NovelToon NovelToon
3M's True Love

3M's True Love

Status: sedang berlangsung
Genre:Cintapertama
Popularitas:454
Nilai: 5
Nama Author: Phine Femelia

Cerita ini berkisah tentang perjalanan ketiga saudara kembar...Miko, Mike, dan Miki dalam menemukan cinta sejati. Bisakah mereka bertemu di usianya yang sangat muda?
Ikuti kisah mereka bertiga ^^



Harap bijak dalam membaca...
Plagiat dilarang mendekat...

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Phine Femelia, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 23

Satu sisi ada reaksi aneh di dalam tubuhnya ketika Devie merasakan ciuman Fandi di bibir.

"Gue harus membalas gimana?" pikir Devie bingung.

Devie mulai membalas ciuman Fandi. Sesaat mereka masih bingung untuk mencari posisi yang tepat di dalam bibir tapi semakin lama justru kehilangan napas sehingga berhenti berciuman. Wajah Devie begitu panas dan justru mereka tertawa bersama dengan merasa malu.

"Maaf. Aku..."

Mereka berhenti tertawa lalu Devie jadi merasa malu dan Fandi menatap Devie.

"...kurang bisa menanggapi. Kamu gak perlu melihat aku sampai begitu" kata Devie gugup dan sesekali berhenti melihat Fandi.

"Gak apa apa. Aku juga seperti kamu. Aku gak boleh melihat kamu?" kata Fandi dengan sesekali mengelus pelan pipi Devie.

Devie jadi semakin tersipu malu. Mereka saling melihat dengan merasa senang.

"Non, bisa saja pindah ke halaman belakang. Di mana lagi kalau gak di sana? Di ruang keluarga juga gak ada ketika tadi saya lewat"

"Benar juga. Kalau gak di ruang tamu pasti di halaman belakang. Kalau begitu aku ke sana saja, Bi"

Akhirnya Winda berjalan keluar untuk mencari Fandi. Winda sudah tidak sabar bertemu dengannya. Dia juga membayangkan akan ngobrol banyak dengan Fandi. Sampai di halaman belakang Winda melihat Fandi bersama Devie. Tempatnya agak gelap sehingga Winda tidak begitu jelas melihat yang dilakukan mereka sehingga terus berjalan menghampiri dan seketika senyumannya hilang karena terkejut melihat mereka melakukan hal yang tidak terduga. Winda segera berhenti berjalan dan segera menutup bibirnya.

"Gak mungkin" pikir Winda dengan membelalakkan kedua matanya.

Winda sungguh tidak menyangka dan menjauhkan tangannya dari bibir.

"Apa yang kalian lakukan?!" tanya Winda teriak dengan tubuh yang sedikit goyang karena perasaannya yang berkecamuk.

Seketika Fandi dan Devie berhenti berciuman lalu melepaskan tautan bibir dan menoleh. Mereka melihat Winda dengan tersentak kaget dan segera menjauh. Sejenak pikiran Winda terhenti karena pandangan yang baru saja dilihat tapi akhirnya segera menuding dengan marah.

"Maksud kalian apa?!" tanya Winda teriak.

"Winda" panggil Devie segera berdiri dan kaget.

Winda menurunkan tangannya dan melihat mereka dengan tatapan sedih. Fandi berdiri dengan tatapan masih terkejut. Seketika Winda mengingat perkataan Mike.

"Apa gak mungkin mereka sudah pacaran?!"

Winda terkejut.

"Jelaskan maksudnya?! Jelaskan! Gak mungkin!"

Winda menggeleng keras.

"Ap...apa kalian pacaran?!" lanjut Winda marah.

Devie tersentak kaget lalu segera berjalan menghampiri Winda dan Winda berjalan mundur.

"Jangan dekat aku! Aku cuma butuh penjelasan!" kata Winda teriak.

"Winda, kamu harus tenang dulu. Kita pasti menjelaskan" kata Fandi berusaha menenangkan Winda.

"Aku bisa tenang?! Gak salah?! Setelah yang baru saja aku lihat bisa membuat tenang?! Benar begitu?!" kata Winda marah.

"Ya. Aku paham kamu gak bisa tenang tapi tolong jangan teriak begini. Gimana kalau terdengar tetangga?"

"Aku gak peduli! Aku cuma butuh penjelasan! Kenapa gak ada yang bisa menjelaskan?!" teriak Winda dengan menghentakkan kedua kakinya dan sedikit merengek.

"Winda, kamu jangan begini. Aku pasti..."

"Cepat jawab! Jelaskan! Kalian punya mulut, bukan?!" potong Winda marah.

"Ya. Kami memang pacaran" kata Fandi segera.

Winda merasa tidak menyangka dan akhirnya merasa sedih. Sebelumnya Winda berharap mereka akan bicara 'tidak...kamu salah paham'.

"Winda, sebenarnya aku sudah punya niat untuk memberitahu kamu tapi..."

"Cukup! Aku gak butuh penjelasan panjang lebar dari Kak Devie! Aku sudah tahu jawabannya...dan terima kasih!" potong Winda menekan suara dan segera berjalan pergi.

"Gue bodoh. Kenapa gue gak mendengarkan perkataan Mike? Justru gue sampai bertengkar dengan dia karena sebenarnya mereka berdua yang jahat" pikir Winda mengatai terus dirinya.

Winda tidak mendengarkan panggilan Devie. Justru berlari. Devie mau mengejar tapi tidak jadi karena tangannya diraih.

"Apa? Kenapa kamu menahan aku?" kata Devie gelisah.

"Winda harus tenang dulu. Selanjutnya..."

"Gak" potong Devie segera.

Devie melepaskan tangan Fandi.

"Aku harus segera menjelaskan. Aku gak boleh membiarkan Winda semakin salah paham. Kamu gak perlu mencegah aku" kata Devie panik.

Devie segera berjalan pergi dan Fandi jadi merasa bersalah. Devie masuk ke dalam rumah dan melihat pembantu.

"Bi, tadi Winda ke arah mana?"

Pembantu berhenti membereskan meja dan melihat Devie.

"Maaf, Non. Saya tidak melihat Non Winda. Saya pikir masih di halaman belakang"

Devie gelisah dan segera berjalan pergi lalu berpikir dan akhirnya menuju kamar Winda. Devie berdiri di depan pintu kamar adiknya itu dan mengetuk pelan.

"Win, kamu di dalam?" tanya Devie pelan.

Devie coba membuka pintu tapi terkunci. Devie yakin Winda ada di dalam kamar karena pintu dikunci.

"Winda, buka pintu. Ayo kita bicara. Kamu gak masalah kalau mau marah sama aku" kata Devie pelan.

Devie terus memanggil dan sesesali mengetuk tapi tetap tidak ada jawaban. Devie merasa sedih dan bersalah.

"Winda, kamu gak mau bicara sama aku? Kamu gak mau saling mengungkapkan yang ada di pikiran kita masing-masing? Kamu gak mau masalah kita bisa selesai?" kata Devie sedih.

Masih tidak ada jawaban dari Winda sehingga Devie mengeluarkan sebentar air mata.

"Dear" panggil Fandi pelan.

Devie melihat Fandi yang baru saja datang dan Fandi segera mengelus lengan Devie.

"Aku minta maaf" lanjut Fandi menyesal.

Devie menggeleng pelan dan menghapus sebentar air matanya yang ada di kedua kelopak mata.

"Bukan salah kamu" lanjut Devie pelan.

Fandi berhenti mengelus lalu memeluk Devie dengan pelan dan Devie membalas pelukan Fandi dengan merasa sedih.

"Aku akan bersama kamu" kata Fandi pelan.

"Aku saja" kata Devie pelan.

"Ini masalah kita jadi kita hadapi bersama"

"Aku gak mau Winda juga marah sama kamu" kata Devie sedih.

"Memangnya kenapa? Aku terima, Dear. Kita hadapi bersama ya?"

Fandi melepaskan pelukan dan melihat Devie lalu mengelus pelan sisi rambut Devie secara bergantian dengan kedua tangannya dan Devie melihat terus Fandi.

"Turuti aku" kata Fandi pelan.

Akhirnya Devie mengangguk pelan.

"Sekarang kamu tidur. Meskipun punya masalah tetap harus tidur"

"Aku gak mungkin bisa tidur" kata Devie pelan.

"Kamu mau nanti kita telepon sampai tertidur?"

"Apa aku jahat kalau sekarang masih menerima telepon kamu?"

"Memangnya kenapa? Kamu pacar aku, Dear" kata Fandi berhenti mengelus.

Devie berhenti melihat Fandi.

"Aku minta maaf. Pikiran aku sangat kalut" kata Devie pelan.

"Gak apa apa. Jangan minta maaf"

"...tapi kita gak perlu telepon dulu"

Fandi berpikir sebentar dan akhirnya mengangguk pelan.

"...tapi janji kalau kamu akan tidur. Hmmm?" kata Fandi pelan.

Devie mengangguk pelan.

"Aku akan berusaha tidur" lanjut Devie pelan.

"Besok sebelum Winda berangkat ke sekolah aku akan datang untuk bersama kamu menjelaskan semuanya"

Devie mengangguk pelan.

"Kamu pulang saja. Gak apa apa" lanjut Devie pelan.

1
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!