Laura Agatha 20 tahun merupakan gadis yatim piatu yang di tinggal di sebuah kota metropolitan. Ia mengabdi kepada satu keluarga terkaya di kota tersebut sudah hampir 5 tahun lamanya.
Majikannya seorang blasteran Indo Belanda yang berdomisili sejak tahun 90 an. Awalnya ia hanya ia hanya menjadi baby sitter cucu majikannya yang sudah renta itu.
"Laura, kau sudah siap nak?" ucap nyonya Laurent kepada Laura.
Laura hanya menatap wanita tua itu, matanya berkaca-kaca. Ia ingin menolak pernikahan ini. Ya! Laura terpaksa menikahi anak majikannya itu. Yang tak lain dan tak bukan ayah dari anak yang selama ini di asuhnya.
"Kemari lah, penghulu sudah tiba. Kau akan segera melangsungkan izab kabul" sambung nyonya Laurent.
Laura bangkit dan mendekati wanita tua itu, ia berjalan beriringan dengan wanita itu. Laura melihat ke kanan dan ke kiri, di sana hanya terdapat beberapa kerabat yang hadir menyaksikan acara sakral tersebut.
Laura di persilahkan duduk di samping anak majikannya itu.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Irh Djuanda, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
11
Seorang pria berdiri di sebuah balkon di salah satu hotel di kota yang sama. Dia adalah Adrian. Pikiran berkecamuk. Ia memikirkan gadis yang baru ia kenal. Ia sadar kehadiran pasti akan membuat kemalangan bagi gadis itu.
Benar saja, baru saja orang yang diperintah oleh nya mengabarkan jika gadis itu kini dirawat di rumah sakit.
"Kau yakin, itu adalah nona Laura?" tanya Adrian.
"Benar tuan!"
Adrian berpikir akan mengunjungi Laura, namun ia tidak ingin membuat Laura semakin menderita.Akhirnya Adrian memutuskan untuk menemui Damian di kantor tetapi asisten nya mengatakan bahwa Damian tidak masuk hari ini. Adrian tahu pasti Damian sedang menunggu Laura di rumah sakit.
Adrian mengambil ponsel dari saku celananya, ia mencoba menghubungi Damian.
"Halo tuan Damian! Bisa kita bicara sebentar?" ucap Adrian begitu teleponnya di angkat.
Adrian memasukan ponselnya kembali ke dalam saku setelah berbicara kepada Damian.
Adrian bergegas ketika Damian mengajaknya bertemu di sebuah kafe dekat Laura di rawat. Adrian memacu mobilnya tergesa-gesa. Ia ingin memastikan keadaan Laura gadis yang telah mengusik tidur nya belakangan ini.
Tak berapa lama Adrian tiba di sebuah kafe yang di maksud. Adrian memarkir mobilnya.
"Selamat siang tuan Damian!" ucapnya begitu ia melihat Damian telah menunggu kedatangan nya di sana.
"Tak perlu basa-basi! Apa yang kau inginkan?" sahut Damian ia tampak kesal melihat pria yang berada di hadapannya saat ini.
Adrian tersenyum simpul, ia tahu apa yang membuat Damian bersikap seperti itu. "Apakah nona Laura baik-baik saja?"
Mendengar pertanyaan itu, Damian menatap tajam ke arah Adrian. "Kau tak pantas mengetahui keadaan istriku!" ketus nya.
Adrian tertawa sumbang. " Istri?Bukankah kau mengatakan akan menceraikan nona Laura?"
"Tutup mulutmu!" pekiknya seraya berdiri dan menarik kerah baju Adrian.
Adrian mencengkram tangan Damian dengan keras lalu melepaskan dari kerahnya. "Kau sungguh munafik! Kau sendiri yang mengatakan padaku. Apakah kau baru menyadari keistimewaan istrimu?"
Damian terdiam ia tak mampu membalas ucapan Adrian. Karena semua yang dikatakan pria itu adalah benar.
"Kenapa kau diam?" sambung Adrian.
Damian menatap tajam pria itu. "Jika kau berani menemuinya lagi aku tak segan untuk membuat Laura semakin menderita!" sahutnya selepas itu ia melangkah hendak meninggalkan pria itu.
"Tunggu!"
Damian berhenti sejenak tanpa membalikan tubuhnya.
"Jika kau melukainya, ku pastikan aku akan membawanya bersamaku. Dan ku pastikan Laura akan menjadi milikku!" tegas Adrian.
Mendengar hal itu Damian sontak membalikan tubuhnya dan memukul pria itu tepat di wajahnya.
Bugh
Adrian tak tinggal diam ia kembali membalas pukulan itu.
"Brengsek!" pekik Adrian.
Adrian meninggalkan Damian yang masih mematung. Darah segar mengalir dari sudut bibirnya. Adrian masuk ke dalam mobilnya.
"Shit!"ucapnya sambil memukul setir kemudi nya.
Sementara Damian kembali duduk di sana. Ia merasa begitu bodoh.
" Aku tak akan membiarkan itu terjadi!"gumamnya lalu ia bangkit dan kembali ke kamar rawat inap Laura.
Damian menyeka sudut bibir nya yang berdarah itu akibat pukulan yang diberikan Adrian.
Kriet
Ia masuk ke ruang itu, Laura menatap siapa yang membuka pintu kamarnya.Laura langsung memalingkan wajahnya begitu ia tahu siapa yang berdiri di sana.
Damian menatap nya, ia langsung mendekati Laura. "Kau sudah sadar?" ucapnya begitu melihat Laura duduk di kasurnya.
"Maafkan saya sudah merepotkan anda" ucap Laura tanpa melirik suami nya itu.
Damian memaklumi sikap istrinya itu. "Kau sudah makan?" ucapnya.
Laura tak menjawab pertanyaan itu. Ia hanya memainkan jarinya saja.
Damian melangkah menuju sofa. Ia menghela nafas panjang. Helaan itu terdengar sampai ke telinga Laura. Drngan berat hati Laura menatap wajah lesu suaminya itu. sehingga ia melihat ada luka di sudut bibir suaminya itu.
Laura ingin bertanya apa yang terjadi dengannya. Namun ia masih takut jika Damian berlaku buruk padanya lagi.
Begitu jg sbalik'y