Nessa tidak menyangka akan terseret ke masa lalu. Dimana kerajaan-kerajaan berdiri dengan raja yang memiliki istri lebih dari satu.
Di kehidupan ini, Nessa justru menjadi seorang selir di dalam istana yang penuh intrik.
"Aku tidak pernah menjadi yang kedua ataupun kesekian kalinya. Aku akan menaiki tahta dan menjadi satu-satunya di istana ini!"
Yuk ikuti perjalanan Nessa menjadi ratu, serta terkuaknya asal usul sang mommy.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Putri Nilam Sari, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Pasar 2
"Kau tau yang kau katakan putraku?" Jelas ibu suri menatap putranya yang datang menemuinya.
"Iya Bu, aku tau."
"Kau ingin membuat rakyat mentertawakan istana?"
"Bu, aku hanya ingin...."
"Selir Xiu bahkan tidak bisa menjadi selir tingkat 1. Bagaimana mungkin dia ikut menjadi bagian dari penilaian permaisuri?" Jelas ibu suri meyakinkan putranya.
"Itu hanya membuat dia akan ditertawakan oleh orang-orang nantinya. Memanah saja dia tidak bisa, berkuda juga. Apa yang menjadi alasan mu mengikutsertakan dia Tian?" Jelas ibu suri.
"Hanya memastikan ibu. Satu kali saja, setelah itu. Aku akan mengikuti aturannya." Ujar Ming Tian.
"Kau tidak berubah pikiran setelah makan di kediaman selir Xiu bukan? Atau ada sesuatu yang telah terjadi? Sehingga kau mengatakan hal ini? Apa dia memberikan dirinya padamu?" Tian menatap ibunya.
"Tidak Bu, kami belum sampai kesana" jawab Tian.
"Sungguh?"
"Kenapa ibu berpikiran seperti itu?"
"Memang apalagi yang bisa dilakukan nya untuk menginginkan sesuatu. Selain memberikan dirinya padamu. Ibu sudah melewati hal itu Tian."
"Kalau ibu tidak mau ya sudah. Lupakan saja yang aku katakan tadi." Tian melenggang pergi, meninggalkan sang ibu yang menatap kepergiannya.
'Apa Tian tertarik pada selir Xiu?'
************
Sedangkan di pasar, terjadi kehebohan. Orang-orang pada berkumpul di suatu tempat menyaksikan sesuatu.
Sebuah pertunjukan yang menarik bagi mereka, membuat mereka tertarik untuk melihat nya. Tak terkecuali Xiu yang menahan tangan Ning untuk melihat nya.
"Tapi Nona...."
"Diam! Kita akan mendapatkan uang yang banyak disini."
"Nona ingin mencuri?" Jelas Ning dengan suara pelan.
"Astaga, pemikiran mu selalu aneh-aneh saja." Geleng Xiu yang melihat pertunjukkan di depannya.
Sebuah pertunjukan sulap ada didepan mereka. Terlihat seperti pria tambun dengan barang-barang yang tertutup kain di depannya. "Saksikanlah semuanya! Saksikan pertunjukkan keajaiban. Hanya dengan dua koin. Anda akan mendapatkan uang yang berlimpah! Cobalah! Ayo bermain dan dapatkan koin berlimpah!" Jelas pria itu yang bersorak.
"Ayo tuan, cobalah. Anda akan mendapatkan uang yang berlimpah." Terlihat sosok pria bertubuh tinggi mendekat ke sana dan mengeluarkan uang nya.
Pria tambun itu langsung membuka kain penutup yang menutup sebuah gelas perak dengan posisi terbalik.
"Besar atau kecil tuan?" Tanya pria tambun itu.
"Besar!" Jawab pria tinggi itu.
Pria tambun itu langsung mengguncang gelas perak itu beberapa kali dan tak lama dia membukanya. Sebuah dadu bermata satu keluar.
"Sayang sekali tuan, Anda kurang beruntung. Ini satu koin untuk anda." Pria tinggi itu tampak kecewa dan pergi dari sana.
"Ayo siapa lagi? Jika berhasil menebak dengan benar, maka mata dadu yang keluar akan dikalikan dengan uang koin anda."
"Nona kita pergi saja. Itu penipuan." Jelas Ning.
"Kita lihat siapa yang akan tertipu." Jelas Xiu yang melangkah maju membuat Ning tidak bisa menghentikannya.
"Ya Nona? Mau mencoba?" Tanya pria tambun itu.
"Ya, lima koin." Jelas Xiu yang membuat pria tambun itu tersenyum manis.
"Tentu nona. Besar atau kecil?"
"Kecil!" Ucap Xiu yang membuat pria tambun itu lama mengguncang gelas perak itu kembali dan tak lama dadu bermata tiga keluar dari sana.
"Lima belas koin." Jelas Xiu membuat pria tambun itu tampak terdiam sebelum memberikan uang nya.
"Ini nona."
"Terimakasih, tapi sayang nya aku masih ingin bermain." Jelas Xiu membuat Ning kelabakan, karena takut Nona nya akan kalah.
Bersambung ......
Jangan lupa like komen dan favorit serta hadiah nya ya terimakasih banyak.
