Mendapatkan perlakuan kasar dari ibunya membuat Violetta Margareth seorang anak kecil berumur 4 tahun mengalami traums berat.
Beam selaku ayah daei Violetta membawanya ke sebuah mall, sampai di mall Violetta histeris saat melihat sebuah ikat pinggang karena ia memiliki trauma dengan ikat pinggang. Renata yang saat itu berada di mall yang sama ia menghampiri Violetta dan menenangkannya, ketika Violetta sudah tenang ia tak mau melepaskan tangan Renata.
Penasaran kan apa yang terjadi dengan Violetta? yuk ikuti terus ceritanya jangan lupa dukungannya ya. klik tombol like, komen, subscribe dan vote 🥰💝
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Reni mardiana, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Mengusir Bilqis
"Ngapain kamu kesini?" tanya Yandi menatap tak suka pada Bilqis.
"Dimana mas Bram?" bukannya menjawab Bilqis malah balik bertanya.
"Gak ada." jawab Yandi singkat.
Yandi berlalu begitu saja dari hadapan Bilqis, dia berjalan keruangannya lalu menutup pintunya dengan keras.
Brakk..
Dug.. Dug..Dug..
Bilqis menggedor pintu ruangan Yandi, dia memanggil Yandi untuk keluar.
"Yandi, buka pintunya aku belum selesai bicara." ucap Bilqis setengah berteriak.
Yandi menutup telinganya dengan earphone tidak sudi melayani Bilqis, sebelum memulai kembali pekerjaannya Yandi menghubungi satpam untuk mengusir Bilqis dari perusahaan.
"Nona, ayo ikut kami. Tolong jangan membuat keributan disini, ini kantor bukan hutan." ucap satpam.
"Enggak, aku mau nemuin mas Bram." tolak Bilqis.
"Ayo seret dia." ucap Satpam.
Bilqis diseret keluar oleh kedua satpam perusahaan, para karyawan berbisik-bisik saat Bilqis lewat diseret satpam sambil memberontak.
Sreett.
Satpam mendorong tubuh Bilqis sampai terhuyung kedepan, sesuai perintah Yandinkini Bilqis sudah keluar dari perusahaan.
"Awas aja, aku akan mengingat wajah kalian dan akan aku adukan perlakuan kalian semua pada mas Bram." ucap Bilqis kesal.
Kedua satpam tersebut tak menghiraukan ucapan Bilqis, mereka berjaga di depan pintu utama perusahaan agar Bilqis tak berani menerobos masuk lagi.
Bilqis pergi dengan perasaan dongkol, dia menghentikan taksi yang kebetulan lewat. Bilqis menggerutu sepanjang perjalanannya, dia pergi menuju mall terbesar di negaranya agar pikiran ruwetnya tenang sejenak.
Sore hari.
Renata terbangun dari tidurnya, dia melepaskan pelukan Violetta dari tubuhnya, dia segera mendudukkan tubuhnya.
"Auhh pegel juga ya." ucap Renata.
Kreteekkk..kreteeek
Renata meregangkan otot-ototnya sampai mengeluarkan bunyi, dia turun dari kasur Violeta dan keluar dari kamar. Bersamaan dengan keluarnya Renata Bram pun keluar dari dalam kamarnya, dia menghampiri Renata dan mengajaknya turun ke bawah.
"Ikut aku." ajak Bram.
"Baik tuan." ucap Renata.
Renata mengikuti langkah kaki Bram turun ke lantai bawah, dia dibawa masuk ke dalam ruang kerja.
"Tutup pintunya." titah Bram.
Renata menuruti perintah Bram, dia menutup pintu kemudian berdiri dihadapan Bram.
"Ada yang ingin aku katakan padamu," ucap Bram.
"Katakan saja tuan." ucap Renata.
"Sebelumnya aku ucapkan terimakasih padamu karena kau telah melindungi anakku, tapi disini aku butuh bantuanmu." ucap Bram.
"Bantuan seperti apa?" tanya Renata.
"Bawa Violetta pergi jauh dari sini." ucap Bram.
Renata tersentak mendengar ucapan Bram, dia bingung kenapa Bram memintanya membawa Violetta pergi.
"Tapi kenapa tuan ingin aku membawa Violetta pergi?" tanya Renata.
"Ini demi kebaikannya, aku percayakan semuanya padamu." ucap Bram menatap lekat pada Renata.
"Berikan aku alasan yang jelas tuan." tegas Renata.
"Kau tahu, disini terlalu bahaya untuknya karena ibunya sudah tahu dimana kita tinggal, satu hal lagi yang harus kau ketahui bahwa aku berkecimpung di dunia bisnis dan saat ini ada yang mengincar keluargaku jadi aku ingin kau bawa Violetta pergi dari sini, bila perlu kau bawa dia jauh dari kota nanti setelah dia kembali sehat dan situasinya sudah kondusif maka aku akan menjemputmu." jelas Bram.
"Jika itu sudah menjadi keputusanmu maka aku akan menurutinya, tapi izinkan aku menghubungi keluarga Nurul meminta bantuan mereka mencari tahu tempat yang aman untuk menyembunyikan Violetta." ucap Renata.
"Tentu saja, jika kau sudah mendapatkan tempatnya lekas beritahu aku." ucap Bram.
Renata menganggukkan kepalanya sebagai jawaban, Bram menyuruh Renata kembali sedangkan dirinya duduk memikirkan kedepannya seperti apa agar ia tidak bertindak gegabah.
"Tidak ada cara lain lagi, sepertinya ini adalah satu-satunya cara yang bisa aku gunakan." gumam Bram.