa keluar, menongolkan kepalanya yang sudah ia duga tidak ada siapa-siapa disana.
Angga berniat masuk kembali, namun terhenti oleh suara bisikan.
"Jangan tidur."
Dan benar, Angga tidak bisa tertidur. Posisi lelaki itu sudah terkepung anak buah manusia menyan. Tidak hanya mereka, Balong juga menampakkan diri di hadapan Angga, dimana penampilannya sama persis dengan cerita Nihaya.
"Anak muda yang sungguh berani. Berani mengantarkan nyawa.. HAHAHA." Balong tertawa pongah. Giginya kuning sekali.
"Gue atau lo yang nganterin nyawa?"
Tawa Balong lenyap, berganti dengusan kesal. Bagaimana bisa pemuda seorang diri menantang Balong dengan bala tentaranya yang tak main-main.
"Banyak omong. Cepat habisi dia!" Balong sudah memberi perintah pada anak buahnya untuk membunuh Angga. Salah satu anak buah maju menyerang Angga, namun yang terjadi justru Angga dengan mudah menumbahkan orang itu.
Balong yang merasa telah meremehkan kemampuan Angga sontak terperanjat. Tanpa perintah lagi dari Balong, satu per satu anak buah yang merasa pemimpin mereka tidak senang langsung menyerang Angga hingga laki-laki itu kualahan.
Angga tumbang ke tanah, menciptakan Balong kembali tawa yang lebih membahana.
"HAHAHA, mampuus. Dahlah injek aja sampah ini, biar dia nyusulin adeknya. Hahahaha."
Baru Angga mau dieksekusi, tangannya lebih dulu menangkis kaki yang mau menekan jantungnya. Si empunya kaki terbalik, lalu di injak oleh Angga tanpa perasaan. Perkelahian kembali terjadi, lebih sengit dan lebih memakan tenaga. Satu lawan banyak memang mustahil memenangkan Angga yang sudah terbatuk-bantuk darah. Angga berputar haluan, memikirkan cara tercepat untuk membunuh Balong dengan tangannya sendiri. Setelahnya dia tidak peduli jika harus mati dikeroyok para anak buah Balong.
Tertatih-tatih Angga mendekati Balong, dan serampangan ingin mencolok jantung Balong dengan belati yang ia bawa. Hal itu tidak terjadi semulus rencana. Justru belati melukai pipi yang belum ada codetnya. Angga hanya menambah goresan luka tak berarti di pipi Balong yang tentunya tetap membuat penjahat itu murka.
"Brengseek! matilah keluarga kau yang ada di rumah!!!"
"Biarlah, gue tetep mau lo yang mati!" Angga tak gentar diberi ancaman klise yang kerap di jadikan sebuah pilihan. Menurut Angga, kalaupun memilih kelurga dan menyerahkan diri, ujung-ujungnya Balong juga akan membantai keluarganya. Baginya tidak ada penjahat yang menepati janji. Penjahat adalah serapan sifat iblis yang selalu ingkar. Lebih baik dia tidak memperdulikan ancaman murahan itu.
"Balong tidak pernah bermain-main. Lihatlah sendiri mayat keluargamu wahai anak muda."
Sementara di rumah ibu, penjagaan yang dikerahkan Nuri sudah bersiaga. Aji juga menginap disana untuk memastikan keadaan kondusif. Tepat jam dua pagi, ibu terbangun dari tidurnya. Beliau mengambil wudhu kemudian menjalankan sholat tahajud.
Disepertiga malam yang sunyi, ibu memiliki do'a yang sungguh-sungguh ia panjatkan setelah sujud terakhir. Beliau meminta pada yang maha kuasa untuk melindungi putranya.
"Ya allah, lindungilah anak hamba dimana pun ia berada." Ibu memperbanyak zikir dan do'anya dengan air mata berlinang. Semakin lama, ibu semakin gencar berdo'a tanpa lelah. Tasbih berulang kali menemukan titik dari ujung ke ujung.
"Ya Allah, kabulkanlah do'a hamba. Lindungilah anak hamba jika ia menemukan jalan yang sulit." Suara ibu bergetar.
JEDEER..
Petir menyambar dahan pohon tinggi di hutan hingga menimpa sekawanan Balong yang sedang mengerumuni Angga yang tidak berdaya. Dahan pohon yang menimpa memang tidak membuat Balong lenyap dari muka bumi, namun setidaknya menghentikan aksi Balong yang ingin menyiksa Angga dengan cara keji. Manusia berhati iblis itu ingin Angga menderita dalam pesakitan. Ia ingin belati milik Angga mengkoyaak leher pemuda itu hingga perlahan-lahan memisahkan kepala. Sungguh kejam bukan?
Kesempatan itu di ambil Angga untuk melarikan diri sejauh-jauhnya. Angga sempoyongan menyeret langkah di iringi dengan rinai hujan yang turun membasahi bumi serta membasuh luka-lukanya.
Berkat do'a ibu yang dikabulkan, Angga selamat dari kekejian Balong.
...***...
Siang hari setelah kejadian mengerikan semalam, di aliran air semacam galengan (kali) yang terletak tak jauh dari hutan terdapat manusia terbawa arus air yang berjalan. Orang tersebut masih hidup dan masih muncul dipermukaan air.
Sampai ketika ada seseorang yang melihat itu tergerak hatinya untuk menolong. Si penolong berjalan menyusuri pinggiran aliran air, lalu ia tiduran berhenti di jembatan bambu hanya untuk mengulurkan tangannya.
Tangan mereka saling terpaut, kemudian si penolong menarik korban naik ke atas.
"Terimakasih,"
"Sama-sama."
"Nama kamu siapa?"
.
.
.
Bersambung.
seriusss??? end?????
btw.. nanya dong kak Zenun,, tas gemblok apaaan?? ransel bukan?
miris amat si dirimu.. gabung ma Jeff aja sana😅😅😅
Alan bakal jadi bapak asuh sembara si putra manusia dan Setengahnya jin....
Semangat berkarya akak Ze ayank....🫶🫶🫶🫶🫶