Empat orang perempuan sebaya, bisa melihat makhluk tak kasat mata yang ada di sekitarnya. Walaupun mereka takut tapi itu tidak menghalangi mereka untuk membicarakan makhluk yang mereka lihat.
Sampai dimana, salah satu diantara mereka mengetahui suatu fakta yang membuatnya takut apa yang akan terjadi padanya.
Teman-temannya yang mengetahui hal itu tidak tinggal diam, mereka membantu untuk menyelesaikannya walaupun nyawa mereka taruhannya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon xzava, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 29
"Penjuru sekolah memiliki cctv, dia akan mengetahui setiap pergerakan kalian," ucap Faisal.
"Baiklah terima kasih, berarti kemarin yang mengikuti ku itu kamu?" sosok Faisal mengangguk.
"Tenang saja aku tidak tidur di kamarmu, aku hanya mampir, aku pergi dulu bye." ucapnya langsung pergi menembus tembok.
"Bulan," panggil kak Heru sambil mengetok pintu kamarnya.
"Kenapa kak?" tanya Bulan.
"Bicara sama siapa kamu?"
"Aku abis nelpon sama temen kak," ucapnya berbohong karena tidak mau membuat kakak sepupunya itu takut.
"Keluar, Raffi udah mau balik," Bulan bergegas keluar untuk mengantar kak Raffi.
Sepulangnya kak Raffi, Bulan kembali masuk ke kamarnya untuk istirahat, saat itu ia tertidur.
Dalam tidurnya ia bermimpi sedang berada di sekolah seorang diri, ia keluar dari kelasnya dan melihat sekeliling dan tidak melihat siapapun.
Bulan kembali masuk ke dalam kelasnya untuk melihat jam ternyata menunjukkan jam 15.45, ia berjalan keluar kelas mencari seseorang tapi ia tidak melihat siapapun.
Ia merogoh kantongnya untuk mengambil ponselnya tapi ternyata tidak ada, ia merasa heran karena terakhir ia berada di kamarnya mengapa sekarang ia ada di sekolah.
Bulan kembali menyusuri kelas-kelas tapi nihil ia tidak melihat siapapun, bulan memutuskan untuk ke ruangan guru, apakah ada guru atau tidak.
Saat berlari ke ruangan guru, Bulan berhenti sejenak melihat ke arah gerbang sekolah tapi tidak melihat sosok kak Feni, ia kembali berlari kecil ke ruangan guru namun disana juga tidak ada siapapun.
Bulan melihat sekeliling, parkiran kosong tapi Bulan melihat mobil kepala sekolah yang baru datang.
Ia memutuskan untuk tetap berdiri di tempatnya dan melihat, apa yang akan di lakukan kepala sekolahnya. Tiba-tiba ia teringat jika kepala sekolah memiliki sosok pendamping, tapi saat kepala sekolah keluar ia tidak melihat siapa pun yang mengikutinya.
Sejujurnya Bulan sangat takut, jika sang kepala sekolah bisa melihatnya tapi ia akan mencobanya. Ia berjalan mendekati kepala sekolah dan mengajaknya berbicara berulang kali tapi tidak ada respon.
Bulan terus mengikuti langkah kepala sekolah, ia mencoba untuk memegang pundak sang kepsek tapi tidak bisa tersentuh.
Kepsek masuk ke dalam ruangannya, Bulan pun ikut masuk, tidak ada yang spesial hanya beberapa tumpukan buku dan kertas di atas meja sang kepsek.
Bulan mengelilingi ruangan kepala sekolahnya, melihat-lihat apa ada yang bisa ia cari tau, sampai ketika Bulan sedang melihat tumpukan map yang ada di samping meja ia melihat map berwarna hitam.
Ia penasaran dengan map hitam itu, tapi tidak bisa melihat apa isinya karena berada di bawah tumpukan map lainnya, ia berusaha memegangnya tapi tidak bisa.
Kepala sekolah beranjak dari duduknya setelah memeriksa beberapa dokumen, sang kepsek berjalan ke arah pintu lalu menguncinya serta menutup semua jendela dengan gorden.
Bulan yang melihat itu kalang kabut karena takut jika sebenarnya sang kepsek bisa melihatnya, setelah mengunci pintu kepsek tersebut berjalan ke arah lemari yang ada di dekat Bulan berdiri, seketika seluruh tubuhnya merinding.
Bulan benar-benar berpikir bahwa sang kepsek bisa melihatnya, tapi ternyata kepseknya membuka lemari yang dalamnya terdapat pintu, Bulan mendekat di belakang tubuh sang kepsek.
Ia mengikuti langkah kepala sekolahnya itu, ternyata di bawah kantor ada ruangan rahasia yang mungkin saja ada dokumen penting yang ada disini begitulah pikir Bulan.
Namun saat hampir sampai ia mencium bau anyir darah yang sangat menyengat, ia langsung menutup hidungnya dan semakin tetap mengikuti langkah kepala sekolahnya itu.
Sesampainya di bawah, ia melihat lantai dan dinding penuh dengan bercak merah bahkan lantainya masih ada genangan darahnya.
Sang kepsek berjalan ke ruangan ujung dan membukanya, Bulan buru-buru mendekatinya ia kaget saat melihat ke dalam ruangan itu.
Ia melihat ada seseorang yang tergeletak di dalam, mungkin sudah mati itu yang Bulan pikirkan saat melihat darah yang sudah mengering di sekitar tubuh perempuan itu.
Mata Bulan seketika terbelalak, saat mengingat perempuan berkebaya hitam dan selendang merah yang ia lihat di depan ruangan tari, jangan-jangan ini orang yang sama pikirnya.
Tapi ia pun sedikit ragu karena ia tidak melihat wajah perempuan itu, sang kepsek berjongkok di depan perempuan itu, tidak mengatakan apapun ia hanya menatapnya.
Sang kepsek berdiri lalu menarik kaki siswa itu keluar ruangan, ia membawanya ke ruangan lain Bulan yang ingin mengikuti terhenti saat mendengar suara di telinganya yang menyuruhnya kembali.
Awalnya Bulan tidak menghiraukan suara itu, tapi setelah berhasil mengikuti kepsek masuk ke semua ruangan yang sangat besar ia melihat beberapa gurunya duduk disana menghadap sebuah patung besar, namun Bulan tidak tau itu patung apa.
Saat ingin melangkah lebih dekat, suara itu kembali lagi bahkan dengan suara yang lantang menyuruh Bulan untuk kembali.
Bulan yang kaget pun hanya mematung di tempat, lalu perlahan ia berjalan mundur, tiba-tiba Bulan mendengar seseorang berkata bahwa ada yang mengikuti sang kepala sekolah.
Semua orang menoleh tapi sepertinya mereka tidak melihat Bulan, ia yang semakin takut langsung berlari keluar dari sana, ia sayup-sayup mendengar suara orang yang berlari seakan akan mengejar Bulan.
Saat menaiki tangga untuk kembali ke ruangan kepsek, ia tersandung dan mengakibatkan lututnya terasa sakit, saat berhasil keluar dari sana justru Bulan terbangun dari tidurnya.
Badannya berkeringat seperti orang yang habis berlari, bahkan nafasnya pun terasa berat.
Ia mencerna apa yang baru saja ia lihat, apa ini sebuah mimpi tapi kenapa sangat terasa nyata pikir Bulan.
Ia melihat jam di samping tempat tidurnya jam itu menunjukkan pukul 6.30 sore, Bulan mengatur nafasnya lalu memutuskan untuk mandi.
Saat mandi Bulan melihat lututnya yang memar, ia bingung kenapa lututnya bisa memar tapi tidak terasa sakit.
Setelah mandi dan sholat, Bulan keluar kamar mencari kakak sepupunya karena ia lapar.
"Kak Heru kemana sih, sekarang jam 7 harusnya udah balik dari masjid, masa ninggalin aku sendirian di rumah," ucapnya kesal.
Bel rumah berbunyi, Bulan terdiam seluruh badannya seketika merinding, ia segera langsung berlari ke kamarnya ia merasa ketakutan, mengingat kejadian yang pernah di alami di rumahnya dulu.
Kejadiannya sudah beberapa bulan lalu, tapi ia masih tetap merasa takut jika makhluk itu kembali lagi, walaupun kata ustadz makhluk itu sudah di tidak ada.
Ponsel Bulan bergetar membuatnya kaget, ia mengambil ponselnya dan melihat siapa yang menelpon ternyata itu kak Heru.
Kak Heru abis ke rumah temannya mengambil buku yang dipinjamkan ke temannya, tapi saat ingin masuk ternyata gerbang rumahnya terkunci dan ia tidak bisa membukanya dari luar.
"Kakak pergi kenapa gak bangunin aku?" tanya Bulan saat membuka pagar.
"Kakak udah bangunin tapi tidurmu nyenyak banget tadi," ucapnya.
"Kak lain kali jangan bunyikan bel kalau aku sendirian di rumah kak," ucap Bulan, kak Heru mengangguk mengiyakan perkataan Bulan dan meminta maaf karena meninggalkannya sendirian.