NovelToon NovelToon
Lonceng Cinta

Lonceng Cinta

Status: tamat
Genre:Tamat / CEO / Nikah Kontrak / Cinta Seiring Waktu / Angst / Romansa / Slice of Life
Popularitas:6.7k
Nilai: 5
Nama Author: Mbak Ainun

Alya harus menjalani kehidupan yang penuh dengan luka . Jatuh Bangun menjalani kehidupan rumah tangga, dengan Zain sang suami yang sangat berbeda dengan dirinya. Mampukah Alya untuk berdiri tegak di dalam pernikahan yang rumit dan penuh luka itu? Atau apakah ia bisa membuat Zain jatuh hati padanya?

Penasaran dengan cerita nya yuk langsung aja kita baca....

yuk ramaikan....

Update setiap hari....

Sebelum lanjut membaca jangan lupa follow, subscribe, like, gife, vote and komen ya...

Buat yang sudah baca lanjut terus , jangan nunggu tamat dulu baru lanjut. Dan buat yang belum ayo buruan segera merapat dan langsung aja ke cerita nya, bacanya yang beruntun ya, jangan loncat atau skip bab....

Selamat membaca....

Semoga suka dengan cerita nya....

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Mbak Ainun, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 18

"Besok malam, kalau Tuan muda dan Nyonya muda tak ada kegiatan. Bisa ikut bersamaku," tawar Adam tanpa ekspresi wajah gugup.

"Sayang sekali, Pak. Kami besok akan jalan-jalan, kemungkinan gak bisa ikutan," tolak Zain cepat.

Adam mungut-mungut pertanda mengerti, ia tersenyum.

"Oh iya, aku berharap ada kabar baik dari Tuan muda dan Nyonya muda, secepat."

"Kabar apa, yang Pak Adam maksud?" tanya Alya menyela.

Adam membawa netra hitamnya ke arah Alya, gadis itu tertunduk.

"Kabar kehamilan Nyonya muda. Dengan kabar kehamilan Nyonya muda, kecurigaan atas pernikahan ini bisa berakhir. Dan syarat terakhir terpenuhi."

"APA?" Zain berteriak nyaring.

Membuat orang-orang di sana terkejut, Adam melirik aneh ke arah Zain.

"Apakah ada yang salah? Orang yang menikah pasti menginginkan anak. Apakah Tuan muda tidak menginginkan anak, tujuan bulan madu kali ini pun adalah itu," balas Getar membuat Alya maupun Zain terngaga.

Ingin rasanya Zain tergelak keras, mendengarnya. Kenapa syaratnya semakin hari semakin bertambah, sebenarnya ada berapa poin syarat di sana? Sampai Zain harus disusahkan seperti ini.

***

Alya mengikuti langkah kaki Zain yang terlalu cepat, meninggalkan dirinya. Besar kemungkinannya sang suami tengah marah, akan tetapi tidak bisa melampiaskan pada pengacara sang kakek. Hal hasil ia harus memendam amarahnya, langkah kakinya berhenti.

"Ah, sialan!" Zain memaki keras di parkiran.

Kedua tangannya berkacak pinggang, menengadah ke langit malam. Bahkan urat nadinya mencuat, Alya menghela napas kasar. Menatap punggung belakang sang suami, Zain membalikkan tubuhnya. Menatap nyalang ke arah Alya, gadis itu hanya diam.

"Sebenarnya pernikahan ini untuk apa? Aku tidak tahu sampai detik ini. Harus terjebak dengan kau, wanita yang sama sekali bukan orang yang aku cintai," ujar Zain membuat hati Alya berdenyut nyeri.

Alya melangkah mendekati Zain, memberanikan dirinya untuk mempersempit jarak di antara mereka. Berdiri di depan Zain, pria ini frustrasi dengan keadaan.

"Coba tanyakan pada hatimu, Mas. Pernikahan ini, sebenarnya apa di matamu. Bukan padaku, karena definisi pernikahan menurutku dan Mas Zain, berbeda dengan diriku," jawab Alya terdengar tenang.

Zain mengatup perlahan kelompok matanya, lalu kembali membukanya.

"Apa pernikahan menurutmu?"

"Kalau Mas tanya aku, maka definisi pernikahan menurutku. Bukan tentang aku harus menikahi lelaki yang aku cintai. Hidup bersama orang yang aku cintai. Menikah bagiku adalah penyempurnaan ibadah terpanjang, menjadi sosok partner hidup. Kerja sama yang baik, dan mencintai siapa pun yang aku nikahi adalah kewajiban. Meskipun kalau lelaki yang ditakdirkan padaku, bukanlah Mas Zain. Aku akan berusaha mencintai dia, memberikan seluruh baktiku padanya. Menikah dengan orang yang kita cintai memanglah indah, namun mencintai orang yang kita nikahi adalah kewajiban," jawab Alya dengan tenang dan lugas.

"Lantas, kau saat ini sudah mencintai, aku?" tanya Zain untuk kedua kalinya.

Alya tercekat, menatap lambat indahnya netra hitam itu disinari pencahayaan lampu parkiran. Pertanyaan yang terasa aneh di pendengaran Alya, apakah ia sudah mencintai Zain.

Jawabannya sudah sangat jelas, hatinya jatuh pada pria ini. Pada orang yang halal untuk ia rindukan, meskipun bagi lelaki di depannya ini masih sulit untuk mereka bersama.

"Bagaimana menurut, Mas Zain? Apakah aku sudah mencintai, Mas?" tanya balik Alya pada lelaki iti.

Zain menatap lurus ke depan, pupil mata Alya yang membesar kala melihat bayangan dirinya. Lantas apakah Zain harus menjawab dengan jujur? Kalau ia melihat bagaimana cara Alya menatapnya.

Gadis ini besar dan tubuh dengan lingkungan yang baik, pemikiran yang cerdas. Andaikan keluarga Alya berasal dari keluarga kaya, Zain dapat melihat bagaimana hebatnya Alya. Gadis ini pasti bisa berada di puncak karir tertinggi, karena kecerdasannya.

Bahkan cara ia menjawab dan cara ia mengontrol emosi, Zain tidak memiliki rasa pada Alya. Dan tidak akan pernah membalas bagaimana perasaan gadis ini padanya, Zain jelas tahu itu.

"Ah, sudahlah. Ayo, kita kembali ke hotel ," pungkas Zain malah mundur.

Ia lebih dahulu membuka pintu mobil, Alya mendesah berat. Mau tak mau pembicaraan serius keduanya berakhir, Alya memutari mobil sewaan itu. Masuk dari samping kursi, deru mesin mobil menyala. Mobil yang dikendarai oleh Zain, keluar dari area parkiran. Adam menyaksikan dari awal sampai akhir, pria itu menghela napas kasar.

"Alya adalah perempuan yang tepat untuk Tuan muda Zain, pembawaannya yang tak mudah terbawa emosi. Lembut tutur katanya, dan ketegasannya. Aku merasa kakek tidak salah memilihnya, semoga mereka bisa kekal sampai tua," monolog Adam mendoakan keduanya.

Melihat bagaimana kepribadian Alya, tindak-tanduknya. Adam percaya dengan Alya, gadis itu mampu membawa Zain jauh lebih baik lagi.

***

"Apa ini, Mas?" Alya menengadah menatap ke arah Zain dan kartu ATM yang ia berikan.

"Pergilah jalan-jalan ke luar, ambil beberapa foto untuk Papa. Agar Papa tidak curiga," ujar Zain melangkah menuju ke arah sofa yang ada di ruangan tengah.

Sang suami meraih laptop yang terbuka, meletakkan di atas pangkuannya. Meraih kaca mata anti radiasi, membingkai hidung bangirnya. Alya melirik sang suami yang tampak serius menatap laporan yang dikirim via email. Kalau diperhatikan dengan saksama, sang suami tidak pernah lepas dari kerja dan kerja.

Suara azan Dzuhur berkumandang melalui ponsel, Alya meraih ponselnya. Mendapatkan sorotan mata tajam oleh Zain, Alya mengecilkan suara azan. Diam sejenak mendengar sampai suara panggilan untuk salat selesai, ia menoleh ke arah Zain.

"Mas," panggil Alya.

Zain menoleh ke arah si pemanggil, dengan sebelah alis mata tebal itu ditarik tinggi ke atas.

"Apa?"

"Salat," ujar Alya pelan.

"Cuma 4 rakaat saja, gak akan lama kok. Pekerjaan Mas Zain gak akan ke mana-mana, tapi salat awal waktu itu lebih penting."

"Penting? Kenapa penting?"

"Hm, kenapa penting, ya. Kalau Mas lagi memanggil bawahan Mas di kantor, misalkan. Tapi si bawahan dengar gak berlarian cepat ke arah Mas. Apa yang Mas rasakan? Tetapi bawahannya Mas mau ini dan itu harus cepat dikabulkan, apakah Mas akan mau mengabulkan dengan cepat?" tanya Alya.

1
Annisa Rahman
Mari mari yuk mampir kesini ditinggu kedatangannya
bolu
selama baca dari chapter 1-22 jalan ceritanya sangat bagus dan fresh, tolong secepatnya update chapter ya kak ✨🌼
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!