#TURUN RANJANG
Tiga tahun pasca sang istri meregang nyawa saat melahirkan putranya, Zeshan tetap betah menduda dan membulatkan tekad untuk merawat Nadeo sendirian tanpa berpikir sedikitpun untuk menikah lagi.
Namun, hal itu seketika berubah setelah Mommy-nya datang dan berusaha meluluhkan hati Zeshan yang telah berubah sebegitu dinginnya. Berdalih demi Nadeo, Amara menjanjikan akan mencarikan wanita yang pantas untuk menjadi istri sekaligus ibu sambung Nadeo.
Zeshan yang memang terlalu sibuk dan tidak punya kandidat calon istri pasrah dan iya-iya saja dengan siapapun pilihan Mommy-nya. Tanpa terduga, Mommy Amara ternyata merekrut Devanka, adik ipar Zeshan yang mengaku sudah bosan sekolah itu sebagai calon menantunya.
*****
"Ingat, kita menikah hanya demi Nadeo ... jangan berharap lebih karena aku alergi bocah bau ingus." -Zeshan Abraham
"Sama, aku juga alergi om-om bau tanah sebenarnya." - Devanka Ailenatsia
ΩΩΩΩΩΩΩΩΩ
PLAGIAT/MALING = MASUK NERAKA.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Desy Puspita, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
BAB 21 - Aku Percaya
Satu hal yang Zeshan perlu ketahui tentang istrinya, Devanka tidak pernah bercanda. Jika dia sudah bertekad, maka tidak ada yang bisa mengurungkan niatnya, seperti malam ini contohnya. Berawal dari ucapan Zeshan yang meminta pembuktian, Devanka menyerahkan diri seutuhnya untuk Zeshan miliki.
Tak hanya karena itu, akan tetapi candaan Zeshan yang meragukan kesuciannya membuat Devanka menggila. Tanpa berpikir sayang atau lainnya, dia benar-benar menuntut Zeshan untuk bercinta.
Dianggap kaku dan cupu juga tidak peduli, Devanka memulainya lagi. Tanpa tahu jika dia masuk perangkap Zeshan yang tengah mempermainkan emosinya. Devanka tersulut asmara, IQ-ku memang di bawah rata-rata jadi jelas saja tidak bisa menerka taktik yang Zeshan lakukan untuk menaklukannya.
Zeshan yang awalnya bercanda jelas terbuai manakala sang istri menyerahkan diri seutuhnya. Bagaimana tidak? Tiga tahun sudah dia tidak pernah menjamah seorang wanita, tubuh Devanka adalah wanita pertama yang dia peluk pasca kepergian sang istri.
Bagian atas keduanya sudah tak berbalut sehelai benang pun, ciuman yang tadi Devanka mulai kini semakin memanas dengan Zeshan yang mendominasi. Beberapa kali kesulitan mengambil napas, perlahan Devanka mulai menyesuaikan dan mengikuti petunjuk Zeshan.
Masih dengan tangan yang mengalung di leher sang suami, Napas Devanka terengah-engah kala Zeshan melepas pagutannya. Jantungnya berdegub tak karu-karuan, dia sampai tidak sadar jika sudah bertindak sejauh ini.
Tubuh Devanka seolah panas dan mendadak suka akan sentuhan tangan Zeshan yang terus menjamahnya. Semakin lancang, sangat lancang, tapi tidak terkesan memaksa hingga wanita itu membusungkan dadanya tatkala tangan Zeshan kembali bermain di atas sana.
Melihat Devanka yang pasrah seolah memberikan lampu hijau terhadapnya, Zeshan gelap mata. Pemandangan semacam ini bukan pertama kali ditangkap oleh matanya, tapi yang kemarin tidak sempat dirasa.
Sesuai dugaan, tubuh Devanka yang terlihat biasa saja ketika dia berpakaian karena selalu longgar itu amatlah seksi ketika dijamah. Tak pernah sedikitpun Zeshan lewatkan, setiap inci tubuhnya benar-benar membuat jiwanya sebagai lelaki goyah.
"Kak ...." Suaranya sudah terdengar berbeda, Devanka menatap sendu wajah Zeshan.
Seperti ada yang ingin dia katakan, tapi tercekat demi menahan dessahan. Dia tidak leluasa, terlihat sekali jika membatasi diri bahkan ketika Zeshan menelusupkan tangannya demi menyentuh titik sensitif Devanka di bawah sana, Devanka sampai menggigit bibir.
"Lepaskan, jangan ditahan," bisik Zeshan mempersilahkan andai Devanka hendak menjerit dan mengutarakan perasaannya.
Menit pertama Devanka masih kekeuh dengan pendiriannya, dia berusaha menahan bahkan sengaja menggigit telapak tangan agar tidak bersuara. Namun, semua itu berubah kala Zeshan benar-benar membuat Devanka merasakan gelenyar aneh Zeshan ciptakan dan sama sekali belum pernah dia rasakan.
Devanka tak kuasa untuk tidak bersuara, dia berisik dan memekik sembari mencengkram tengkuk leher sang suami kala merasakan sesuatu meledak dari dalam dirinya.
Napasnya terengah-engah, Zeshan memberikannya kesempatan untuk bernapas hingga kemudian wanita itu kembali melayangkan tatapan tak terbaca ke arah Zeshan.
"Kak Zeshan," panggilnya begitu pelan.
"Hem? Apa, Sayang?"
"Aku benar-benar siap, lakukan sekarang," pintanya kemudian hingga Zeshan mengullum senyum.
"Yakin siap? Kalau pertama kali biasanya sakit, Deva."
Tak peduli ucapan Zeshan, dia mengangguk karena tekadnya untuk memberi pembuktian sudah sangat bulat. Agaknya memang sudah sangat bersedia, mungkin juga karena terbawa suasana hingga ketakutan itu tak lagi ada.
Hal itu terbukti tatkala dirinya justru tergerak sendiri untuk menurunkan celana yang kemudian Zeshan tahan seketika. Sebuah tindakan tak terduga yang lagi-lagi membuat Devanka bingung apa maunya.
"Kenapa?" tanya Devanka mengerutkan dahi dengan suara yang terdengar lemas.
Tak hanya sampai di sana bingungnya Devanka, pria itu tiba-tiba menarik selimut hingga menutupi dada sang istri kemudian bangkit dari atas tempat tidur.
Memunguti piyama yang tadi Devanka lempar sembarang arah ala-ala pengantin brutal padahal minim pengalaman itu kemudian memakainya lagi.
"Kak Zeshan!!" panggil Devanka bangun dan melayangkan tatapan penuh tanya ke arah sang suami.
Bagaimana tidak? Sudah dibuat basah bahkan diantarkan melambung ke awang-awang, lalu kemudian Zeshan justru berhenti di tengah jalan. Sebagai seorang istri, walau memang belum terlalu dewasa, hati Devanka tergores tentu saja. "Kenapa? Apa mungkin kak Talita terlalu sempurna sampai Kak Zeshan mengurungkan niatnya?"
.
.
To Be Continued -