Amélie, seorang eksekutif muda di Paris, mulai dihantui oleh mimpi buruk yang misterius. Dia tertarik pada Lucian Beaumont, CEO karismatik di perusahaannya, yang hidupnya tampak sempurna namun belakangan terungkap penuh rahasia gelap. Kemudian Amélie menemukan tato di tubuh Lucian sama dengan simbol yang terus muncul dalam mimpinya. Mantan kekasihnya, Dominic, seorang pengusaha advertisement, memperingatkannya tentang bahaya Lucian, namun Amélie terlanjur terjerat dalam pesona Lucian
Di Inggris, Amélie menemukan bahwa keluarganya terlibat dalam mafia "9 Keluarga Ular Hitam" dan sekte pemuja Lucifer. Saat ia tahu semakin dalam, Amélie dipaksa untuk menandatangani perjanjian gelap dan menjadi pengantin Lucifer dalam sebuah ritual. Dalam pergulatan untuk bebas dari kegelapan, ia bertemu dengan Lilith, dewi kuno yang menawarkan kekuatan untuk melawan mafia dan sekte tersebut.
Amélie memutuskan untuk bersekutu dengan Lilith demi melawan Lucian dan mafia yang mengancam hidupnya
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Leona Night, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Catedral Of The Fallen Light
Terletak di dekat tepi Hutan Superga, tak jauh dari jalur utama peziarah yang biasa menuju Basilica di Superga, berdirilah Temple of Lucifer. Kuil ini berdiri megah di atas tanah dengan pemandangan panorama kota Turin yang tampak di kejauhan, memberikan kesan misterius bagi siapa pun yang melihatnya. Dikelilingi oleh deretan pepohonan tinggi dan semak-semak yang tampak seperti penjaga alam, kuil ini tampak mencolok dengan arsitektur gothic yang mengesankan, lengkap dengan menara-menara tinggi dan jendela kaca patri berwarna merah gelap.
Jalan setapak menuju kuil ini dikelilingi oleh patung-patung The Fallen Angel yang berbaris di sepanjang jalan, seolah menyambut para peziarah. Setiap patung memiliki sayap patah atau wajah dengan ekspresi yang muram, menggambarkan kisah-kisah pengkhianatan dari mitologi malaikat. Batu-batu di jalan setapak ini ditutupi oleh lumut hijau tua, menambah kesan kuno dan misterius.
Bagian luar kuil dihiasi relief dan mosaik yang menggambarkan peristiwa mitologi, termasuk kejatuhan Lucifer dan pemberontakan malaikat. Pintu besar di depan kuil terbuat dari kayu ek tua dengan ukiran sigil-sigil kuno, sementara menara-menara yang menjulang tampak seolah-olah merobek langit dengan nuansa megah namun kelam.
Di dalam kuil, aula utama memiliki langit-langit tinggi dengan mural-mural simbolis yang menggambarkan Lucifer sebagai The Fallen angel, dipuja oleh para pengikutnya. Altar utama terbuat dari marmer hitam dan dihiasi dengan patung Lucifer, menampilkan ekspresi yang anggun dan penuh misteri. Jendela-jendela kaca patri memancarkan cahaya merah yang dramatis saat matahari terbenam, membuat ruangan tersebut tampak hidup dalam aura yang mistis.
Kuil ini juga memiliki sayap samping berupa perpustakaan kecil yang penuh dengan naskah-naskah okultisme, dengan rak-rak berdebu yang dipenuhi buku-buku tua. Setiap sudut ruangan menyimpan benda-benda antik dan relik yang konon memiliki kekuatan gaib, membuat tempat ini menjadi simbol kekuatan dan kebijaksanaan bagi para pengikut Lucifer.
Amelie melihat berkeliling bangunan itu ditemani oleh Lucian yang sedari tadi mengawasi setiap gerak gerik dan ekspresinya.
“Tempat ini bernama Cathedral of The Fallen Light. Merupakan tempat bagi seluruh para penganut filosofi Luciferianisme di seluruh dunia,” ujar Lucian
“Mengapa kau membawaku ke sini?” tanya Amelie.
“Meskipun kau tidak bercerita secara detail apa yang menyebabkanmu lari malam itu, aku tahu betul apa yang kau alami. Namun aku tidak punya kapasistas untuk memberi penjelasan. Pendeta Cathedral of the Fallen Light bapa Lewi yang akan memberikan penjelasan padamu,” sambung Lucian.
“Maaf Lucian, aku merasa sangat bingung dan tidak paham tentang semua ini. Segalanya begitu bertubi tubi dan tidak dapat aku cerna dengan baik,” kata Amelie sambil menatap wajah Lucian lekat lekat.
“Aku tahu sayang, semuanya nampak buram bagimu. Itu juga yang pertama kali aku rasakan saat usiaku 17 tahun. Dan itu adalah wajar. Justru itulah aku ingin kau mulai memahami apa dan bagaimana dirimu dan hubungan kita.” ujar Lucian sambil membetulkan mantel Amelie.
Tak lama keluarlah seorang abdi dari Bapa Lewi yang mempersilahkan mereka untuk masuk ke dalam ruang pertemuan utama.
“ Tuan Lucian, Bapa Lewi sudah menunggu anda di Aula utama. Mari silahkan masuk,”
*****
Ruang pertemuan utama ternyata adalah sebuah ruangtamu kecil yang ada di depan taman persis di belakang bangunan utama Cathedral of The Fallen Light. Suasana yang menonjol dari tempat itu adalah bersih, rapi dan sunyi. Sama sekali tidak mencerminkan nuansa iblis yang gelap dan suram.
Taman di depan ruang pertemuan utama sungguh indah, dihiasi dengan mawar merah dan rerumputan yang berjajar rapi mengelilingi Air mancur yang menglir indah di tengah tengah taman.
‘Silahkan masuk,” ujar abdi tuan Lewi sambil membuka pintu ruang pertemuan.
“Ah Lucian, selamat datang,” ujar orang tua berjenggot putih panjang dengan jubah putih yang bernama Bapa Lewi.
Lucian menjabat tangan Bapa Lewi dengan tersenyum, “Selamat pagi Bapa. Aku datang bersama…”
Belum selesai Lucian menyebut nama Amelie, bapa Lewi sudah menyahut, “Selamat datang Amelie. Aku harap kau betah di sini.”
“Terimakasih, tentu bapa, aku merasa nyaman ada dilingkungan Cathedral,” sambut amelie dengan senyuman.
“Lucian, aku rasa kau perlu memberi Amelie pendamping selama dia di sini, agar tidak bosan.” ujar bapa lewi penuh makna.
“Ya Bapa, aku sudah menyiapkan dua orang pendamping bagi Amelie.Nanti sore mereka akan kemari,”
“Baiklah kalau begitu, mari aku tunjukkan kamar mu Amelie,” ujar Bapa Lewi
Bersama mereka berjalan menuju kamar Amelie. Sesampainya di sana Bapa Lewi meninggalkan Amelie dan Lucian seorang diri.
“Apakah kau juga akan tinggal di sini bersamaku Lucian?”
“Sayang, aku akan berkunjung, kau akan melalui semua ini dalam rangka mempersiapkan dirimu sebagai The Bride. Setelah itu kita akan menikah,” ujar Lucian
“Menikah?” tanya Amelie penuh kebingungan.
“Ya, Mengapa dear? Tidakkah kau ingin menikah denganku?” tanya Lucian balik dengan tatapan mata tajam mengintimidasi.
“Ya..ya aku suka. Aku hanya kaget Lucian.” ujar Amelie menyembunyikan kepanikannya.
Lucian lalu mengangkat dagu Amelie dan melumat bibir Amelie dengan mesra. Kemudian mendorongnya ke tembok kamar dan kembali meciumnya dengan penuh gairah.
“Sadarkah kau Amelie, betapa aku berusaha menahan hasrat ku untuk tetep menjaga mu tetap perawan sampai malam pertama kita. Aku sudah tidak tahan lagi Amelie,” ujar Lucian.
Lalu Lucian mencium leher Amelie dan tinggal disana cukup lama kemudian berbisik,” Kau suka atau tidak suka, pada akhirnya kau adalah milikku sampai kapanpun,”
Lalu Lucian menempelkan tubuhnya pada Amelie sehingga dapat dirasakan olen Amelie rudal Lucian yang sudah tegak berdiri dan keras.
“Kau tau darling, ini selalu terjadi jika aku ada di dekatmu, dan aku sungguh tersiksa, jadi jangan pernah mempermainkanku dengan mencoba kabur,” ujar Lucian dengan tangannya yang mencengkeram kuat pada leher Amelie.
Tatapan Lucian yang mengintimidasi dan tangannya yang kekar melingkar pada leher Amelie entah mengapa bukan membuat Amelie ketakutan, tapi malah merinding dan membuat area intimnya berkedut.
“Ya Tuhan, ada apa denganku, mengapa tubuhku juga merasakan gairah liar macam ini?” gumam Amelie dalam hati.
Amelie hanya diam membisu menatap Lucian, dan berusaha membuat nafasnya tetap normal dan tidak terlihat bernafsu.
Kembali Lucian mencium bibir Amelie dengan buas, dan kembali area intim Amelie berkedut, membuat bibir Amelie, mau tidak mau mengeluarkan suara erangan tertahan.
“Heheh, aku tahu apa yang terjadi di bawah sana Amelie, tapi tidak, kau harus bisa menahannya juga,” ujar Lucian sambil tersenyum smirk.
Lalu Lucian melepaskan kungkungannya pada tubuh Amelie.
“Sonya dan Evelyn akan mendampingimu selama kau disini. Ingat pesanku, kepala mereka ada di tanganmu, jika kau membuat kesalahan sedikit saja, maka kau yang akan aku buat meledakkan sendiri kepala mereka,” ujar Lucian lalu keluar kamar dan membiarkan Amelie seorang diri.
*****
Amelie terhenyak dan kembali menampar pipiya dengan keras lalu bergumam dalam hati, “Apa maumu Amelie? Harusnya kau membenci Lucian dan bukan malah ketagihan ciuman dan sentuhannya,”
Tiba tiba pintu kamarnya diketuk seseorang. Amelie bergegas membukanya. Ternyata ada abdi tuan Lewi.
“Nona ijinkan saya menjelaskan peraturan di biara Cathedral ini. Makan pagi akan kami antar ke kamar anda, lalu untuk makan siang dan malam, akan ada bel yang berbunyi tepat puku; 12 siang dan 6 sore. Petugas kami akan menjemput anda untuk mengantar anda ke ruang makan. Pertemuan dengan Bapa Lewi akan diadakan tiap pagi dan sore. Anda dilarang keluar kamar setelah pukul 21.00. Apapun yang anda dengar dan anda rasakan, anda harus tetap berada di dalam ruangan di jam 21.00 ke atas.” ujar abdi Tuan Lewi
“Mengapa aku tidak boleh keluar apapun yang aku dengar diatas jam 21.00?” tanya Amelie
“Karena anda hanya Tamu. Kami ada beberapa kegiatan di malam hari. Sehingga selain dari anggota organisasi, tidak diperkenankan ikut ambil bagian apa lagi sekedar ingin tahu,” jawab sang abdi.
“Bukankah aku anggota organisasi juga, aku calon istri tuan Lucian.” tanya Amelie kembali
“Tidak nona, anda belum mengikuti inisiasi, sehingga anda bukan anggota sekte,” jawab Sang abdi.
“Oh baiklah, aku paham.” ujar Amelie mengakhiri pembicaraan.
Tak lama Abdi Tuan Lewi segera pergi meninggalkan Amelie seorang diri. Suasana begitu sunyi, membuat bulu kuduk Amelie meremang.
“Apakah tempat ini selalu sesunyi ini?” ujarnya dalam hati.
Amelie berjalan ke arah jendela besar, dan menatap ke taman yang makin lama makin redup, karena matahari yang mulai kembali ke peraduannya. Suasana itu benar benar membuat Amelie merasa sepi dan sunyi seorang diri.