Widia Ningsih, gadis berusia 21 tahun itu kerap kali mendapatkan hinaan. Lontaran caci maki dari uanya sendiri yang bernama Henti, juga sepupunya Dela . Ia geram setiap kali mendapatkan perlakuan kasar dari mereka berdua . Apalagi jika sudah menyakiti hati orang tuanya. Widi pun bertekad kuat ingin bekerja keras untuk membahagiakan orang tuanya serta membeli mulut-mulut orang yang telah mencercanya selama ini. Widi, Ia tumbuh menjadi wanita karir yang sukses di usianya yang terbilang cukup muda. Sehingga orang-orang yang sebelumnya menatapnya hanya sebelah mata pun akan merasa malu karena perlakuan kasar mereka selama ini.
Penasaran dengan cerita nya yuk langsung aja kita baca....
Yuk ramaikan ....
Update setiap hari...
Selamat membaca....
Semoga suka dengan cerita nya....
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Mbak Ainun, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 30
Jam 11.00 WIB
Widi, Denis dan Pak Cakra, sudah berkumpul di sebuah ruangan pribadi. Widi mengira kedatangan Pak Cakra dan Denis kali ini membahas soal pekerjaan, Namun siapa sangka kedatangan mereka membahas soal kejadian kemarin .
"Selamat datang kembali Pak Cakra, Pak Denis. Senang bisa bertemu kembali dengan Bapak," ucap Widi dengan sumringah.
"Terima kasih Widi. Sungguh bahagia sekali aku juga bertemu denganmu kembali," sahut Pak Cakra langsung memeluk Widi seperti anaknya sendiri.
Kurang lebih 2 menit Pak Cakra memeluk Widi. Karena Widi sangat berjasa bagi Pak Cakra selama ia bekerja.
Ehem!
Suara deheman Denis menyadarkan Pak Cakra yang terlalu lama memeluk Widi. Widi dan Pak Cakra salah tingkah ketika ditatap tajam oleh Denis.
"Ingat umur Pa, di rumah ada istri!" sahut Denis pura-pura tidak melihat, Widi pun terkekeh melihat tingkah laku Bapak dan anak di hadapannya.
"Apa begini cara kamu menjadi tamu?" tanya Denis menatap Widi dengan mengangkat sebelah alisnya, Widi seketika langsung tersadar dan salah tingkah.
"Mari silahkan duduk dulu, maaf saya lupa," ucap Widi kaku dengan teledornya.
Widi memberi kode kepada asistennya untuk membuatkan minuman untuk para tamu. Mereka pun sudah duduk di atas sofa masing-masing.
"Bagaimana Widi perkembangannya?" tanya Pak Cakra menatap ke arah Widi yang baru saja duduk.
"Maaf Pak Cakra. Hari ini saya usahakan ketemu sama pelakunya," balas Widi yang tidak enak dengan Pak Cakra.
"Kamu Denis?"
"I-itu hmm." Denis mendadak kaku ketika ditanyakan oleh papanya, ia menggaruk kepalanya yang tidak gatal.
"Ya sudah, jika memang tidak bisa menemukan pelakunya. Saya punya cara lain ." ucap Pak Cakra sembari merapikan posisi duduknya
"Apa itu Pak?" tanya Widi dengan penasaran.
"Cara lain seperti apa lagi Pa?" balas Denis yang tidak ingin di Paksakan.
"Daripada kalian pusing dikejar sama wartawan, lebih baik kalian menikah saja agar terhindar dari gosipan yang tidak benar," sahut Pak Cakra dengan enteng.
"Apa!" Widi terkejut mendengar penuturan Pak Cakra.
"Apa! Papa nggak salah ngomong tuh?" tanya Denis yang sama terkejutnya dengan Widi.
Dalam hati kecilnya ia sangat bahagia, karena dia mengagumi Widi secara diam-diam.
_Flashback on_
Para wartawan sudah tidak sabar menunggu Denis dan Pak Cakra keluar dari kantor, di bawah matahari yang cukup terik, mereka rela duduk di depan gerbang.
"Bagaimana ini, mereka tidak akan pergi sebelum kita memunculkan diri."
Tanpa ba bi bu lagi, ternyata Pak Cakra sudah keluar dari ruangan.
Sesampainya di depan, Pak Cakra langsung berdiri di hadapan para wartawan. Dan ia aba-aba pada satpam agar di para wartawan bisa masuk ke dalam Brrrr!
Terdengar langkah kaki yang terburu-buru masuk ke dalam rumah mewah itu.
"Siang Pak, apa benar soal foto yang viral itu?"
"Apa benar Pak, Pak Denis sudah punya pacar?"
"Maaf Pak, bukankah Pak Denis tidak punya pacar?"
Masih banyak lagi pertanyaan yang di lontarkan para wartawan, namun Pak Cakra hanya menarik ujung bibirnya saja.
"Untuk kali ini saya tidak bisa menjawab, Nanti kalian semua akan tahu jawabannya, permisi!" Pak Cakra langsung berbalik arah meninggalkan wartawan begitu saja, jawabannya semakin membuat mereka penasaran.
"Tapi Pak, kami butuh jawaban yang pasti!"
"Pak, tolong jelaskan terlebih dahulu!"
"Pak, jangan masuk dulu. Kami belum menemukan jawabannya!"
_Flashback off_
"Maaf Widi. Jangan berpikir buruk kepada saya, saya melakukan ini demi kebaikan kalian berdua."
"Kenapa Bapak yang minta maaf, kan Bapak tidak bersalah?" heran Widi.
"Tapi, keputusan saya ini pasti memberatkan kamu," ketika Pak Cakra tidak enak dengan Widi. Namun, di dalam hati kecilnya. Ia bahagia jika memiliki menantu seperti Widi, Pak Cakra pun pernah berjanji pada dirinya sendiri.
Widi membuang nafas kasarnya, ia juga tidak ingin membuat Pak Cakra kecewa. Widi pun sangat paham seluk beluk keluarga Pak Cakra.
"Insya Allah, saya terima keputusan Bapak jika itu yang terbaik bagi kita berdua," balas Widi dengan lembut, meskipun hatinya terPaksa menerima kehadiran Denis kehidupannya. Ia juga paham pilihan orang tua tidak pernah salah.
"Alhamdulillah jika kamu senang menerimanya, kalau begitu malam nanti saya akan ke rumah kamu bersama keluarga saya."
"Semoga aku tidak salah memilih keputusan ini, meskipun aku tidak pernah memikirkan jodoh. Yang aku inginkan hanya karir, jika dengan ini Allah menentukan cara aku bertemu dengan jodoh maka aku terima dengan baik. Insya Allah aku ikhlas," batin Widi terlihat sedih.
"Aku memang menyukai Widi sejak lama, dan aku punya cara tersendiri untuk mendapatkan hatinya. Namun, aku tidak menyangka dengan keputusan papa yang barusan diucapkan. Jika ini yang terbaik menurutnya, aku ikhlas," batin Denis sembari menatap wajah Widi dengan tersenyum.
Tidak berselang lama, Denis dan Pak Cakra pun pamit pulang. Begitu tiba di luar ruangan Widi. Denis langsung demo pada papanya.
"Pa, kenapa Papa yang memutuskan aku dan Widi harus menikah?" tanya Denis yang ingin tahu isi pikiran papanya.
Geplak!
Reflek Pak Cakra memukul kepala Denis.
"Argh! Sakit pa!" rintih Denis seraya mengelus kepalanya yang kesakitan.
"Papa sudah tahu sejak kamu cerita tentang Widi. Karena papa sudah mengetahui seluk beluknya Widi. Maka dari itu papa putuskan saja untuk menjodohkan kalian berdua," tutur Pak Cakra sembari merangkul bahu Denis.
"Papa emang the best banget, itu yang Denis suka dari papa," sahut Denis mengacungkan kedua jempol nya.