Aku Bukan Penghianat

Tangan Bagus bergetar, apa ini surat cinta yang Iza katakan waktu itu.

Tapi ini bukan surat cinta tapi surat cerai dari Pengadilan Agama dan Bagus tau itu.

Badan Bagus langsung lemas , ia mencari tempat duduk , kemudian mendudukkan pantatnya perlahan.

" Apaan itu Gus?". tanya Bu Irma, penasaran.

Karena melihat Bagus yang hanya diam memandangi surat itu, Bu Irma pun merebut kertas itu dari tangan Bagus. Tentu saja Bagus diam saja , karena ia masih tidak percaya jika Iza benar - benar ingin lepas darinya.

" Buka beginian aja lama banget kamu sih Gus ". ucapnya ketus, ia tidak memperhatikan raut wajah putranya yang berubah sendu.

" Ma , jangan begitu ....tidak sopan tau , Bapak saja tidak berani buka, karena tertulis di situ untuk Bagus, anak kita ".

" Halah cuma sebuah surat saja kok di bikin ribet si Pa , nunggu Bagus buka kelamaann, anaknya malah bengong gitu ". Pak Rahman hanya menggelengkan kepalanya mendengar jawaban Bu Irma.

Dengan tergesa Bu Irma membuka surat itu dan....matanya langsung membulat.

" Apa ini , jadi Iza menggugat cerai kamu Gus ??sombong sekali dia , sampai berani minta cerai sama kamu, memangnya siapa dia ".

" Nak Iza memggugat cerai , bagaimana ini bisa terjadi Gus , ada masalah apa ini sebenarnya.....tolong beritahu Papa !". Pak Rahman sungguh kaget , mana mungkin tidak ada masalah jika menantu idamannya itu sampai menggugat cerai putranya.

Pak Rahman yakin kesalahan ada pada putranya , sejak awal ia memang sudah melihat keraguan Bagus saat mau meminang Iza.

Padahal menurut Pak Rahman , dalam penglihatannya Iza gadis yang sangat baik, apa adanyan dan tidak neko - neko.

Buktinya ketika menikah dengan acara sederhana dengan maskawin yang biasa saja pun Iza tidak protes. Sungguh ia yakin putranya akan menyesal jika sampai melepas gadis sebaik Iza .

" Enggak ada masalah Pa , Iza nya saja yang banyak tingkah , mungkin ia mau mencari laki - laki yang lebih kaya dari Bagus ". Sela.Bu Irma .

" Papa tanya sama Bagus Ma kenapa Mama yang menjawabnya, ini itu rumah tangganya si Bagus jadi dia yang lebih tau , Mama tau apa tentang Iza , selalu saja mengatainya buruk ".

" Ya karena memang kenyataannya begitu Pa ".

" Itulah Mama , selalu saja orang lain yang salah di mata Mama , tapi kalau Mama sendiri yang di ingatkan salahnya malah tidak terima ".

Bu Irma mendengus kesal, ia memang tidak suka kalau di salahkan meski ia salah , kan wanita selalu benar, prinsip Bu Irma.

" Bicara Gus !". tekan Pak Rahman.

" Aku yang salah Pa , aku sudah mengabaikan Iza karena banyak masalah jadi pikiran aku pun kacau , tapi kini aku sudah mau berubah Pa , aku ingin memperbaiki hubunganku dengan Iza , aku ingin mempertahankan pernikahan ini ". jelas Bagus , dia tidak memberitahu pada Pak Rahman tentang kesalahannya yang lain .

" Kalau begitu panggilkan istri kamu, Papa juga ingin bicara dengannya !".

" Istriku tidak ada di sini Pa , dia menginap di rumah Pak Bagas ".

Huffttt....Pak Rahman membuang nafasnya pelan, " Papa rasa tidak sesederhana ini masalahnya, ya sudah, ayo temui Iza di rumah Pak Bagas !".

" Panggil aja orangnya suruh ke sini apa Pa , masa kita yang tua harus mendatangi yang muda sih ". ketus Bu Irma , ia tidak suka merendahkan harga dirinya ...menurutnya biarkan saja kalau memang Iza minta cerai...ya ceraikan saja, enggak perlu repot - repot sampai harus mendatangi Iza , untuk apa.

" Enggak bisa gitu Ma , karena di sini Bagus juga yang sudah berbuat salah , jadi dia yang harus bertanggung jawab ".

" Bagus itu laki - laki Pa , meski ia jadi duda , Mama rasa ia akan dapat dengan mudah untuk mendapatkan pengganti yang lebih baik dari Iza ".

" Mencari pengganti mungkin memang mudah Ma , di pinggir jalan juga banyak...tapi gadis yang baik - baik itu yang susah di cari ".

Dalam diam Bagus membenarkan ucapan Papanya.

" Tap......".

" Sudah , Mama diam saja....ayo Gus Papa.temani , kalau Mama tidak mau ikut tidak masalah , itu lebih baik dari pada ia ikut tapi akan menambah masalah saja ".

" Papa ngomong apa sih , seakan mengatakan kalau Mama itu biang masalah ".

" Mama sendiri yang ngomong bukan Papa ".

Pak Rahman berjalan di ikuti oleh Bagus. Istrinya itu memang perlu di kasih pelajaran biar tidak seenaknya sendiri terus.

" Mama ikut Pa , jangan di tinggal !". Bu Irma menyusul suaminya dengan setengah berlari , horor juga kalau di rumah ini sendirian lama - lama.

Bulu kuduknya sudah berdiri tadi....dalam hatinya....Jangan ganggu gue setan.

Setannya menjawab, " Elo setannya bukan gue....enak saja asal tuduh ". beruntung Bu Irma tidak mendengarnya.

Mereka sampai di rumah Pak Bagas , dan langsung di persilahkan untuk masuk. Pak Bagas dan Bu Vivi pun menemui mereka. Sebelumnya Iza juga di panggil ke ruang tamu , karena masalah yang akan di bicarakan menyangkut dirinya dan Bagus.

Setelah memberitahu duduk permasalahannya Bagus pun bersuara.

" Aku tidak ingin berpisah dengan kamu Za , dan aku tidak akan pernah menceraikan kamu !".

Bu Irma tidak suka mendengar Bagus masih ingin hidup bersama Iza , tapi ia tidak bisa bersuara, Pak Rahman mengancam akan meninggalkannya jika istrinya itu ikut campur masalah anaknya.

" Tidak bisa begitu , Mas Bagus jangan egois , seenaknya sendiri .....setelah mengabaikan aku lalu dengan mudahnya ingin kembali lagi , semuanya sudah terlambat ".

" Please Za , kasih aku kesempatan, aku mencintai kamu ". mohon Bagus.

" Itu juga yang Mas Bagus ucapkan saat melamar ku , tapi apa kenyataannya , Mas hanya mempermainkan pernikahan ini, aku terlanjur sakit hati , dan aku juga tidak mau tertipu lagi dengan janji manis kamu yang beracun itu Mas !".

" Kali ini aku sungguh - sungguh Za....please Za , aku sudah merendahkan harga diriku untuk memohon padamu , aku.juga akan memaafkan semua salah kamu Za ".

" Apa maksud kamu Mas ??".

" Aku tau kamu bersekingkuh dariku Za , ada beberapa laki - laki yang suka kamu temui ".

Iza tersenyum miris, kenapa Bagus jadi lempar batu sembunyi tangan, bukankah dirinya yang berkhianat sampai menikah dengan gadis lain.

Semua yang ada di sana tentu saja membulatkan matanya, tak percaya sampai Iza berbuat sehina itu.

" Dasar gadis murahan ". umpat Bu Irma lirih , sedari tadi bibirnya gatal untuk ikut bersuara.

" Benarkah?? Mas ada buktinya ??".

" Ada ...akan kau tunjukkan buktinya ". Bagus mengeluarkan ponselnya dan memperlihatkan sesuatu pada Pak Bagas dan Bu ViVi.

Pak Bagas dan Bu Vivi bingung entah harus ngomong apa....yang di foto itu jelas adalah putra mereka dan foto ke dua , nereka juga tau itu adalah Adam , Om nya Iza.

Iza masih santai saat Bagus menunjukkan foto dirinya dengan laki - laki, karena ia tau ia seratus persen tidak bersalah.

Saat mereka akan menjelaskan, Iza menggelengkan kepalanya...ia tidak ingin orang- orang dalam foto itu terseret ke dalam masalahnya dengan Bagus.

Bagus merasa menang...ia yakin akan mendapat dukungan dari Pak Bagas dan istrinya.

Bersanbing.....

Tinggalkan jejak anda...dan Terima kasih sudah mampir 😘😘😘