Pernikahan yang terjadi antara Ajeng dan Bisma karena perjodohan. Seperti mendapat durian runtuh, itulah kebahagiaan yang dirasakan Ajeng seumur hidup. Suami yang tampan, tajir dan memiliki jabatan di instansi pemerintahan membuatnya tidak menginginkan hal lain lagi.
Ternyata pernikahan yang terjadi tak seindah bayangan Ajeng sebelumnya. Bisma tak lain hanya seorang lelaki dingin tak berhati. Kelahiran putri kecil mereka tak membuat nurani Bisma tersentuh.
Kehadiran Deby rekan kerja beda departemen membuat perasaan Bisma tersentuh dan ingin merasakan jatuh cinta yang sesungguhnya, sehingga ia mengakhiri pernikahan yang belum genap tiga tahun.
Walau dengan hati terluka Ajeng menerima keputusan sepihak yang diambil Bisma. Di saat ia telah membuka hati, ternyata Bisma baru menyadari bahwa keluarga kecilnya lah yang ia butuhkan bukan yang lain.
Apakah Ajeng akan kembali rujuk dengan Bisma atau menerima lelaki baru dalam hidupnya...
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Leny Fairuz, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 23 Deby Yang Tak Tau Diri
Bisma duduk termenung di ruangan kerjanya. Jam baru saja menunjukkan pukul 10 pagi. Semalaman ia telah memikirkan kelangsungan hubungannya dan Deby yang baru berjalan tiga bulan. Ia telah mengambil keputusan akan mengakhiri hubungan mereka.
Dan ia pun tetap ingin melanjutkan proses perceraiannya bersama Ajeng. Ia ingin memberikan kebahagiaan padanya untuk memulai kehidupan baru bersama laki-laki yang bisa memberikan kebahagiaan padanya di masa depan.
Ia yakin Ajeng belum membuka hati untuk memulai karena statusnya yang masih ia gantung. Ia percaya bahwa perempuan yang dipilih mamanya untuk menjadi istrinya memang memiliki kepribadian baik dengan akhlak dan budi pekerti yang patut diacungi jempol.
Sayang, Ajeng adalah perempuan yang belum mampu menyentuh hatinya bahkan disaat telah hadir permata kecil diantara keduanya. Bisma tersenyum miris mengingat rumah tangga mereka tidak lama lagi akan segera berakhir dengan keluarnya legalitas negara berupa selembar kertas yang bertulis ‘Akta Cerai’.
“Semoga setelah ku berikan status yang jelas pada Ajeng ia bisa memulai kehidupan baru yang akan membuatnya bahagia,” guman Bisma sambil melihat foto-foto yang dikirim Ibnu melalui ponselnya.
Wajah Ajeng tampak sumringah dari salah satu foto yang berhasil di ambil Ibnu. Bisma menatapnya lekat. Entah bagaimana Ibnu mengambilnya, tapi foto itu benar-benar sempurna karena hanya Ajeng sendiri yang berada dalam satu frame.
Bisma pun berharap setelah perpisahannya dengan Ajeng dilegalkan, ia dapat menemukan perempuan yang bisa memahami dirinya dan tak kalah penting mampu menggetarkan dadanya sebagai seorang laki-laki yang sangat awan dan tidak pernah merasakan yang namanya jatuh cinta. Ia yakin masa itu akan datang menghampirinya, disaat usianya kini memasuki 36 tahun.
Ketukan di pintu membuat Bisma meletakkan ponselnya dan mempersilakan duduk orang yang telah berada tepat di hadapannya. Ia melihat Deby yang memandangnya dengan senyum dari bibir merah merekah.
“Ada apa mas memanggilku?” suara lembut mendayu Deby membuat Bisma merasa muak.
Bisma berusaha tersenyum dan menyandarkan tubuhnya pada kursi. Jemarinya bertaut satu sama lain di depan dada. Tatapannya tajam memandang Deby yang masih berusaha menebar pesona.
“Kenapa sih mas?” Deby mulai merasakan hawa panas melingkupi ruangan sehingga dengan memberanikan diri ia langsung bertanya pada Bisma.
Perasaan Deby tidak nyaman. Tatapan Bisma datar. Tidak ada sorot kagum dan rasa sayang yang tergambar di manik mata hitam milik lelaki yang sudah ia targetkan di masa depan.
Selama ini ia telah bermain dengan beberapa lelaki berduit. Ia sangat paham, hanya ASN golongan tertentu yang memiliki gaji dan tunjangan yang tinggi, sehingga ia tidak pernah menolak jika ada salah satu golongan tersebut yang mengajaknya mengisi waktu senggang.
Tetapi pada Bisma ia melihat sosok komplit. Tidak hanya pegawai yang memiliki jabatan tinggi, tetapi juga keturunan orang berduit dan sudah kaya sejak lahir, apalagi didukung wajah dan bentuk tubuh sempurna.
Sedapat mungkin sejak Bisma mulai mengakui kedekatan mereka dan menghujani dengan hadiah branded, ia mulai mengurangi kegiatan untuk menikmati dunia malam bersama para kliennya.
Tapi kalau sudah hasrat naik ke kepala, dengan terpaksa ia memilih klien yang benar-benar ia senangi walau tak melibatkan hati. Yang penting kebutuhan biologisnya terpenuhi dan tentu saja bonus yang ia dapatkan sesudahnya tanpa memikirkan efek samping lainnya.
“Aku belum siap untuk mulai berkomitmen pada hubungan kita,” Bisma memulai percakapan setelah melihat Deby yang penasaran akan sikap acuhnya.
“Maksud mas?” kejar Deby cepat.
Tak biasanya Bisma bersikap acuh dan penuh teka-teki seperti ini. Ia yakin ada sesuatu yang terjadi sehingga Bisma men-chat-nya untuk ke memasuki ruang kerjanya tepat jam 10.
“Aku tidak ingin membuatmu menunggu terlalu lama. Dan aku ingin membebaskanmu dari hubungan ini,” tandas Bisma seketika.
Ia tidak mau menahan Deby terlalu lama di dalam ruangan, karena menghindari ghibah yang mulai terdengar belakangan ini, apalagi sejak Ibnu menceritakan kecurigaan staf yang lain dengan Deby yang sering mencuri waktu untuk menyelinap ke dalam ruangan kerjanya.
Padahal ada bagian pantry yang bertugas untuk menyiapkan air minum maupun snack, tapi dengan setia Deby melakukan semuanya untuk memberikan perhatian lebih padanya.
“Tidak bisa! Aku tidak terima ini mas!” Deby bersikeras menolak perkataan Bisma, “Bagaimana mungkin mas melakukan ini terhadapku? Sedangkan kita baru saja memulai.”
Kembali wajah Ajeng dan senyum tulusnya melintas dalam benaknya. Bisma jadi punya alasan kuat untuk melepas Deby.
“Aku akan rujuk dengan mantan istriku,” Bisma menjawab tanpa pikir panjang.
Deby terperangah mendengar ucapannya. Bagaimana mungkin ia melepas masa depannya bersama lelaki yang begitu ia dambakan dan ia impikan selama ini.
“Tidak mungkin!” Deby menggelengkan kepala. Bibirnya bergetar ketika mengatakannya.
Ia tidak pernah melihat sosok istri Bisma saat masih dinas di Jakarta. Dan sedikit banyak ia tau komunikasi yang kurang baik diantara keduanya. Buktinya Bisma tanpa sungkan mengakui padanya penyebab perpisahan mereka.
“Aku dan istriku akan memperbaiki hubungan kami demi masa depan putriku,” Bisma berkata dengan yakin.
“Bukankah mas janji bahwa kita akan memulai hubungan yang lebih serius di masa yang akan datang ....” Deby masih berusaha mengingatkan Bisma akan ucapannya tempo hari saat mulai terjalin kedekatan keduanya.
Timbul penyesalan dalam hati Bisma saat teringat apa yang pernah ia katakan pada Deby, ketika hubungan yang ia rasakan membuat perasaan yang berbeda. Kini perempuan di hadapannya itu tidak terima dengan pemutusan sepihak darinya. Harusnya ia tidak mudah mengumbar perasaan yang ia rasakan pada siapa pun.
“Apa kekuranganku dari istrimu sehingga kamu ingin rujuk? Padahal aku siap memberikan semua padamu?” air mata Deby mulai turun ketika mengungkapkan isi hatinya pada Bisma yang masih keukeuh untuk melepasnya.
Tatapan Bisma tajam tak tergoyahkan. Ia tau drama dari air mata yang tumpah mengaliri wajah glowing Deby. Tanpa pikir panjang ia mengutak-atik ponsel dan mengirimkan foto yang berhasil ia dapat dari Ibnu.
Deby segera membuka ponselnya melihat Bisma yang masih sibuk dengan ponsel di genggamannya. Matanya langsung membulat begitu melihat gambarnya yang bergandengan tangan memasuki kamar hotel satu minggu yang lalu bersama salah satu kliennya bos sawit dari Kalimantan.
“Ini tidak benar! Ada yang iri dan ingin memfitnahku,” Deby bersikeras menolak fakta yang sudah nyata di depan mata.
Bisma tak mempedulikan ucapan perempuan di depannya yang mulai tak bisa mengendalikan emosi. Semua foto yang ia dapat dari berbagai sumber, dengan cepat ia kirim ke ponsel Deby.
Melihat foto-fotonya dengan orang yang berbeda membuat Deby tidak mampu untuk melanjutkan pembelaannya. Ini benar-benar skak-mat dan membuatnya mati langkah.
“Mas, ini tidak seperti yang kamu pikirkan .... “ Deby menggelengkan kepala berkata dengan lirih berusaha menarik simpatik Bisma untuk kesekian kalinya.
Ia tau kondisinya sekarang benar-benar kurang menguntungkan. Ia harus membuat alasan agar Bisma memaklumi perbuatannya.
“Kalau seandainya mas tidak menolakku, tidak mungkin aku melakukan dengan orang lain,” Deby berkata lirih berharap Bisma memaafkan apa yang telah ia lakukan.
Ia dapat melihat tatapan tajam mengandung kemarahan dari wajah Bisma. Ia akan berusaha sekuat tenaga agar Bisma tidak melepasnya. Ia tau, betapa tajirnya lelaki gagah yang kini memandangnya datar.
Ia sudah terbiasa menghadapi laki-laki yang sedang emosional, dan dengan segala pesona yang ia miliki akan mampu menaklukkan lelaki yang sudah menjadi targetnya.
Senyum sinis terbit di bibir Bisma. Ia tidak akan mentolerir yang namanya pengkhianatan, apalagi setelah tau latar belakang kehidupan Deby yang membuatnya merasa jijik dengan dirinya sendiri.
“Apa yang kamu katakan tidak akan merubah keputusanku,” Bisma berkata dengan tajam, “Mulai sekarang, kita hanya rekan kerja. Dan kamu harus bisa membedakan cara bersikap antara pimpinan dan bawahan. Dan satu yang perlu kamu ingat, aku tidak ingin kamu bebas keluar masuk ruanganku.”
“Mas, aku janji tidak akan berhubungan dengan siapa pun lagi. Dan aku akan berubah untuk mas Bisma,” Deby berkata dengan sungguh-sungguh agar Bisma goyah dari keputusan yang telah ia buat dan menerimanya kembali.
“Berubahlah untuk dirimu sendiri Deb!” Bisma berdiri saat mengatakannya dengan tegas, “Keluarlah dari ruanganku.”
Bersama dengan ucapannya mengusir Deby yang masih tak bergeming dari kursinya Bisma berjalan keluar dari ruangan.