Siapa sangka, Vanya gadis cantik yang terlihat ceria itu harus berjuang melawan penyakitnya. Dokter mengatakan jika Vanya menderita penyakit ALS (Amyotrophic Lateral Sclerosis) yang terjadi akibat gangguan pada saraf motoriknya.
Segala pengobatan telah di upayakan oleh keluarganya, namun belum ada cara untuk bisa mengobati penyakit yang di derita Vanya. Ia yang sudah ikhlas menghadapi penyakit yang ia derita hanya bisa tersenyum di hadapan keluarganya. Walaupun begitu Vanya tetap melakukan aktivitas seperti gadis lainnya agar keluarganya tak terlalu mengkhawatirkan dirinya.
Siapa sangka pertemuannya dengan seorang pemuda bernama Shaka yang memiliki sikap dingin yang jarang berinteraksi dengan teman-temannya jatuh hati saat pertama kali melihat Vanya. Tanpa ia sadari wanita yang ia sukai sedang berjuang melawan penyakitnya.
Mampukah Shaka menjadi penyemangat Vanya di saat ia mulai down? Yuk nantikan kelanjutannya.
Siquel dari Novel yang berjudul "Cerita Kita"
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Musim_Salju, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 8
Vanya terkekeh mendengar perkataan Irena. Baginya tak masalah jika di panggil nama oleh teman-temannya yang lebih muda. Umur hanyalah angka.
Asyik mengobrol tak terasa mereka tiba di cafe milik orang tua Zenia dan Zelfa. Mereka dengan semangat turun di ikuti oleh Irena dari belakang. Namun Vanya yang baru saja akan melangkah tiba-tiba tak bisa menggerakkan kakinya. Pandangannya mulai mengabur. Ia yang berada di halaman cafe tak melihat ada seorang anak kecil berlari dan hampir menabrak Vanya. Namun tiba-tiba seseorang menolong Vanya. Si penolong menarik ransel Vanya ke belakang untuk menghindar. Seketika Vanya tersadar. Namun lagi-lagi Vanya tak dapat mengenali pria yang telah menolongnya.
Zelfa yang kembali ke belakang karena tak mendapati Vanya melihat Vanya terbengong" Anya, kenapa bengong? kamu melihat apa di belakang sana?"
Vanya tampak celingak-celinguk mencari seseorang. Namun sosok lelaki berpakaian seragam cafe milik orang tua Zelfa tak lagi ia lihat.
"Eh, tidak ada, ayo." Vanya rasa ia halusinasi. Tapi ia memang merasakan ada seseorang yang menarik dirinya dari belakang. Namun siapa? Lagi-lagi Vanya semakin kebingungan. Namun ia dengan cepat menepisnya.
Mereka kini berada di lantai dua, Zenia dan Zelfa sengaja mengambil posisi paling sudut agar mereka lebih tenang dan nyaman saat belajar. Zehan yang tahu jika ke dua saudara kembarnya datang ke cafe dengan teman-temannya pun menghampiri. Tapi ia tak tahu di antara kembarannya ada Vanya wanita yang ia kagumi.
"Permisi, ini pesanannya." Zehan sengaja menjadi pelayan untuk saudara dan teman-teman saudaranya. Zenia dan Zelfa mendongak dan terkejut saat sang kembaran yang melayani mereka.
Zehan ikut duduk di samping Zenia. Ia terkejut saat melihat sosok wanita cantik yang diam-diam ia perhatikan belakangan ini.
"Zehan! Kirain pegawai papa. Kok kamu pakai baju waiters?" Zenia bertanya menatap kembarannya.
Memang cafe terlihat ramai, kebanyakan juga mahasiswa dan ada beberapa pegawai kantoran yang sedang makan siang. Kemungkinan Zehan langsung turun tangan untuk melayani para pelanggan agar para karyawan tidak terlalu kewalahan.
"Iya, cafe lagi ramai. Kita juga ke kurangan karyawan. Sepertinya harus buka loker lagi deh. Ini teman-teman kamu?" Zehan menatap Vanya. Matanya tak bisa berhenti menatap wanita cantik di seberang mejanya.
"Iya, kenalin Ze, ini Vanya sahabat kami. Kalian memang tidak pernah bertemu, karena kamu sekolah di LN sejak kecil. Anya, Irena, kenalkan ini Zehan saudara kembar aku dan Zelfa."
"Kamu salah Zenia, aku pernah ketemu sahabat kamu sewaktu di LN. Ternyata dunia begitu sempit." Zehan bermonolog di dalam hati.
Irena kaget mendengar perkataan Zenia. ternyata sahabat Vanya tidak hanya kembar dua, tetapi juga kembar tiga. Irena seketika kagum melihat ketampanannya Zehan. Zenia dan Zelfa juga cantik, belum lagi Vanya juga sangat cantik. Irena sendiri jadi insecure. Padahal ia juga cantik, benar-benar wajah gadis bandung asli.
Mereka saling berkenalan. Zehan rasanya enggan beranjak dari sana. Namun melihat pengunjung semakin bertambah, Zehan terpaksa berdiri dan ikut membantu para karyawan.
"Udah sana, kami mau belajar!" Zelfa menyuruh kembarannya itu segera meninggalkan mereka. Zehan yang sudah kembali ke pekerjaannya hanya melirik sesekali. Dengan melihat wajah cantik Vanya, sudah membuat ia semakin bersemangat dalam bekerja. Semoga saja ia terus bisa melihat wajah cantik Vanya.
Tak terasa waktu mereka belajar sudah hampir ashar. Tugas yang banyak membuat mereka duduk berlama-lama di sana. Vanya izin ke toilet dari teman-temannya. Saat di toilet Vanya merasakan tubuhnya terlalu sulit di gerakkan. Saat melihat jam, ternyata sudah memasuki ashar, sekalian saja Vanya mengambil wudhu. Ia shalat dengan khusyuk di mushalla cafe seorang diri, ada juga beberapa karyawan dan pengunjung yang juga melaksanakan shalat. Namun masih banyak yang sibuk dengan dunia mereka, berlama-lama bercerita dan tertawa mengabaikan panggilan-Nya.
Selepas salam dan do'a, mata Vanya rasanya begitu berat, ia merebah sebentar di atas sajadah di saat tidak lagi ada siapa-siapa di sana. Hingga tak terasa ia benar-benar terlelap.
Vanya yang terlelap tak sadar handphone miliknya berdering, menandakan orang rumah sudah khawatir karena Vanya tidak ada kabar sejak mengabari akan bekerja kelompok. Sampai ummah Khalisa dan Vanka menghubungi si kembar menanyakan keberadaan Vanya karena handphone-nya tiba-tiba tak aktif lagi. Itu karena handphone milik Vanya kehabisan baterai.
"Vanya kok lama, di mana dia? Jangan bilang pulang." Mereka yang memang tak shalat, tidak kepikiran jika Vanya ada di mushalla. Mereka berjalan mencari Vanya, wajah panik si kembar di baca oleh Zehan dan di ikuti oleh Shaka yang memang di ajak oleh Zehan menghampiri saudaranya.
"Zelfa, Zenia, wajah kalian kenapa panik?" Zehan menatap kembarannya.
"Kamu ingat Vanya sahabat kita tadi kan Ze. Vanya izin ke toilet, tapi sampai sekarang enggak muncul batang hidungnya. Mana tante Khalisa sama saudaranya menghubungi kita barusan.
Shaka tampak berjalan meninggalkan mereka yang terlihat panik. Kakinya seperti di tarik menuju mushalla. Ia tertegun menatap seorang wanita cantik terlelap dengan teduh di sana. Wajahnya memancarkan aura kesejukan.
Shaka mendekat, dengan ragu menyentuh bahu Vanya. "Hey, hello!" Tak ada pergerakan sama sekali. Shaka terdiam. Apa jangan-jangan? Tanpa ba-bi-bu Shaka ingin menggendong Vanya membawanya ke klinik terdekat, namun ternyata Vanya terjaga sendirinya.
"Ummah!" Shaka langsung berdiri mendengar suara Vanya. Vanya yang masih oleng karena tiba-tiba terjaga belum bisa melihat dengan jelas.
"Permisi mbak, sepertinya mbak ketiduran. Saya tak sengaja mendengar teman-teman mbak panik mencari mbak.
Vanya melihat handphone-nya. Ternyata sudah mati kehabisan baterai. Vanya langsung melepas mukenah nya dan berjalan meninggalkan mushalla.
"Em, terimakasih mas." Vanya berjalan menemui teman-temannya. Shaka menatap punggung Vanya hingga tak terlihat.
Saat teman-teman Vanya melihat ia muncul, mereka langsung bernafas lega.
"Anya, kamu dari mana? Kita dari tadi nungguin. Tante Khalisa sama Anka-nya kamu nyariin. Kata mereka handphone kamu enggak aktif. Kita panik tahu kamu tidak kembali dari tadi.
Vanya merasa bersalah. Ia telah membuat orang rumah dan teman-temannya khawatir. "Maaf, Aku ketiduran di mushalla lepas shalat ashar." Zelfa yang tahu sahabatnya merasa bersalah pun langsung menghibur.
"Iya tak apa. Kita hanya khawatir kamu kemana tiba-tiba enggak kembali. Kita juga yang salah tidak mengecek mushalla. Ayo pulang, Ze, kami pulang duluan ya. Mau antar Vanya sama Irena dulu. Assalamualaikum."
"Wa'akaikumsalam," Zehan menatap dua saudara kembarnya dan juga Vanya hingga menghilang. Ada hati yang tak rela melihat Vanya pulang.
......................
...To Be Continued ...
kalau shaka anak siapa ya thor?