Kecelakaan pesawat yang menewaskan lebih dari dua ratus orang, menyisakan duka mendalam bagi keluarga Henderson.
Bagaimana tidak? Salah satu dari penumpang pesawat tersebut adalah nona muda keluarga Henderson itu sendiri.
Kayvira, anak dari pasangan Raffa dan Prita mengalami kecelakaan pesawat tersebut.
Bagaimana nasibnya? Berhasilkah mereka menemukan Kayvira. Sementara mereka kehilangan petunjuk dan tidak menemukan jasad gadis itu. Mereka tidak tahu sama ada Kayvira masih hidup atau sudah mati?
Sementara Kayvira sendiri diselamatkan oleh nelayan yang bernama Dylan. Dari pertemuan mereka itu, timbul bibit cinta diantara keduanya. apakah mereka bisa bersama? sementara Kayvira sendiri dalam keadaan amnesia. dan bagaimana kelanjutan hubungan mereka jika Kayvira sudah ingat siapa dirinya?
Penasaran? baca yuk!
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Pa'tam, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Episode 30
Pintu terbuka setelah Dylan menekan bel beberapa kali. Seorang pelayan memperhatikan mereka karena merasa tidak mengenal mereka.
Kemudian pelayan tersebut menemui majikannya untuk memberitahukan bahwa ada tamu. Tuannya pun menyuruh pelayan untuk mengizinkan tamunya masuk.
"Silahkan Tuan, Nona," ucap pelayan itu.
"Terima kasih Bik," ucap Dylan.
Ketiganya pun masuk dan langsung dibawa ke ruang tamu. Mereka dipersilahkan duduk sambil menunggu Tuannya. Dan pelayan itu segera pergi untuk membuatkan minuman untuk mereka.
"Ada perlu apa ya?" tanya seorang pria yang baru turun dari lantai atas.
Mereka bertiga serentak menoleh, dan melihat pria sekitar umur 50an. Meskipun demikian tapi terlihat masih gagah.
"Paman," sapa Dylan dan langsung berdiri mendekati pria itu, kemudian memeluknya.
Pria yang bernama Marcel terpaku ditempatnya. Ia seperti merasa tidak asing dengan suara ini. Dylan meleraikan pelukannya.
"Paman ini aku," ucap Dylan sambil membuka maskernya.
Marcell terhuyung kebelakang, beruntung Dylan dengan sigap menangkapnya. Marcel seakan tidak bertenaga, antara percaya dan tidak.
Dylan memapah Marcel ke sofa dan meminta pelayan untuk mengambilkan air putih. Pelayan dengan sigap mengambil air dan memberikan nya kepada Dylan.
"Minum dulu Paman, nanti baru aku ceritakan," ucap Dylan.
Marcel menatap Dylan dengan perasaan campur aduk, antara senang, sedih, terharu semua jadi satu.
"Apa aku bermimpi? Pasti ini halusinasi ku, kan?" tanya Marcel. Ia masih belum percaya jika yang ada dihadapannya kini adalah Dylan.
"Paman tenangkan diri dulu, bila sudah tenang aku akan ceritakan semuanya," ucap Dylan.
Setelah beberapa saat, Marcel pun tenang. Ia menatap dalam wajah Dylan. Dylan pun tersenyum. Kemudian Marcel pun merangkul Dylan.
"Kamu masih hidup? Aku pikir kamu sudah meninggal. Sejak kepergianmu semua aset dan harta peninggalan kakekmu dirampas oleh Harry dan istri barunya," ucap Marcel.
"Itulah yang ingin kami bahas paman," ucap Kayden menyela.
"Siapa kalian?" tanya Marcel yang baru ngeh dengan kehadiran Kayden dan Kayvira.
"Mereka temanku, Paman. Mereka lah yang menolongku untuk merebut kembali harta itu," jawab Dylan.
"Kenalkan, saya Kayden dan ini adik saya Kayvira," ucap Kayden. Kayvira dan Kayden pun menyalami Marcel.
"Bagaimana caranya? Paman sendiri tidak bisa punya bukti apapun untuk membongkar kejahatan mereka," kata Marcel.
Marcel tidak menikah lagi setelah kematian istri dan anaknya dalam sebuah kecelakaan. Saat itu ia sedang menangani sebuah kasus. Jadi saat mendengar kabar istri dan anaknya kecelakaan dan meninggal di tempat, membuatnya sempat terpuruk dan memutuskan berhenti dari pekerjaannya.
Kemudian kakek Dylan mengangkat nya kembali menjadi pengacara keluarganya. Perlahan-lahan ia mulai bangkit kembali dari keterpurukan nya.
"Kami sudah punya buktinya Paman, hanya tinggal menunggu waktunya saja untuk menjebloskan nya kedalam penjara," jawab Kayden.
Kayden kemudian memberikan surat pengalihan aset yang sudah ditandatangani oleh Harry. Sementara dokumen kerjasama yang Kayden janjikan adalah palsu.
"Bagaimana kalian mendapatkan nya?" tanya Marcel.
"Untuk menjerat orang licik, maka kita harus menggunakan cara yang sama. Orang serakah tidak akan sadar jika ia ditipu," jawab Kayden.
Marcel merasa takjub dengan cara kerja Kayden. Dia mengagumi kepintaran pemuda didepannya ini.
Kayden pun menceritakan cara kerjanya dalam menjerat lawannya. Marcel tertegun dan tidak bisa berkomentar apa-apa. Hanya satu kata yang terucap dari mulutnya yaitu. Hebat.
"Sebelum kami mendatangi Paman, maaf kami sudah menyelidiki Paman terlebih dahulu. Kami hanya ingin memastikan jika Paman tidak terlibat," ucap Kayden.
"Siapa kalian sebenarnya?" tanya Marcel yang penasaran dengan kejeniusan pemuda ini.
"Kami cucu dari Darmendra Henderson, cicit Jordan Henderson," jawab Kayden.
Marcel menutup mulutnya, siapa yang tidak kenal dengan keluarga Henderson. Bahkan Marcel sendiri mengagumi keluarga tersebut. Hanya saja tidak berpeluang untuk bertemu.
"Jadi kalian anak dari salah satu si kembar tujuh itu?" tanyanya. Kayden mengangguk.
Marcel pernah mendengar tentang kehebatan keluarga tersebut bahkan kekuatannya bisa menghancurkan markas mafia. Dan menghancurkan perusahaan hanya dengan menggunakan jari.
Pelayan datang dengan membawa minuman, Marcel pun mempersilahkan mereka untuk minum terlebih dahulu. Baru setelah itu mereka akan melanjutkan perbincangan mereka.
Marcel tidak menyangka jika akan bertemu dengan salah satu anggota keluarga Henderson. Selama ini ia hanya mendengar desas-desus tentang keluarga itu.
Walaupun cuma desas-desus, namun Marcel sangat mengagumi keluarga tersebut.
Kayden memberikan berkas yang sudah ditandatangani oleh Harry, kemudian Kayden memberikan flashdisk semua bukti tentang rencana jahat Harry dan Eva.
"Dengan begini akan sangat mudah untuk menuntut mereka di pengadilan," ucap Marcel.
"Kami percayakan semuanya pada Paman, jangan kecewakan usaha kami, Paman," ucap Dylan.
Marcel tersenyum, ia tau Dylan masih belum sepenuhnya mempercayai orang. Karena penghianatan yang ia alami cukup membekas di dirinya.
"Percayakan ke Paman, besok kita akan lihat mereka digiring ke kantor polisi," ujar Marcel.
Kayden tidak bisa bodoh, sebelum ia memberikan bukti tersebut, Kayden sudah lebih dulu menyalin data-data yang ada di flashdisk tersebut.
Hanya sekedar berjaga-jaga untuk kemungkinan yang terjadi. Bukan karena tidak percaya, hanya saja mereka tidak akan tahu apa yang terjadi kedepannya?
"Kalau begitu kami pamit dulu, Paman. Besok kami datang lagi. Oya, surat pengalihan aset saya bawa," ucap Dylan.
"Ya, berhati-hatilah, semoga kamu bisa mengambil kembali harta kakek mu yang mereka rebut," pesan Marcel.
Merekapun pamit, Marcel hanya mengantar mereka sampai pintu depan.
"Apa rencana kita selanjutnya?" tanya Dylan. Saat ini mereka sudah dalam perjalanan menuju apartemen.
"Kita lihat saja besok, aku yakin Paman Marcel akan bertindak cepat," jawab Kayden.
Kayvira sejak tadi hanya menyimak saja, tapi jangan salah, diamnya Kayvira bisa menghanyutkan. Terlihat tenang tapi sebenarnya ia menyimpan apa yang mereka bicarakan tadi di otaknya. Jadi saat ada perlu untuk dia bicara, barulah ia akan bicara.
Sementara Marcel, setelah kepergian Kayden, Dylan dan Kayvira. Ia langsung masuk ke ruang kerjanya. Ia ingin melihat bukti tersebut.
Marcel menyambungkan flashdisk tersebut ke laptop miliknya. Marcel menggeram karena bukan cuma Dylan yang ingin mereka lenyapkan. Namun dalang dibalik kematian ibunya Dylan juga adalah mereka.
"Aku yakin dengan bukti ini akan membuat mereka dihukum seumur hidup," gumam Marcel.
Setelah merasa cukup, Marcel menyalin rekaman tersebut, dari rekaman suara percakapan mereka. Hingga video tentang pembunuhan berencana.
"Kali ini aku tidak akan memberi kalian ampun, sudah cukup kalian menikmati harta yang kalian rampas," batin Marcel.
Setelah selesai menyalin semuanya, Marcel pun keluar untuk pergi ke kantor polisi. Ia akan melapor serta menyerahkan bukti tersebut.
Marcel pun mengendarai mobilnya dengan kecepatan sedang, ia juga harus menjaga keselamatan dirinya. Marcel akan melapor lebih dulu agar Harry dan Eva segera di tangkap.
..
jgn lama ya?