Berawal dari sebuah dendam di hati Sakti yang terpendam selama puluhan tahun kep pada keluarga Rangga. Sakti pun tega menculik Ainun yang tak bersalah, Ainun sendiri adalah gadis dari keluarga sederhana yang berusia 23 tahun di hari pernikahnnya dengan Rangga.
Bahkan Sakti membuatkan sabotase pesta pernikahannya yang begitu megah untuk mengeabui pihak kluarga Rangga.
Akhirnya, Keluarga Rangga pun menetapkan Ainun dan kluarganya menjadi pihak yang bertanggung jawab atas gagalnya pesta pernikahan Rangga lalu menuntut mereka.
akankah ada perasaan di antara pernikahan itu? Sedangkan Sakti hanya memanfaatkan Ainun sebagai alat?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Geerqiasilatusiluchen, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Masih ada orang baik
"Fyuuh! Sssh sakit..." bisik Ainun seraya meniupi luka luka nya.
Ainun merasa dirinya lebih baik berkat bantuan dari Ken hingga lukanya mulai sedikit demi sedikit mengering, Tok Tok! Seseorang mengetuk pintu dan Ainun pun seketika pura pura tidur, ia takut jika yang datang itu adalah Satria atau Lili, Ainun sungguh takut jika dirinya di cacah dan di cemooh oleh ke duanya dengan kata kata yang menyakitkan hatinya lagi.
"Kakak. Apakah kamu di dalam?" Rupanya itu adalah Verll kecil. Verll membuka pintu dan menyeru Ainun berulang ulang.
Oh. Rupanya Verll. Ku pikir itu adalah wanita wanita penyihir yang jahat di rumah ini. Batin Ainun menggumam.
"Verll. Masuklah" pinta Ainun mulai bangkit dari rebahannya.
"Kakak... Apakah kamu sakit?" Verll menghampiri Ainun yang mulai duduk di sofa kamar itu.
"Sini Verll. Bantu kakak mengambilkan air minum" Pinta Ainun menunjuk gelas di meja lampu malam Satria.
Verll mulai mengambilkannya "Ini ya kak?" tanya Verll.
Ainun pun mengangguk, Verll lekas meraihnya dan memberikan air putih itu pada Ainun "Ini kak. Minumlah..." Verll lekas memberikannya ke tangan Ainun.
"Terimakasih Verll. Untung ada kamu, kakak sungguh haus sedari tadi" Gumam Ainun lekas menghabiskan minum dalam satu tegukan saja.
"Ia kak. Tak masalah" balas Verll murung.
"Verll. Ada apa, kenapa kamu sedih?" tanya Ainun menatap Verll yang saat itu entah kenapa menitikan air matanya.
"Kakak. Aku pikir kakak sudah tak ada dirumah ini lagi?" Lenguh Verll tiba tiba menumpahkan deraian air matanya di hadapan Ainun.
"Verll. Kenapa kamu cemas begitu, aku masih ada di sini..." balas Ainun melempar senyum ke arah Verll.
"Karna, tadi saat kami sedang sarapan... Hanya ada tante Lili dan ayahku... Lalu Ibuku bilang jika kakak sudah di usir dari rumah ini. Aku jadi sedih dan takut kehilangan mu kakak..." rengek Verll. Ainun pun mulai menyungingkan bibirnya, ia mulai memeluk Verll dan menenangkan anak itu.
"Verll. Jangan menangis, Kakak tak akan pernah pergi meski ayahmu mengusir kakak... Jadi jangan sedih lagi ya..." Bisik Ainun muli melepas pelukannya lalu membelai pucuk kepala Verll mungil.
"Benarkah?" tanya Verll senang. Seketika setelah mendapatkan pernyataan dari Ainun, Verll pun mulai kembali ceria...
Ainun mengangguk sembari menatap manik mata anak itu "Tentu saja, mana mungkin aku bohong" balas Ainun seraya tersenyum ramah pada Verll.
"Kakak. Aku sungguh meyayangimu!" peluk Verll begitu erat secara tiba tiba.
"Aduh. Awww sakit!" pekik Ainun meringis kesakitan.
"Ah. Apa yang terjadi, apakah aku menyakitimu kakak?" tanya Verll panik. Verll lekas menarik dirinya ke belakang...
"Sssh... Fyuuuh aaaggh" ringis Ainun memegangi pergelangan tangannya yang tertutupi pakaian lengan panjang.
"kakak. Apakah kau terluka?" Verll lekas cemas hingga ia pun menyingkap pakaian panjang yang Ainun kenakan. Dan di lihatnya, tubuhnya begitu penuh dengan luka bakar.
"Kakak... Apa ini?" tanya Verll sedih.
"Verll. Jangan sembarangan menyentuh... Aku kan adalah wanita, dan kami adalah laki laki..." Tegur Ainun menatap Verll malu.
"Apakah itu sakit?" Tanya Verll murung.
"Tidak. Ini hanya luka gigitan serangga. Kamu tak perlu cemas ya..." Ainun mencoba membohongi anak itu.
"Jangan membohongiku kak. Aku ini bukanlah anak bodoh, itu adalah luka memar dan melepuh. Apakah ibuku yang sudah melukai kakak?" Tanya Verll begitu serius pada wanita yang paling Verll hormati di rumah itu.
"Tidak Verll. Aku terluka karna aku begitu ceroboh, aku tak sengaja memutar pemanas sower dan menyetelnya dengan suhu yang tinggi. Hingga saat aku memutar kran, aku pun terbakar oleh ulahku sendiri"jelas Ainun pada anak kecil di depannya itu.
"Kakak. Benarkah itu?" Verll meragukan penjelasan Ainun.
"Tentu saja, mana mungkin aku bohong" balas Ainun cengengesan pada anak kecil itu.
"Kakak. Lain kali, jika kakak tidak bisa menggunakan barang barang di rumah ini. Panggil saja aku, jangan sampai kejadian ini terulang lagi, aku tak mau melihat kakak menderita begini" Rengek Verll seraya menjelaskan.
"Baik. Kakak akan ingat, jadi Verll juga harus percaya pada kakak ya... Jangan cemas, kakak pasti akan memanggil Verll jika sampai kakak lupa atau ceroboh lagi ya" Ainun memuji Verll dan membuat anak itu senang.
"Seandainya, kakak adalah ibuku, pasti aku akan sangat senang..." Ujar Verll berharap.
Ainun pun terdiam Verll, aku akan segera membuka kedok ibumu. Maafkan aku jika aku melakukan ini, setidaknya... Ibumu akan tunduk padaku jika aku mendapatkan sebuah bukti. Bahwa dirimu bukanlah anak biologis, Satria. Jika sampai hari itu tiba... Maka aku akan segera mengadopsimu sebagai anakku. Bathin Ainun menggumam. Ainun berencana melakukan tes dna antara rambut Verll dan rambut Satria.
"Verll. Jika mau, jangan panggil kakak, panggil saja kakak dengan sebutan ibu. Bagai mana?" tanya Ainun membesarkan hati Verll.
Verll pun senang mendengarkan jawaban hangat dari Ainun dan berterima kasih oada wanita itu "Kakak... Maksudku, ibu... Aku sungguh menyayangimu" tegas Verll bangga.
Verll dan Ainun cengengesan, mereka bersenda gurau di dalam ruangan megah kamar utama itu. Tanpa di sadari Ainun, Satria mendengarkan percakapan yang keras itu dari balik daun pintu yang tertutup.
Satria merenung setelah mendengarkan percakapan mereka yang begitu akrab. Sebelumnya, Verll tak pernah seakrab itu dengan siapapun. Bahkan dengan Lili sekalipun, tapi Satria tak habis pikir, kenapa harus Ainun yang Verll kehendaki.
Wanita itu sudah sadar rupanya, aku pikir dia masih tiduran... Apa boleh aku masuk lalu mengambilkan berkas penting di dalam brankasku?" Bathin Satria menggumam.
Satria masih enggan masuk ke kamar itu karna tahu jika dirinya salah, Ia hanya bisa mematung di daun pintu seraya berfikir bagai mana caranya untuk masuk ke kamarnya sendiri.
"Tuan muda. Meting dengan Klien dari Washington akan segera di mulai. Sebaiknya anda segera berkemas agar kita tidak terlambat" Pinta Ken menghampiri.
"Kebetulan. Ken, kemari... Ambilkan map biru di dalam brankasku. Kau tahu kan kata sandi brankas itu" Pinta Satria.
"Tapi tuan, saya mana berani" Ken sungguh ragu.
"Masa tidak berani. Ayo... Cepatlah, kau tak mau aku terlambat kan" Satria membuka pintu lalu mendorong Ken masuk.
Seketika Ken ada di dalam dan pintu pun tertutup "Ehh... T-tuan" panik Ken menoleh ke daun pintu.
"Eh. Ken, ada apa? Aku tidak memanggilmu" ucap Ainun menatap Ken heran.
"...A, saya! saya akan mengambil berkas tuan muda di brankasnya" tegas Ken menjawab gugup.
"Begitu ya. Silahkan lanjutkan tugas mu" jawab Ainun mempersilahkan.
"Ya nona..." Ken pun melangkah cepat lalu masuk ke ruang ganti Satria dan kembali tanpa menunggu lama.
"Saya akan pergi. Permisi"
"Ya... Silahkan, Ah tunggu Ken..." pekik Ainun.
Ken pun menghentikan langkahnya "Ada apa nona"
"Aku akan mengajakmu makan es cream nanti setelah aku sembuh... Itu, untuk mengucapkan rasa terimakasihku karna telah merawatku dengan baik" jelas Ainun mengembangkan senyum ke arah pria itu.
"..."Ken tak berkomentar.
"Aku akan mengabarimu nanti... Jika kamu ingin keluar, silahkan heheh... Aku tak mau mengganggu pekerjaanmu. Nanti pria galak itu bisa membunuhku jika aku salah" gumam Ainun.
Satria dengar dengan jelas omelan Ainun hingga membuat Satria marah pada Ainun "Sialan, Apa katanya? pria galak memangnya siapa yang sudah merawatnya semalaman, dasar tidak tahu ber berterima kasih" Amuk Satria mengoceh.
Ken mulai keluar dari kamar Satria "Ken mana berkasnya?" tanya Satria menadahkan tangannya kessl.
"Ini tuan..." serah Ken mengarahkan berkas itu ke Satria.
"Sini, biar aku yang membawanya" Satria menyambar map biru itu kasar. Tampak nya Satria sedang uring uringan pagi itu hingga membuat Ken tak habis pikir di buatnya.
Apa yang sudah membuat Tuan muda menjadi marah, apakah mood nya sedang buruk hari ini. Batin Ken menggumam.