Tawanya, senyumnya, suara lembutnya adalah hal terindah yang pernah aku miliki dalam hidupku. Semua yang membuatnya tertawa, aku berusaha untuk melakukannya.
Meski awalnya dia tidak terlihat di mataku, tapi dia terus membuat dirinya tampak di mata dan hatiku. Namun, agaknya Tuhan tidak mengizinkan aku selamanya membuatnya tertawa.
Meksipun demikian hingga di akhir cerita kami, dia tetaplah tersenyum seraya mengucapkan kata cinta terindah.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon IAS, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Sweet Marriage 01
" Ayo menikah, tapi kamu tahu kan apa artinya?"
" Hehehe tahu kok, nggak masalah. Aku ngerti."
Dua orang yang sudah berteman lama itu memutuskan untuk menikah. Bukan karena cinta, melainkan karena sebuah kesepakatan. Kesepakatan untuk 'hidup bersama' tanpa dilandasi cinta. Setidaknya itu yang dipikirkan oleh Ravi saat ini. Dia yang sudah berusia 35 tahun itu padahal masih ingin menikmati kesendiriannya.
Namun desakan dari keluarganya untuk segera menikah karena takut putra mereka memiliki penyimpangan seksual, membuat keputusan itu akhirnya diambil. Dimana memang tidak ada paksaan karena memang saling menutupi keinginan masing-masing.
Ravindra Faiwas William dan Leina Shanum Dewantara, mereka bukanlah orang asing yang baru saja mengenal satu sama lain dan akhirnya membuat kesepakatan untuk menikah. Atau seorang pria yang berkedudukan sebagai CEO lalu mencari gadis biasa untuk dijadikan istri pajangan, atau adanya hubungan satu malam sehingga terpaksa menikah. Tidak, tidak sama sekali. Semua itu bukanlah awal mula kisah dari Ravi dan Leina.
Ravi mengenal Leina sudah sejak dari lama. Leina merupakan keponakan dari teman daddy nya. Dan mereka sudah mengenal sejak kecil. Baik Ravi maupun Leina sudah tahu tentang pribadi masing-masing, sehingga ketika memutuskan untuk menikah, semua orang jelas sangat senang.
Namun pernikahan mereka nanti tidak akan seperti pernikahan normal layaknya yang orang-orang lihat. Pernikahan mereka terjadi hanya karena ada kesepakatan yang saling menguntungkan di dalamnya.
Jika Ravi karena tidak ingin di desak oleh orang tuanya maka Leina memiliki alasan lain yang hingga kini tidak ia ungkapkan. Sama-sama tidak saling mencinta namun mereka akan hidup di dalam satu atap. Entah apa yang akan terjadi kedepannya nanti.
" Jadi kalian akan tinggal di rumah sendiri gitu?"
" Iya lah Yah, memutuskan untuk menikah ya kami ingin langsung ingin hidup mandiri, ya kan Lei. Lagi pula Ayah dan Ibu kan juga gitu. Habis nikah langsung out dari rumah eyang and Opa kan?"
Charles mengusap wajahnya kasar, apa yang dikatakan oleh putranya itu tentu benar adanya. Dulu ketika ia menikahi Rinjani, dirinya langung membawa istrinya itu tinggal bersama. Semua itu karena dulu mereka menikah karena sebuah perjanjian juga walau akhirnya benar-benar hidup bersama hingga dikaruniai dua orang putra.
" Ibu nggak masalah kan?" tanya Ravi meminta tanggapan Jani.
" Nggak, itu keputusan bagus kok buat kamu sama Leina. Hidup mandiri tentu menyenangkan karena sepenuhnya bisa belajar untuk berumahtangga tanpa ada gangguan dari pihak luar. Tapi, apa udah bilang sama Papa dan Mama?"
" Udah Bu, kemarin aku sama Mas Ravi udah bilang kok. Papa dan Mama setuju-setuju aja."
Leina menjawab dengan tenang, karena itu juga lah yang ia harapkan. Ia harus jauh dari keluarganya, dan bersama Ravi adalah pilihan yang ia tempuh.
Saat ini Leina berpikir bahwa semua akan baik-baik saja karena mereka akan tinggal bersama, pun dengan Ravi. Tapi tentu mereka berdua tidak akan tahu bahwa semuanya belum tentu berjalan seperti apa yang keduanya inginkan.
Pembicaraan itu berlangsung lancar. Hari demi hari persiapan pernikahan mulai dikerjakan. Mengatakan akan menikah dalam bulan ini sebenarnya membuat seluruh keluarga syok. Sebenarnya bukan hanya semua keluarga, pada awalnya Ravi pun syok.
Ketika meminta Leina menikah dengannya, syarat pertama yang diajukan Leina adalah segera melangsungkan pernikahan. Tentu saja Ravi tidak masalah akan hal itu, hanya saja ia merasa sedikit aneh terhadap sang teman karena seolah-olah terburu-buru.
Meskipun demikian, Ravi tetap menyetujui keinginan Leina. Dan akhir bulan ini menjadi pilihan mereka untuk melangsungkan pernikahan. Tentu saja pernikahan mereka berdua akan dilaksanakan secara sederhana. Sungguh khas sesuai cara circle keluarga mereka yang menikah tanpa diketahui publik.
" Kamu sejak kapan punya hubungan spesial sama Ravi. Mama tahu sih kalian deket, tapi Mama nggak tahu kalau kalian punya something special."
" Hahaha, ada deeh. Tapi Mama nggak masalah kan aku nikah sama Mas Ravi?"
" Nggak lah sayang, kalau kamu happy, Mama juga pasti Happy. Mama akan selalu mendukung apa yang membuat anak Mama bahagia."
Greeb
Leina memeluk Ratih, ia tahu sang ibu bahagia dengan pernikahannya. Senyuman itu, ya senyuman itu lah yang ingin ia jaga. Dan satu hal yang tidak ingin ia lihat adalah air mata. Ia sama sekali tidak ingin melihat itu.
" Aku harap keputusanku ini tepat."
Leina berbicara sendiri dalam hatinya. Menikah dengan Ravi awalnya sama sekali bukan rencananya. Ya, sebelum Ravi mengajaknya menikah, Leina berencana untuk ke luar negeri. Dengan dalih mengambil pendidikan lagi, ia ingin menjauh dari keluarganya.
Tapi siapa sangka malah kemudahan seperti di suguhkan kepadanya. Ravi mengajak menikah, dan tanpa pikir panjang Leina langung menyetujuinya. Itu seperti angin segar baginya, karena mendapatkan jalan keluar dari semua kegelisahan hatinya.
" Lei, udah tidur. Kalau belum aku telpon ya."
" Belum kok Mas, aku masih melek. Ada beberapa hal yang lagi aku kerjain."
Entah bohong atau tidak, saat ini di kamarnya Leina memang sedang mengerjakan sesuatu. Tapi itu bukanlah sebuah pekerjaan dari DCC atau Dewa Corp Company. Leina hanya sedang duduk di mejanya sambil menulis di buku kecil. Semacam sebuah catatan yang mulai ia tulisi sejak 3 bulan ini.
Isinya pun hanya hal-hal sederhana. Ia menulis semua nama orang yang ia kenal, terutama keluarga dan sahabat. Tak lupa ia mencantumkan foto masing-masing dari mereka. Ia juga mencatat nomor telepon dan alamat mereka. Seperti masa sekolah dasar dulu yang gemar menulis biodata milik teman-teman sekelas. Itulah yang Leina kerjakan malam ini.
" Hallo Lei assalamualaikum, aku nggak ganggu kan?"
" Waalaikumsalam, nggak kok Mas, ada apa?"
" Ehmmm aku mau nanya sekali lagi sama kamu, tentang pernikahan kita. Kamu yakin mau nikah sama aku, kamu nggak akan menyesal suatu hari nanti. Maksudku, apa kau nggak punya pacar gitu? Kalau kamu punya pacar, aku juga nggak mau ganggu hubunganmu. Dan kalau kamu mau batalin, aku nggak apa-apa."
Leina terkekeh kecil mendengar ucapan Ravi. Sebenarnya bukan hanya sekali ini saja Ravi menanyakan hal tersebut. Sudah sangat sering, bahkan pertama saat ia mengajak menikah pun Ravi juga sudah bertanya perihal Leina punya kekasih atau tidak.
" Mas, aku kan udah bilang dari awal kalau aku nggak punya pacar. Aku nggak lagi dalam hubungan sama siapapun. Dan aku dengan sadar bahwa kita menikah atas kesepakatan masing-masing. Jadi, Mas nggak usah khawatir ya."
" Huft, baiklah kalau begitu. Sekarang aku manteb untuk besok. Ya udah istirahat. Jangan malam-malam tidurnya nanti capek, meskipun sederhana you know lah kenalan keluarga aku dan kamu tuh banyak."
" Hahahha, iya tahu. See you next day Mas. Good night, assalamualaikum."
TBC
😭😭😭😭😭😭😭
Bnr" nih author,sungguh teganya dirimuuuuu
Semangat berkarya thoor💪🏻💪🏻👍🏻👍🏻
gara" nangis tnp sebab
😭😭😭😭😭
bnr" nih author
pasti sdh ada rasa yg lbih dari rasa sayang kpd teman,cuman Ravi blum mnyadarinya...
bab". mngandung bawang jahat😭😭😭😭😭
Mski blum ada kata cinta tapi Ravu suami yg sangat peka & diandalkan...
aq padamu mas Ravi😍