Tunangannya sama Luna, menikahnya sama Zenata. Kok bisa?
Lalu bagaimana dengan Luna? Apakah Athala akan memaafkan Zenata atas kecelakaan ini? Atau hanya akan membuat Zenata menderita?
Kisah cinta yang rumit antara dendam dan penyesalan.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Desty Cynthia, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Menikah Dadakan
Seminggu sudah Athala dan Zenata dirawat dirumah sakit. Kondisi Athala sudah membaik dia juga sudah sadar dari komanya "Sayang ini mamih."
Athala tersenyum hangat melihat mamih tercintanya "Mih, Atha baik baik aja, mamih jangan nangis lagi." Ucap Athala dengan terbata-bata. "Jangan gini lagi nak, mamih takut kehilangan kamu!" Mamih Aleesya makin menangis dipelukan Athala.
"Mih, Luna mih...Luna gimana mih?" Tanya Athala. Semua keluarga Athala tak ada yg menjawab pertanyaan Athala. "Kenapa diem semua? Luna mana?"
Athala mulai histeris dia bangun mencoba berdiri dan mencabut infusan ditangannya, orang tuanya berusaha menahan Athala agar tak keluar. "Duduk Atha!" Ucap papih Alarich "Luna mana pih?" Lirih Athala.
"Kak yang tenang, jangan kayak gini, kakak baru sadar!" Kata Ariana "Apa yang kalian sembunyiin? Jawab!" Teriak Athala.
Mamih Aleesya memeluk anaknya "Yang sabar ya nak, Luna udah tenang di tempatnya!"
"Maksud mamih apa?"
Orang tua Athala saling lirik entah bagaimana cara mereka menjelaskan pada anaknya. "Jawab mih, pih!"
"Luna meninggal." Jawab Alana. "Ap-apa? Me-meninggal? Enggak mungkin, dia masih hidup dia masih nungguin aku Al." Teriak Athala histeris, semua anggota keluarga berusaha menenangkan Athala yang semakin berontak.
Ray yang melihat kekacauan itu langsung memanggil dokter untuk menangani Athala. Dokter itu menyuntikan obat penenang. "Sebaiknya, tolong dijaga dulu, jangan membuat pasien stres." Ucap dokter.
-
-
Tak beda jauh situasinya, di ruangan Zenata juga sama kacaunya. Zena juga berteriak mengamuk ketika tahu dirinya mengalami kebutaan akibat kecelakaan naas itu.
"Ya Allah Zena sabar nak...!" Bu Risma memeluk Zena dengan erat. Hati siapa yang tak hancur, saat terbangun dari koma lalu tahu dirinya tak bisa melihat dunia lagi.
"Ibu...ibu... Zena buta bu... Arrgghhhhh !"
Zena terus meraung meratapi nasibnya "Sabar ya nak, dokter sedang mencari pendonor, semoga dokter secepatnya memberikan kabar baik." Ucap bu Risma yang menenangkan Zena anak asuhannya.
Setelah Zena sudah mulai sedikit tenang dia juga tak lupa tentang kecelakaan itu "Bu, korban yang ikut_"
"Meninggal Zen."
"Apa?" Zena terkejut dan menutup mulutnya dia. "Ya Allah terus gimana bu? Apa keluarganya akan menuntut Zena?"
Bu Risma menceritakan kejadian malam itu saat Zena juga 2 korban lainnya dibawa ke rumah sakit "Jadi, kak Athala yang ada di dalam mobil itu? Ya Allah, gimana ini bu? Pasti mamih Aleesya benci sama Zena hiks hiks hiks...!"
"Enggak sayang! Semua itu murni kecelakaan, semua itu takdir. Po li si juga sudah memeriksa mobil kamu dan mobil Athala. Kejadian itu benar benar kecelakaan." Kata bu Risma.
"Zena, lebih baik kamu istirahat, jangan banyak pikiran." Ucap pak Soleh yang baru datang menjenguk Zena.
-
-
-
Mamih Aleesya mencoba menjelaskan dengan pelan pada anaknya itu kejadian di malam naas itu. "Zena? Dimana dia mih?" Tanya Athala
"Biarkan Athala ketemu Zena mih!" Ucap papih Alarich "Tapi pih kak Zena kan_" Ucapan Alana terhenti kala papih Alarich menganggukan kepalanya.
Dengan tertatih tatih Athala ditemani orang tuanya dan juga Alana ke ruangan Zena, terlihat raut wajah Athala tak bersahabat. Ada kebencian, dendam dan amarah.
BRAK
Bu Risma, pak Soleh menoleh ke arah pintu, lain halnya Zena yang hanya diam dengan tatapan kosong. Athala mendobrak pintu kamar itu dengan kencang
"BRENGSEK! KAMU PEMBU**H ZENA !" Athala mendekati Zena memakinya dengan lantang. Zena hanya menangis tersedu sedu, dia juga sama hancurnya.
PLAK
Mamih Aleesya menampar anaknya itu "ATHALA CUKUP! Jaga bicaramu! Mamih enggak pernah mengajarkan kamu seperti itu!" Mamih Aleesya murka, sedangkan papih Alarich dan Alana hanya terdiam dengan situasi ini.
Alana menarik kakaknya untuk tenang. "Terus kakak mau apa? Kakak mau bu**h aku? Iya? Silahkan kak aku juga udah enggak punya harapan hidup!" Lirih Zena dengan tubuh yang bergetar.
"Aku minta maaf kak Atha, aku_"
"CUKUP! GARA GARA KAMU LUNA MATI, SEKARANG KAMU HARUS BERTANGGUNG JAWAB ATAS KEMATIANNYA!"
"Aku harus gimana kak? Kakak mau penjarain aku? Silahkan kak hiks hiks hiks...!" Zena nampak pasrah. Semua orang disana hanya terdiam mendengar amarah Athala. Terlebih orang tua Athala juga mencoba menenangkan anaknya yang emosi.
"Gantikan Luna! Kita menikah malam ini." Ucap Athala sambil memegang dagu Zena.
DEG
Semua orang terkejut mendengar perkataan Athala. "Jangan macam-macam kamu Athala!" Kata papih Alarich.
Athala mengambil ponsel yang dipegang Alana, dia menelepon Juna asistennya "Juna, siapkan pernikahan malam ini dirumah sakit!" Ucap Athala di telepon.
"Ba-baik boss, tapi kenapa malam ini? Bukannya non Luna sudah_"
"Jangan banyak tanya!" TUT TUT TUT
Athala memberikan lagi ponsel Alana. Zena juga sama kagetnya, entah apa yang ada di pikirannya saat ini. Pernikahan seperti apa yang akan dia jalani? Melihat saja tak bisa apalagi menikah?
"Kak, gimana caranya aku bisa melayani kakak sebagai suami, kalau aku aja enggak bisa lihat?" Lirih Zena
Athala menoleh dan menelaah perkataan Zena "Jadi kamu buta? Itu hukuman buat kamu, karena kamu sudah menghancurkan hidupku!" Ucap Athala dengan bibir bergetar.
"Athala cukup! Mamih enggak suka kamu kasar sama Zena! Semua ini murni kecelakaan Athala, bukan salah kamu atau Zena." Kata mamih Aleesya.
Athala pergi dari sana tanpa bicara lagi. "Nak, maafkan mamih yang tak bisa mencegah Athala!" Ucap mamih Aleesya. "Bukan salah mamih Aleesya, salah Zena, ini semua salah Zena hiks hiks hiks...!" Zena menutup wajahnya dan menangis sesegukan.
-
-
-
Akhirnya malam pun tiba, penghulu dan saksi sudah hadir di kamar Zena. Athala dan keluarganya juga hadir disana, bahkan opah dan omah Athala datang.
"Baik, semuanya sudah siap?" Tanya pak penghulu "Siap, langsung mulai saja!" Kata Athala dengan ketus.
Zena hanya diam dengan tatapan kosong "Ya Allah, hamba pasrahkan segalanya, hamba ikhlas menerima ini semua. Maafkan hamba ya Allah."
"Athala, jangan kayak gitu nak!" Ucap omah Winda. Atha tak lagi bicara dia menundukan kepalanya.
SAH Alhamdulillah
Pernikahan itu terjadi. Athala dan Zena resmi menikah secara Agama. Papih Alarich meminta Ray dan Juna untuk segera mengurus surat surat pernikahan anak dan menantunya.
Zena mencium tangan Athala dengan perasaan yang campur aduk. Dulu saat kecil, Zena memang sangat menyayangi Athala bahkan sebelum kejadian ini. Tapi sekarang, Zena merasa kalau Athala sangat membencinya.
Athala meminta tambahan kasur untuk dirinya supaya sekamar dengan Zena. Selepas acara pernikahan mereka, seluruh anggota keluarga termasuk bu Risma dan pak Soleh juga pamit pulang. Mereka akan datang lagi besok.
"Zena sayang, mamih dan papih pulang dulu yah. Di kamar sebelah ada Ariana sama Athar, kalau butuh apa-apa panggil aja mereka yah." ucap mamih Aleesya "Terima kasih mih, pih, hati hati dijalan." Lirih Zena
"Papih selalu hati-hati, enggak usah sok nasehatin papih!" Ketus Athala sembari pergi ke kamar mandi.
BRAK
"Jangan di dengerin! Kami pulang yah!"