Shifa dan Ilham sepasang kekasih, yang semua orang di tempat lingkungan rumah dan lingkungan kerja sudah tahu. Kalau mereka berdua kekasih yang telah berjalan tiga tahunan. Jadi orang akan berfikir kalau mereka berdua merupakan pasangan romantis sampai ke pelaminan.
Tapi siapa sangka. Hanya karena uang.. dan bujukan orang tua dari Ilham mereka akhirnya berpisah. Dan memilih menikah dengan gadis anak pengusaha batu bara di daerahnya. yang bernama Adis.
Shifa sangat kecewa sekali dengan sikap dan pilihan Ilham. padahal mereka sudah berjanji akan lanjut ke pelaminan Tahun depan. Tapi apa daya. Kehendak orang tuanya Ilham, membuatnya tidak berdaya untuk menolaknya.
Dia berusaha memberikan pengertian pada ke kasih. agar tetap menunggunya. Suatu saat ia akan kembali lagi.
Apakah Shifa mau menerima janji Ilham. atau malah pergi meninggalkannya. Kita baca selanjutnya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon husnel, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Benalu
Syifa Hanya tersenyum saja mendengar cerita Mbak Disa,dia bukan tidak mau menanggapi ceritanya. Namun ia takut karena mereka tinggal bertetangga.
"Kok bisa ya mbak. nggak pernah kapok dianya." Ucap Mbak Disa masih semangat nya.
"Siapa yang kapok.?" Tanya seseorang di depan pintu.
Syifa dan Mbak Disa kaget melihat sosok di depan pintu. sosok orang yang di bicarakan. Terutama mbak Disa.
"Eh Mbak Rina. silahkan duduk. Barusan saya buat gorengan. jadi mbak Disa heran pada saya karena nggak kapok- kapoknya bikin gorengan walaupun sudah kena minyak panas dulunya." Ucap Syifa mengalihkan.
Mbak Disa pun menganggukkan kepalanya cepat, agar tidak di curigai " Benar mbak. heran saya dengan mbak Syifa ni. tapi hebat sih. akhirnya bisa juga buat kafe tempat yang asyik buat nongkrong anak muda dengan menu yang lagi hot. Saya pengen juga rasanya coba buat di sini mbak. dan bujuk Mbak Syifa agar buka di sini juga." Mbak Disa menambahkan alasan yang akhirnya di setujui Syifa.
"Oh. jadi mbak Syifa mau buka kafe juga di sini.?" Tanya Mbak Rina yang termakan dengan cerita Mbak Disa.
"Kalau maunya saya sih iya mbak. biar punya masukan sendiri. nggak harap gaji suami saja. saya mau jadi karyawan mabuk Syifa. mbak Rina mau nggak.?" Tanya Mbak Disa semangat.
Syifa menarik nafas dalam. Sepertinya dia harus cerita dulu sama suaminya. Takutnya nanti suaminya nggak setuju.
"Kalau benar. saya mau juga jadi karyawan mbak. tapi bagian kasir..he..he.." Cengengesan Mbak Rina.
"Kalau jadi kasir itu resikonya berat mbak. kan penjualannya sudah jelas. jadi kalau saat hitung. uang nggak cukup. mungkin karena apa. terus kasir dong yang tanggung jawab. Habis gaji saya nanti kalau di potong terus karena kehilangan. saya mending bagian masak aja. tapi tunjukkan ya mbak."
Keduanya antusias bercerita menurut versi mereka saja. Syifa hanya mengangguk- angguk saja.
Cukup lama mereka bercerita. Syifa dan Mbak Disa tidak menyadari kalau mbak Nita yang duduk di depan rumah Mbak Rina ternyata sudah pergi. makanya Mbak Rina mau keluar rumahnya.
"Gimana mbak. menurut mbak. kok diam saja.?" Mbak Disa menyadarinya kediaman Syifa.
"Nanti saya cerita sama suami. atau mungkin saya cerita sama ibu komandan. mana tahu kita buka kafe Bhayangkara. biar ibu-ibu yang punya keahlian buat kue-kue kecil bisa di titip di sana. semacam koperasi lah gitu." Syifa menjelaskan idenya. karena ia tidak ingin tinggal lama di sana.
"Wah itu lebih bagus mbak. mbak itu emang hebat ya. pantas saja Mas Faris cinta banget sama mbak." Mbak Disa mengedipkan matanya.
Syifa merasa tidak enak dengan perubahan wajah Mbak Rina. Namun ia berusaha proporsional.
"Mbak bisa aja. bahan di sini sudah ada. jadi dari pada di biarkan terbuang. kan lebih baik di budaya gunakan"
Keduanya pun mengangguk paham." Emang benar kata bapakku. kalau orang pintar tuh banyak aja idenya." Mbak Disa memandang Syifa lebih kagum. membuat Syifa merasa grogi.
"Mbak terlalu berlebihan. Syifa kan tidak buat apa-apa. Kok sudah langsung memuji".
Mbak Disa terkekeh melihat wajah Syifa yang memerah. Padahal dia belum ada berikan sumbangan pada seseorang.
"Iyalah. dari awal saya lihat mbak tu orangnya cekatan, punya skill yang baik yang bisa membantu kita yang kekurangan ini."
Mbak Rina hanya mengangguk saja, karena ada kata-kata yang seolah menyentil perasaannya, namun ia belum yakin dengan cerita Mbak Disa yang seolah fokus membahas Syifa.
"Maaf mbak. sepertinya suami saya mau pulang. jadi kita harus sambut suami dengan baik dan memberikan pelayanan yang memuaskan mbak,agar tidak mencari kepuasan ke tempat lain.he..he..misi ya mbak Syifa, mbak Rina." Mbak Disa pun pamit keluar, sedangkan Mbak Rina baru menyadari sindiran tadi.
"Apa maksudnya mbak Disa ya mbak.?"" Mbak Rina seolah penasaran dengan ucapan mbak Disa yang sudah pulang.
"Oh nggak tahu mbak. maaf mbak, aku mau ke kamar kecil.. mbak masih mau duduk di sini.?" Tanya Syifa menguji kecurigaannya.
"Oh. apa nggak masalah ya mbak saya masih di sini. kebetulan anak saya belum pulang sekolah malas sendiri." Syifa hanya mengangguk dan pergi ke belakang.
Tak lama Faris pulang. ia sedikit kaget kehadiran Mbak Rina di rumahnya. Namun ia berusaha tersenyum. Syifa melihat interaksi Mbak Rina yang seolah sangat terkesima dengan kehadiran Faris suaminya.
"Eh. Baru pulang Mas.?" Mbak Rina menyapa Faris lembut.
"Oh ya mbak. maaf Syifa nya di mana ya?" Faris mengalihkan perhatian Mbak Rina yang membuat Faris risih.
"Barusan ke kamar kecil mas. oh ya mas mau minum, biar saya bantu ambilkan." Tawarnya tanpa memikirkan tanggapan Faris yang sudah merasa kesal.
"Oh tidak usah mbak. saya tidak biasa di layani. tapi suka melayani istri. bagi saya istri adalah ratu bagi saya. permisi ya mbak. saya mau ke dalam dulu." Dengan cepat Faris masuk ke kamarnya.
Hatinya kesal sekali, jika tidak mengingat wanita tersebut istri dari temannya. pasti sudah ia usir.
Tak lama,Syifa pun masuk ke kamar di mana ada suaminya. Faris langsung memeluk istrinya seolah melampiaskan dan menghilangkan rasa kesalnya.
"Kenapa Mas. kok wajahnya jutek gitu. Digoda tetangga ya.?" Ledek Syifa setengah berbisik takut terdengar keluar.
"Sayang. mas kok jadi risih ya. kita pindah rumah aja gimana. biar nanti Mas bilang sama komandan. Tadi Mas sudah cerita juga sedikit tentang kejadian tadi pagi baik sama Anjas dan jika komandan. Namun karena belum ada bukti yang kuat, jadi kita nggak bisa bertindak." Terang Faris berbisik juga.
Syifa menatap suaminya bingung." Kita pindah ke mana Mas.?" Tanyanya penasaran.
"Untuk sementara kita tinggal di hotel dulu. Dan Mas sudah bilang sama komandan. untuk beberapa hari kita nginap di hotel dengan alasan rumah di renovasi. untuk buat koperasi. karena lokasi rumah ini cukup dekat dengan kantor."
"Tapi. rumah kita kan di tengah mas. Kan berisik.. yang namanya koperasi tentu rame Mas." Sanggah Syifa.
Faris tersenyum."Mungkin di tukar dengan Mbak Puji. Jadi mbak Puji pindah ke tempat kita. Nah rumah yang di tempati mabuk Puji jadikan Koperasi.Sedangkan Kita nanti pindah ke sebelah rumah Komandan. yang waktu masih di tempati Pak Darman. sang wakil sebelum Mas. Dan kamu bisa lebih dekat dengan aula Bhayangkara." Jelas Faris dan Shifa pun mengerti.
Setelah semuanya jelas. mereka pun keluar,karena walau bagaimanapun. Mbak Rina itu istri dari sahabatnya. Faris merasa tidak enak, karena sudah ada istrinya.
Syifa merasa tidak percaya. kalau mbak Rina masih duduk santai sambil main handphone. duduk di ruang tamu mereka.
Syifa pun mendekatinya." Maaf mbak. kita keluar sebentar. apa mbak masih mau di sini. jadi nanti tolong titip rumah nya ya." Syifa berusaha lembut walau ia sudah mulai dongkol.
"Mau. pergi ya. sayangnya pakai motor, coba pakai mobil. kan saya bisa nebeng. habisnya malas sendiri.he..he..." Jawab mbak Rina tanpa malu dengan suara lembutnya seperti biasanya.
"He..he.. iya ya mbak." Syifa dengan senyum terpaksa nya menoleh pada suaminya. Faris mengangguk. padahal mereka belum ada janji. namun karena melihat situasi Faris pun menyetujui.
Faris berjalan santainya Faris keluar menghidupkan motor matic yang baru saja di beli kemarin.
Mbak Rina pun terpaksa pindah ke rumahnya, karena Syifa menutup pintu rumahnya. rasa percayanya sudah mulai hilang. melihat kejadian hari ini di depan matanya.
Di Atas motor. Syifa terus saja diam, Faris menyadari keanehan istrinya. hanya diam saja sampai mereka sampai di sebuah rumah makan sederhana.
"Mau makan dia ini sayang.?" Tanya Faris menyadarkan istrinya yang masih melamun.
"Eh.. anu. apa mas..?" Bingung Syifa setengah sadar dari lamunannya.
Faris mengajak istrinya turun." Kita makan di sini saja ya sayang. nanti kalau terlalu jauh, mas takut kamu jatuh. karena mas lihat kamu tidak fokus.. mikirin cowok ya" Ledek Faris tersenyum jahil.
Syifa mencubit lengan suaminya. dan bergelayut manja mengikuti langkah suaminya untuk makan siang. padahal ia sudah masak ke sukaan suaminya tadi. namun karena insiden tadi. rencananya gagal.
jangan lama" up-nya ya Thor,makasih