NovelToon NovelToon
Guru TK Yang Cantik

Guru TK Yang Cantik

Status: sedang berlangsung
Genre:Masalah Pertumbuhan / Karir
Popularitas:4.7k
Nilai: 5
Nama Author: Esa

Di TK Pertiwi Masaran, Bu Nadia, guru TK yang cantik dan sabar, mengajarkan anak-anak tentang warna dengan cara yang menyenangkan dan penuh kreativitas. Meskipun menghadapi berbagai tantangan seperti balon pecah dan anak yang sakit perut, Bu Nadia tetap menghadapi setiap situasi dengan senyuman dan kesabaran. Melalui pelajaran yang ceria dan kegiatan menggambar pelangi, Bu Nadia berhasil menciptakan suasana belajar yang penuh warna dan kebahagiaan. Cerita ini menggambarkan dedikasi dan kasih sayang Bu Nadia dalam mengajarkan dan merawat anak-anaknya, menjadikan setiap hari di kelas menjadi pengalaman yang berharga dan penuh makna.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Esa, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bu Nadia dan Kehebohan Wali Murid di TK Pertiwi

Hari-hari berikutnya di TK Pertiwi semakin seru. Setiap pagi, Bu Nadia selalu disambut dengan perhatian lebih dari para wali murid, terutama para bapak-bapak. Tentu saja, situasi ini membuat Bu Nadia sering kali tertawa dalam hati, meski harus tetap menjaga sikapnya agar tidak menimbulkan masalah.

Suatu pagi, Bu Nadia datang dengan mengenakan rok panjang bermotif bunga dan blus sederhana berwarna putih. Penampilannya begitu elegan, namun tetap memancarkan pesona yang membuat banyak orang tak bisa berpaling.

Mas Adi, yang sejak pagi sudah menunggu di depan gerbang, tampak salah tingkah melihat Bu Nadia. Ia merapikan rambutnya, membetulkan posisi jaketnya, dan mencoba berbicara dengan santai.

Pagi, Bu Nadia. Wah, hari ini kelihatannya lebih cerah ya, ucap Mas Adi dengan senyum canggung.

Iya, Mas Adi. Cuacanya memang cerah. Semoga anak-anak juga semangat belajar hari ini, jawab Bu Nadia dengan senyumnya yang khas.

Namun, sebelum percakapan mereka berlanjut, tiba-tiba Pak Deni muncul dari arah yang berlawanan. Ia membawa setumpuk kertas dan sebuah amplop besar.

Bu Nadia, saya bawa undangan buat acara 17-an di RT kita. Bu Nadia harus datang, soalnya ibu-ibu di RT sudah sepakat, Bu Nadia jadi juri untuk lomba karaoke, katanya sambil menyodorkan undangan tersebut.

Lomba karaoke? Aduh, Pak Deni, saya enggak terlalu bisa nyanyi, jawab Bu Nadia sambil tertawa kecil.

Pak Deni tersenyum lebar. Ah, enggak apa-apa, Bu. Yang penting seru-seruan aja. Lagian, siapa tahu suaranya Bu Nadia merdu juga, ucapnya sambil mengedipkan mata, mencoba bercanda.

Mas Adi yang mendengar percakapan itu hanya bisa menghela napas panjang. Rasanya ia sedikit tersaingi oleh Pak Deni yang selalu punya cara untuk mendekati Bu Nadia. Namun, ia tidak menyerah begitu saja. Ia berusaha mencari momen lain untuk bisa lebih dekat dengan guru favorit di TK itu.

***

Sementara itu, di sudut lain, ibu-ibu wali murid sudah mulai saling mengobrol dengan bisik-bisik.

Eh, suamiku kok makin rajin aja nganter anak. Dulu mana pernah dia mau bangun pagi, apalagi anterin si Bimo ke sekolah, bisik Bu Siti sambil mengernyitkan dahi.

Iya, iya, Bu. Aku juga merasa aneh. Biasanya suamiku cuma nongkrong di warung kopi, tapi sekarang tiap pagi udah wangi-wangi nganterin anak ke sini, jawab Bu Ratna sambil tersenyum kecut.

Obrolan itu membuat suasana makin ramai. Para ibu mulai menduga-duga, apakah benar Bu Nadia yang membuat suami mereka berubah? Meski dalam hati mereka merasa lucu, tetap saja ada sedikit rasa cemburu yang mulai muncul di hati mereka.

***

Ketika jam pelajaran berlangsung, suasana kelas Bu Nadia tetap seperti biasa, penuh keceriaan dari anak-anak. Namun, ada satu anak yang tampak murung sejak pagi, Rika. Gadis kecil itu biasanya sangat aktif, tapi kali ini ia hanya diam dan tidak terlalu bersemangat.

Bu Nadia mendekati Rika dan berjongkok di sampingnya. Rika, kenapa diam aja? Biasanya kan kamu yang paling semangat ikut nyanyi, tanya Bu Nadia lembut.

Rika menunduk, matanya berkaca-kaca. Tadi pagi... ayah sama ibu berantem, bisiknya pelan.

Mendengar itu, hati Bu Nadia terenyuh. Ia merangkul Rika dengan lembut dan berkata, Nggak apa-apa, Rika. Terkadang orang dewasa juga bisa berbeda pendapat. Tapi kamu nggak perlu khawatir, mereka pasti baik-baik lagi nanti.

Rika hanya mengangguk kecil, namun dari sorot matanya, ia masih terlihat sedih. Bu Nadia berusaha menghibur dengan menceritakan sebuah cerita lucu tentang binatang yang selalu berhasil membuat anak-anak tertawa.

Setelah mendengar cerita itu, Rika mulai tersenyum lagi, meski belum sepenuhnya ceria. Namun, Bu Nadia tahu bahwa butuh waktu bagi Rika untuk merasa lebih baik.

Di sela-sela pelajaran, Bu Nadia tidak bisa berhenti memikirkan situasi Rika. Ia tahu bahwa sebagai guru, ia tidak hanya bertugas mengajar, tapi juga menjaga perasaan anak-anak didiknya. Dengan penuh perhatian, ia berjanji dalam hati untuk selalu ada bagi mereka.

***

Di akhir hari, ketika bel pulang berbunyi, para wali murid mulai berdatangan untuk menjemput anak-anak mereka. Mas Adi dan Pak Deni, seperti biasa, bersikap paling bersemangat dan bersiap melontarkan sapaan kepada Bu Nadia.

Namun kali ini, suasana sedikit berbeda. Para ibu-ibu yang sejak tadi mengobrol dengan penuh selidik, kini tampak lebih "siaga". Mereka berdiri di dekat gerbang, seolah-olah mengawasi gerak-gerik suami mereka.

Ketika Mas Adi hendak menghampiri Bu Nadia, tiba-tiba Bu Siti muncul dan menarik tangannya.

Sudah, Mas Adi. Nanti aja ngobrolnya, anak kita sudah tunggu di rumah, ucap Bu Siti dengan nada sedikit tegas.

Pak Deni juga tidak lepas dari perhatian. Ketika ia berusaha mendekati Bu Nadia untuk berpamitan, istrinya langsung memanggilnya dari jauh dengan suara keras.

Pak Deni! Ayo pulang! Besok aja ngobrol sama Bu Guru! katanya sambil melambaikan tangan, seolah memberi peringatan.

Situasi ini membuat Bu Nadia hanya bisa tersenyum geli. Bukan hanya anak-anak yang butuh perhatian di sekolah ini, ternyata para orang tuanya juga membawa banyak cerita. Hari-hari di TK Pertiwi seakan selalu dipenuhi kejutan, tawa, dan momen-momen yang tak pernah membosankan.

Hari-hari berikutnya di TK Pertiwi tidak kalah seru. Bu Nadia tetap menjadi pusat perhatian, bukan hanya bagi para murid, tapi juga bagi para wali murid yang tak henti-hentinya mencari alasan untuk bisa berinteraksi dengannya.

Suatu pagi, ketika Bu Nadia tiba di sekolah dengan pakaian batik yang simpel namun elegan, Mas Adi tampak sudah menunggu di gerbang. Kali ini ia datang lebih awal dari biasanya. Sambil membawa sekantong kue dari toko langganannya, ia menghampiri Bu Nadia dengan senyum lebar.

Selamat pagi, Bu Nadia. Ini saya bawakan sedikit kue buat teman ngopi di kantor, katanya, sambil menyerahkan kantong kue.

Wah, terima kasih, Mas Adi. Tapi saya enggak minum kopi, senyum Bu Nadia dengan sopan sambil menerima kuenya.

Mas Adi tersenyum lebar. Ya, buat teman minum teh aja, Bu. Semoga suka, katanya sambil mengusap-usap tengkuknya, sedikit canggung.

Namun sebelum Mas Adi bisa melanjutkan percakapannya, tiba-tiba Bu Siti, istri Mas Adi, muncul dari arah belakang. Wajahnya terlihat waspada, seperti seekor elang yang mengawasi mangsanya.

Mas Adi! Sudah dong, ayo pulang! Anak kita udah ditunggu di rumah, suara Bu Siti yang tiba-tiba itu membuat suasana sedikit canggung.

Mas Adi menelan ludah dan buru-buru pamit. Iya, iya, Bu. Sampai jumpa, Bu Nadia, katanya sambil melambaikan tangan dengan senyum kecut.

Bu Nadia hanya bisa tersenyum geli melihat interaksi mereka. Seringkali ia merasa seperti menjadi pusat dari sebuah drama kecil yang tidak pernah ia rencanakan. Tapi di sisi lain, ini membuat hari-harinya di TK Pertiwi penuh warna dan tak pernah membosankan.

***

Siang harinya, setelah jam istirahat, suasana kelas menjadi agak kacau. Anak-anak berlarian ke sana kemari, dan suasana mulai ribut ketika salah satu murid, Rudi, tiba-tiba menangis keras.

Bu Nadia segera menghampiri. Rudi, kenapa kamu nangis? tanyanya lembut sambil mengusap punggung anak itu.

Rudi menunjuk ke arah Anang, temannya, dengan mata yang berkaca-kaca. Anang bilang aku bau, Bu!

Bu Nadia menghela napas, kemudian menatap Anang dengan lembut. Anang, apa kamu bilang begitu ke Rudi?

Anang yang tadinya senyum-senyum langsung menunduk malu. Iya, Bu... tapi cuma bercanda...

Bercanda itu boleh, tapi jangan sampai menyakiti teman, ya. Kamu kan nggak mau kalau orang bilang yang nggak enak tentang kamu? Bu Nadia menjelaskan dengan lembut namun tegas.

Anang mengangguk pelan. Maaf, Rudi, katanya dengan tulus.

Rudi mengangguk, dan suasana kelas kembali tenang. Namun di balik ketenangan itu, Bu Nadia merasa lega karena bisa meredakan konflik kecil dengan cepat. Ia selalu berusaha mengajari anak-anak tentang pentingnya empati dan saling menghormati, meski mereka masih kecil.

***

Menjelang sore, saat para orang tua datang menjemput, suasana kembali ramai. Bu Nadia, yang tengah membereskan beberapa barang di kelas, dikejutkan oleh kedatangan Pak Deni, yang kali ini membawa karangan bunga besar.

Wah, apa ini, Pak Deni? tanya Bu Nadia kaget.

Ah, cuma iseng aja, Bu. Biar kelas Bu Nadia makin harum dan cantik, katanya sambil tersenyum lebar.

Bu Nadia tertawa kecil. Wah, terima kasih. Tapi ini terlalu besar, Pak. Saya nggak tahu harus menaruh di mana, katanya sambil berpikir keras bagaimana menolak secara halus.

Sebelum Pak Deni sempat membalas, tiba-tiba istrinya, Bu Dewi, muncul dari arah gerbang.

Pak Deni! Kamu ngapain bawa bunga segede itu? bentaknya dari jauh. Suaranya yang melengking membuat semua orang menoleh.

Pak Deni terdiam sejenak, wajahnya memucat. Ah, ini... buat kelas Bu Nadia... biar tambah wangi, jawabnya dengan nada terbata-bata.

Bu Dewi langsung menarik tangan suaminya. Sudah-sudah, ayo pulang! Nanti di rumah aja beli bunga buat saya! bentaknya lagi sambil menarik Pak Deni pergi.

Bu Nadia tak kuasa menahan tawa setelah pasangan itu pergi. Ia merasa hari-harinya di sekolah tidak hanya dipenuhi dengan pelajaran dan tawa anak-anak, tapi juga drama-drama kecil yang melibatkan para wali murid. Meski terkadang canggung, semua itu membuat pekerjaannya sebagai guru terasa lebih hidup.

Dan begitulah, drama kecil di TK Pertiwi terus berlanjut, dengan Bu Nadia yang selalu menjadi pusat perhatian. Setiap hari membawa cerita baru, penuh dengan tawa, canda, dan kadang sedikit kecemburuan dari para istri.

1
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!