Vherolla yang akrab disapa Vhe, adalah seorang wanita setia yang selalu berusaha memberikan yang terbaik untuk kekasihnya, Romi. Meski Romi dalam keadaan sulit tanpa pekerjaan, Vherolla tidak pernah mengeluh dan terus mencukupi kebutuhannya. Namun, pengorbanan Vherolla tidak berbuah manis. Romi justru diam-diam menggoda wanita-wanita lain melalui berbagai aplikasi media sosial.
Dalam menghadapi pengkhianatan ini, Vherolla sering mendapatkan dukungan dari Runi, adik Romi yang selalu berusaha menenangkan hatinya ketika kakaknya bersikap semena-mena. Sementara itu, Yasmin, sahabat akrab Vherolla, selalu siap mendengarkan curahan hati dan menjaga rahasianya. Ketika Vherolla mulai menyadari bahwa cintanya tidak dihargai, ia harus berjuang untuk menemukan jalan keluar dari hubungan yang menyakitkan ini.
warning : Dilarang plagiat karena inti cerita ini mengandung kisah pribadi author
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Jhulie, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Luluh Lagi
Romi duduk bersebelahan dengan Vherolla di atas ranjang, tangannya masih merangkul bahu Vherolla dengan lembut. Setelah keheningan sesaat, Romi menghela napas dan menatap Vherolla dengan serius.
"Vhe, aku minta kamu nggak perlu terlalu mikirin masa lalu aku," kata Romi sambil menggenggam tangan Vherolla erat. "Semua itu sudah lewat. Aku mungkin pernah jadi orang yang brengsek, tapi sejak ketemu kamu, aku berjanji sama diri sendiri untuk berubah."
Vherolla menatap Romi, mencoba mencari kejujuran di matanya. "Tapi Rom... kenapa kamu sering masih bercanda dan dekat dengan perempuan lain? Apa aku ini nggak cukup buat kamu?"
Romi mengelus lembut tangan Vherolla. "Itu cuma buat hiburan, Vhe. Nggak ada maksud lain. Keadaan aku sekarang susah, aku stres karena nggak punya kerjaan. Kadang butuh sesuatu buat mengalihkan pikiran."
Vherolla mengangguk pelan, tetapi keraguan masih tersisa di matanya. "Tapi tetap aja... rasanya nggak adil buat aku."
Romi mengeratkan genggamannya. "Aku ngerti, dan aku bakal berusaha buat nggak kayak gitu lagi. Kamu harus percaya sama aku, Vhe. Aku nggak main-main sama kamu. Kamu itu beda dari cewek-cewek lain yang pernah aku temui. Kamu punya sesuatu yang istimewa, yang bikin aku nyaman dan nggak pengin ke mana-mana lagi."
Vherolla tersenyum kecil, hatinya mulai luluh mendengar kata-kata Romi. "Benar, Rom? Beneran aku istimewa buat kamu?"
Romi tersenyum dan mengangguk yakin. "Iya, kamu itu pelabuhan terakhir buat aku. Nggak ada lagi cewek lain yang bisa bikin aku ngerasa tenang kayak kamu. Itu sebabnya, aku kadang suka mengatur-ngatur kamu. Aku cuma nggak mau kehilangan kamu."
Vherolla merasakan kehangatan di dadanya. "Aku cuma pengin kamu jadi milikku sepenuhnya, Rom. Aku cuma pengin hubungan kita tanpa ada yang lain-lain lagi."
Romi mendekat, menatap Vherolla dalam. "Aku udah janji sama diri sendiri buat berubah, Vhe. Kamu satu-satunya cewek yang bikin aku kayak gini. Kamu... rumah terakhir aku."
Vherolla tersipu, dan tak bisa lagi menahan senyum bahagianya. "Kalau gitu... aku akan berusaha buat lebih percaya sama kamu, Rom. Aku cinta sama kamu."
Romi tersenyum lebar, lalu menunduk dan mengecup lembut kening Vherolla. "Terima kasih, sayang. Aku juga cinta kamu."
Mereka pun berciuman dengan hangat, dan dalam keheningan itu, Vherolla merasakan semua beban dan kekhawatirannya perlahan menghilang. Bagi Vherolla, ciuman Romi seolah mengukuhkan bahwa dia adalah satu-satunya bagi Romi, pelabuhan terakhir yang diharapkan Romi. Di tengah kehangatan itu, mereka berdua saling memeluk erat, seolah tak ingin ada yang memisahkan.
"Aku janji, Vhe," kata Romi lembut di antara ciumannya. "Aku nggak akan sakitin kamu lagi."
Vherolla mengangguk dengan mata yang mulai berkaca-kaca. "Dan aku juga bakal selalu ada buat kamu, Rom."
Romi menarik Vherolla semakin dekat, membiarkan keheningan yang penuh cinta memenuhi ruang di antara mereka.
Setelah perbincangan hangat di kamar kos, Romi mengajak Vherolla keluar lagi untuk melanjutkan kencan mereka. Meski sudah agak sore, mereka memutuskan untuk mencari tempat makan.
"Vhe, aku tahu tempat makan yang enak dan romantis. Yuk, aku traktir kamu!" kata Romi dengan penuh semangat.
Vherolla tertawa kecil. "Wah, tumben kamu royal banget. Emangnya dapet uang dari mana?"
Romi tertawa sambil melirik Vherolla nakal. "Ada deh, yang penting kamu senang dulu."
Mereka tiba di restoran yang memang terbilang cukup mewah, dan Vherolla terkejut. "Romi, serius kita makan di sini? Nggak murah, lho."
Romi hanya mengangguk dengan percaya diri. "Tenang aja, aku cuma mau kamu bahagia."
Mereka memilih tempat duduk di sudut yang nyaman dan memesan beberapa hidangan favorit. Sambil menunggu makanan, mereka bercanda dan tertawa, sesekali membahas hal-hal kecil yang membuat mereka semakin dekat.
"Eh, Vhe, inget nggak waktu pertama kali kita ketemu? Kamu itu nggak nyangka banget kalau aku bakal naksir kamu, ya?" goda Romi.
Vherolla tersenyum malu-malu. "Ya iyalah, kamu kan waktu itu keliatan sombong banget. Sumpah, aku pikir kamu tuh tipe cowok yang sok."
Romi pura-pura memasang muka tersinggung. "Wah, berarti aku berhasil dong bikin kamu penasaran."
Vherolla mencubit lengan Romi sambil tertawa. "Iya deh, iya. Kamu emang bisa bikin orang jatuh cinta."
Mereka tertawa bersama. Romi menatap Vherolla dengan pandangan penuh cinta, lalu menggenggam tangannya di atas meja. "Vhe, aku serius. Kamu satu-satunya orang yang bikin aku pengin berubah."
Vherolla tersenyum kecil, hatinya merasa hangat mendengar kalimat itu. "Makasih, Rom. Aku senang bisa berarti buat kamu."
Tak lama kemudian, makanan mereka datang, dan obrolan ringan terus mengalir di antara suapan demi suapan. Setelah makan, Romi mengajak Vherolla berjalan-jalan di sekitar pusat perbelanjaan dekat restoran.
Mereka memasuki sebuah toko pakaian, dan Romi tiba-tiba berhenti di depan sebuah gaun yang terpajang.
"Vhe, coba deh pakai baju ini. Aku yakin kamu bakal kelihatan cantik banget."
Vherolla menggeleng sambil tersipu. "Aduh, Rom, nggak usah lah. Aku kan nggak ada uang buat beli."
Romi tersenyum, mengambil gaun itu dari gantungan, lalu menaruhnya di tangan Vherolla. "Tenang aja, ini aku yang beliin. Kamu nggak usah khawatir."
Vherolla tampak terkejut. "Seriusan, Rom? Kamu pasti bercanda."
Romi mengangguk. "Beneran, aku mau kamu pakai baju ini. Biar kamu kelihatan tambah cantik."
Meski ragu, Vherolla akhirnya mencoba gaun itu. Ketika keluar dari ruang ganti, Romi tampak terpukau.
"Wah, kamu keliatan kayak bidadari, Vhe," kata Romi dengan kagum.
Vherolla tersenyum malu-malu. "Kamu ini ada-ada aja, Rom."
Tanpa pikir panjang, Romi membawa gaun itu ke kasir dan membayarnya. Vherolla masih tampak tak percaya dan terus mengucapkan terima kasih.
"Rom, aku nggak nyangka kamu sampai segininya buat aku. Padahal, aku tahu kamu lagi susah cari uang."
Romi hanya tersenyum dan menggenggam tangan Vherolla dengan hangat. "Buat aku, kebahagiaan kamu itu prioritas. Aku rela berkorban kalau itu bisa bikin kamu senang."
Mereka berjalan berdua, dan Vherolla merasa sangat tersentuh. Dia tak tahu bahwa di balik perhatian Romi, ada usaha besar yang Romi lakukan demi membahagiakannya.
Tak lama kemudian, di saat yang tenang itu, Vherolla bertanya, "Jujur ya, Rom, kamu kok bisa tiba-tiba punya uang buat ini semua? Bukannya kamu lagi nganggur?"
Romi terdiam sejenak sebelum akhirnya mengakui dengan jujur. "Sebenernya, aku pinjem uang sama temen buat hari ini. Aku cuma nggak mau kamu ngerasa nggak diperhatiin. Aku tahu, aku mungkin belum punya apa-apa buat banggain kamu, tapi setidaknya aku bisa bikin kamu tersenyum hari ini."
Vherolla langsung memeluk Romi dengan erat, air matanya hampir menetes karena terharu. "Kamu itu... bikin aku nggak bisa lepas dari kamu, Rom. Aku nggak butuh kamu jadi orang kaya atau apapun. Aku cuma butuh kamu yang selalu ada buat aku."
Romi tersenyum sambil membelai kepala Vherolla. "Makasih, Vhe. Kamu nggak tahu seberapa besar artinya kamu buat aku."
Dalam perjalanan pulang, mereka masih bercanda dan tertawa. Vherolla merasa bahagia tak terkira. Meskipun banyak rintangan dan masalah yang sering menghampiri hubungan mereka, dia merasa bahwa cinta Romi adalah yang paling tulus dan dalam. Mereka tak peduli dengan apa pun, hanya fokus pada kebersamaan dan cinta yang mereka bagi.