Shankara Adhiyaksa. Putra sulung Reenan Xavier Adhiyaksa dan Annisa Harsono, lelaki tampan mapan dan kaya raya tentunya.
Hidup aman tenang dan damai yang ia jalani berubah seketika ketika sang ayah menyuruhnya untuk menikahi seorang perempuan pilihan ayahnya,
Disisi lain pertemuannya dengan wali kelas adiknya membuat Shankara sedikit terusik karena perasaan yang ia rasakan pada wali kelas adiknya sedikit berbeda, bisa di bilang ia jatuh cinta pada pandangan pertama
Tapi ia juga tidak mungkin mengecewakan ayahnya walau hatinya bersikeras menolak permintaan sang ayah
Di hadapkan pada dua pilihan, siapa yang akan di pilih Shankara pada akhirnya ?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Skinant, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
29
Tetangga Ana berhamburan keluar saat mendengar suara benturan yang cukup keras, mengingat jika rumah Ana berada di komplek perumahan membuat suara apapun dapat terdengar jelas karena rumah-rumah mereka saling berdekatan,
Ana berdiri menghampiri mobil Shan yang berhenti setelah melindas motor milik Dimas melihat hal itu Shan turun dari mobilnya mendekati Ana dan menatap Dimas dengan nyalang,
"Haruskah aku melindas lehermu supaya tidak mengganggu calon istriku?" tanya Shan menantang,
Dimas tidak mempunyai nyali sebesar itu untuk berhadapan dengan Shan, jika di lihat dari tinggi badan ia sudah kalah apalagi dari postur tubuh, bahkan Dimas yang notabene nya seorang guru olahraga tidak mempunyai tubuh sebagus Shan jadi diam mungkin bisa menyelamatkannya sekarang,
Ana mencoba menarik Shan karena ia takut jika Shan akan menimbulkan masalah yang lebih besar lagi, apalagi Ana juga melihat jika Shaka dan kawan-kawannya berdiri di sisi lain mobil milik Shan,
"Saya kira bu Ana sakit atau terjadi sesuatu padanya jadi saya mencoba menjenguknya" kilah Dimas yang di balas tawa mengejek dari Shan,
"Dia bekerja setiap hari untuk apa di jenguk? Jika ingin berbohong tolong di pakai otak dan pikirannya!"
"Shan" Ana mencoba menarik Shan agat tidak menambah keruh suasana,
"Sekali lagi saja berkeliaran di sekitar calon istriku kupastikan bukan hanya motormu yang ku lindas tapi lehermu yang akan berada di bawah ban mobilku!" peringat Shan lagi, ia benar-benar ingin menghajar laki-laki di depannya ini jika saja Ana sedari tadi tidak memegang lengannya,
Beberapa tetangga mulai menjauh karena mereka rasa tidak ada yang perlu di khawatirkan karena tidak ada baku hantam antara mereka berdua juga sepertinya pihak Dimas masih cukup pintar untuk tidak menyerang terlebih dulu,
Shan beralih menatap adiknya dan kawan-kawan adiknya
"Keluarkan motor itu dari bawah mobil!" perintah Shan yang langsung di angguki oleh semua teman-teman Shaka termasuk Shaka sendiri,
"Duduk, selesaikan baik-baik jangan menggunakan ancaman atau kekerasan" bisik Ana sambil menarik Shan agar duduk bersama,
"Ku buatkan minum dulu"
Ana hendak berdiri dari duduknya tapi ia urungkan saat ia merasa tangan Shan tidak mau melepaskan genggamannya,
"Aku harus menyiapkan barang-barang ku dan juga ibu katamu kita akan ke rumahmu" bisik Ana lagi, baru setelah itu Shan mau melepaskan genggaman tangannya,
Sebelum masuk ke rumah Ana mendekati Shaka dan berpesan agar mengawasi kakaknya supaya tidak ada acara baku hantam di antara Shan dan Dimas saat ia tinggal ke dalam nanti,
"Bukankah sekolah sudah memberi peringatan padamu untuk tidak melakukan hal-hal yang membuat guru lain tidak nyaman?" ucap Shan membuka pembicaraan
Dimas sedikit terkejut dengan ucapan Shan, bagaimana bisa laki-laki di depannya ini tau tentang surat peringatan yang bahkan guru lain tidak banyak yang tau hanya dia, kepala sekolah dan waka di sekolah yang tau,
"Tidak, memang apa yang kulakukan hingga membuat guru lain tidak nyaman?" Dimas mencoba mengelak,
Shan berdecak, jika bukan karena ini di rumah orang lain ingin rasanya Shan meludahi laki-laki di depannya ini,
"Bahkan Ana bukan yang pertama hanya saja mereka diam karena takut kau akan semakin menjadi-jadi jika mereka melaporkannya dan lihat sekarang, kau berulah lagi setelah di laporkan pada komite di sekolah"
Dimas diam, terlalu banyak hal yang Shan ketahui padahal Dimas yakin jikapun ada yang tau tidak akan bocor keluar kecuali Ana juga ikut mengetahui jika dirinya di sidang oleh komite sekolah beberapa waktu lalu,
"Apa yang kulakukan sampai komite menyidangkan hal yang tidak ku lakukan?" Dimas masih terus berusaha berkilah,
"Pelecehan secara verbal maupun non verbal, masih ingin tau apalagi? Hukuman selanjutnya jika kau meneruskan tindakan menjijikan mu ini? Atau ingin di pecat sekarang?" tanya Shan menantang
Dimas diam, ia berpikir bahwa Shan bukanlah lelaki sembarangan yang bisa ia bodohi atau gertak sesukanya,
"Dengarkan aku! Jika ingin berumur panjang dan mempunyai pekerjaan jaga tingkahmu! Aku bisa menendang mu kapan saja dari yayasan kakek buyutku!"
...****************...
"Kamu apakan mobil ayah kak?" teriak Annisa saat melihat mobil milik Reenan sudah lecet dan penyok setelah di pakai oleh Shan
"Untuk melindas motor tadi" jawab Shan tanpa rasa bersalah,
"Bunda" sapa Ana di balik punggung Shan ada calon besannya juga yang ikut bersama Shan,
Annisa membalas sapaan Ana, perempuan-perempuan di belakang Shan sudah saling mengobrol sambil berjalan masuk ke dalam mengabaikan Shan yang juga tidak tertarik pada obrolan mereka,
Shan masuk ke kamarnya untuk membersihkan diri, setelah itu ia berbaring di atas tempat tidurnya,
Lelah
Hal itu yang ia rasakan sekarang
Saat hampir terlelap Annisa masuk ke dalam kamar Shan dan menutup pintunya rapat,
"Kak" panggil Annisa sambil memposisikan diri duduk di pinggir tempat tidur anaknya,
"Hm?"
"Bunda ingin bicara tapi jangan salah paham ya" ucap Annisa sedikit ragu
"Hm"
"Bunda tidak apa-apa kakak membawa Ana dan ibunya kesini, sungguh bunda tidak apa-apa bunda juga senang jika punya teman bercerita di rumah tapi......." Annisa diam ia ragu bagaimana jika ia salah bicara dan membuat putranya menjadi kesal padanya,
"Bunda atur saja, aku ingin menikah minggu depan mau seperti apa konsep dan lain sebagainya aku tidak mau tau yang aku mau besok minggu aku sudah harus menikah"
"Kak hari minggu itu tinggal 4 hari lagi kak!" ucap Annisa terkejut
"Aku tidak mau mewah atau gemerlapan, yang biasa saja sederhana saja Ana juga mau begitu jadi jangan bunda bayangkan aku akan menikah seperti di negri dongeng, merepotkan"
"Tapi teman-teman kita kan banyak kak!"
"Undang keluarga dan teman yang paling dekat saja, tidak usah banyak orang"
"Kak, tapi bunda...."
"Aku maunya begitu bun, mewah atau sederhana itu hanya konsepnya yang penting aku halal untuk membuat cucumu!"
"Shankara! Bisa-bisanya ya bicara begitu!" Annisa memukulkan bantal pada anaknya berulang kali karena kesal anaknya sudah bisa bicara seperti itu padanya,
"Tapi benar kan bun?"
"Tapi tidak usah terang-terangan begitu kak!"
"Loh bunda mau cucu kan?" tanya Shan yang di balas anggukan oleh Annisa,
"Baiklah bunda atur supaya besok minggu kalian bisa menikah, bunda akan cari tempatnya nanti dan kalian segera siapkan berkasnya untuk di serahkan ke KUA
"Yang outdoor saja bun"
"Hm"
Beberapa saat kemudian Reenan mendadak muncul di ambang pintu kamar Shan,
"Ayah tidak mau tau, besok siang sudah harus ada mobil baru untuk ayah di garasi!"
Blammm
Dan pintu kembali tertutup sempurna.
aku pikir cerita shan gak akan dilanjut karena terlalu lama hiatusnya dan tanpa kabar.,, tapi ternyata dilanjut.
ok kak kinan gas lah...