Hyuna Isvara, seorang wanita berusia 29 tahun yang bekerja sebagai seorang koki di salah satu restoran.
4 tahun menjalani biduk rumah tangga bersama dengan Aksa Dharmendra, tidak juga diberi kepercayaan oleh Tuhan untuk memiliki anak.
Namun, kehidupan rumah tangga mereka tetap bahagia karena Aksa tidak pernah menuntut tentang anak dari Hyuna.
Akan tetapi, kebahagiaan mereka sedikit demi sedikit menghilang sejak Aksa mengenalkan seorang wanita kepada Hyuna tepat di hari annyversary mereka.
Siapakah wanita yang Aksa kenalkan pada Hyuna?
Bagaimanakah rumah tangga mereka selanjutnya?
Yuk, ikuti kisah Hyuna yang penuh dengan perjuangan dan air mata!
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Ayu Andila, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab. 21. Kehidupan di Desa.
Setelah mendapat izin cuti dari atasannya, Aksa bersiap untuk pergi menjemput Hyuna. Dia segera keluar dari kamar tanpa sepengetahuan Laura karena malas jika harus bertengkar dengan wanita itu.
"Kau mau ke mana, Aksa?"
Langkah Aksa terhenti saat mendengar ucapan sang ibu, dia lalu berbalik sambil menghela napas kasar.
"Tentu saja mau kerja, Bu. Memangnya apa lagi?"
Aksa memilih untuk berbohong dari pada kembali berdebat, dia yakin jika ibunya pasti tidak akan suka jika dia menemui Hyuna.
"Kenapa jam segini udah pergi? Ini masih jam 6, Aksa."
Mona merasa heran. Biasanya jam segini putranya itu baru bangun tidur, tapi sekarang malah sudah bersiap ke kantor.
"Ada pekerjaan yang harus aku urus, Bu. Aku pergi dulu."
Aksa lalu kembali melanjutkan langkahnya sebelum sang ibu semakin banyak bertanya. Dia segera masuk ke dalam mobil dan melaju meninggalkan tempat itu.
Setelah selesai menyiapkan sarapan, tidak lupa Hyuna juga menyiapkan bekal untuk ibu dan ayahnya yang nanti akan bekerja di kebun. Dia juga menyiapkan bekal untuk Yudha dan Rayyan agar bisa di makan saat jam istirahat di sekolah.
"Waah, makanannya banyak sekali," seru Yudha saat baru memasuki dapur membuat Hyuna tersenyum lebar.
"Cepat duduk dan sarapan. Mbak masak makanan kesukaanmu dan Rayyan itu."
Yudha langsung mengangguk dan segera mengisi piringnya dengan makanan, tampak Rayyan dan juga kedua orang tuanya bergabung dengan mereka.
Hyuna dan yang lainnya lalu menikmati sarapan bersama sambil bersenda gurau. Suasana hangat membuat hatinya juga ikut membaik, dia bahkan sama sekali tidak memikirkan Aksa saat ini.
Selesai sarapan, Hyuna ikut bersama dengan kedua orang tuanya ke kebun. Awalnya sang ibu melarangnya dan menyuruh untuk istirahat saja di rumah, tetapi dia merasa bosan dan ingin ikut bekerja.
Dengan membawa bekal yang sudah disiapkan pagi tadi, Hyuna dan kedua orang tuanya berangkat ke kebun dengan menaiki sepeda motor becak. Dia menyapa para penduduk desa yang sudah mulai beraktivitas, juga para anak sekolah yang sudah rapi dengan pakaian mereka masing-masing.
Suasana desa yang masih sangat asri membuat udara juga masih terasa segar. Apalagi dengan pemandangan hijau di sekeliling desa itu, membuat hati kian tenang saat memandangnya.
Beberapa saat kemudian, Hyuna sudah sampai di kebun milik kedua orang tuanya yang dia beli beberapa tahun yang lalu. Kebun itulah yang selama ini menghidupi keluarganya, walau hanya ada 4 hektar saja.
Beni menanam cabai, tomat, dan juga sayur-sayuran di kebun itu. Awalnya kebun mereka hanya seluas 1 hektar saja, tetapi berkat kerja keras Hyuna. Sekarang tanah yang mereka miliki sudah cukup untuk hidup sehari-hari.
"Wah, cabenya bentar lagi udah bisa di panen, Yah," ucap Hyuna sambil memakai topi capilnya agar melindungi wajah dari sinar matahari.
"Iya, tomat di sana juga sudah mulai bisa di panen. Alhamdulillah cuaca awal tahun ini cukup baik, jadi tanaman juga tumbuh subur dan segar,"
"Alhamdulillah."
Hyuna merasa senang karena perkebunan orang tuanya berjalan dengan lancar. Dia lalu mulai membantu sang ibu untuk membersihkan pekarangan yang akan di tanami dengan tumbuhan baru setelah beberapa hari yag lalu di panen.
Para warga desa yang melihat keberadaan Hyuna segera menghampiri dan bertanya bagaimana kabarnya, begitu juga Hyuna yang tampak ramah menyapa semua orang yang ada di tempat itu.
Begitulah indahnya hidup di pedesaan. Suasana yang asri dan warga yang ramah dan saling bertegur sapa dengan hangat. Jiwa kekeluargaan masih terasa sangat kental sekali, juga kerja sama dan saling membantu kepada sesamanya.
Setelah menghabiskan beberapa jam dalam perjalanan, kini Aksa sudah sampai di desa tempat kedua orangtua Hyuna tinggal. Dia mulai mengurangi kecepatan mobil saat sudah memasuki desa tersebut karena banyaknya orang-orang yang berlalu-lalang di jalanan.
Aksa membelokkan mobilnya ke dalam pekarangan rumah yang masih berbentuk panggung dengan cet warna biru dan putih. Tampak rumah itu sangat sunyi seperti tidak ada orang, dia segera keluar dari mobil untuk memanggil sang pemilik rumah.
"Assalamu'alaikum. Ibu, Ayah."
Aksa menaiki tangga lalu mengetuk pintu rumah itu. Beberapa kali dia memanggil dan mengetuknya, tetapi tidak juga ada jawaban atau seseorang yang muncul.
"Nak Aksa ya?"
Aksa lalu membalikkan tubuhnya saat mendengar suara seseorang, dia lalu tersenyum dan bergegas turun untuk mendekati orang tersebut.
"Bagaimana kabarnya, Paman?" tanya Aksa pada lelaki paruh baya bernama Budi, yang merupakan adik dari ayahnya Hyuna.
"Alhamdulillah sehat, Nak. Kau sendiri bagaimana?"
Mereka lalu saling bertukar kabar dengan sedikit candaan, dan bertanya bagaimana kabar semua keluarga besar.
"Kau mau menjemput Hyuna?" tanya Budi yang langsung diangguki oleh Aksa.
"Benar, Paman. Tapi, ke mana semua orang? Sejak tadi ku panggil tapi tidak ada."
Budi lalu mengatakan jika mereka semua pasti sedang ke kebun, lalu dia mengajak Aksa untuk ikut ke kebun sekalian bersamanya.
Hyuna dan yang lainnya saat ini sedang duduk di sebuah pondok kecil yang sengaja dibuat untuk istirahat. Dia segera membuka bekal dan menyusunnya di hadapan semua orang.
"Di ambil lauk dan sayurnya Paman, Bibi. Tadi pagi aku masak banyak," ucap Hyuna untuk menawari masakannya pada tetangga yang juga istirahat di tempat itu.
Mereka lalu makan siang bersama sambil bertukar lauk dan pauk, tidak lupa saling bercerita dan bersenda gurau dengan akrab.
"Hyuna!"
Hyuna yang sedang menyantap makanannya menoleh ke arah samping saat mendengar panggilan seseorang, begitu juga dengan yang lainnya.
"Ayo makan Pa-" Hyuna tidak dapat melanjutkan ucapannya saat melihat sosok lelaki yang berjalan di belakang pamannya.
Bukan hanya Hyuna saja yang terkejut saat melihat Aksa, tetapi kedua orang tuanya juga kaget melihat kedatangan lelaki itu.
"Loh, katanya suamimu gak ikut, Hyuna? Tapi ini udah muncul di sini," ucap salah seorang wanita yang ada di tempat itu.
Aksa tersenyun lalu menyapa semua orang, tidak lupa menyalim tangan kedua mertuanya.
"Iya, Bu. Saya datang untuk menjemput istri saya."
•
•
•
Tbc.