Kinan ibu muda berumur dua puluh enam tahun harus terjebak pada hubungan terlarang dengan seorang laki- laki karena keadaan ekonomi keluarganya yang sedang kacau. Dia terpaksa meminjam uang untuk biaya operasi sang anak dengan imbalan menyerahkan tubuhnya pada laki- laki tersebut karena dia tidak mampu mengembalikan uangnya. Sedangkan sang suami yang sejak dua tahun kena PHK harus kerja serabutan tiba- tiba menghilang entah ke mana. Mampukah Kinan menjalani hari- harinya seorang diri di tengah permasalahan yang tiada habisnya...?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon mommy Almira, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
31. Koma
"Bu, mba Kinan hamil...?" tanya Rahmadi begitu dokter pergi.
"Ibu juga baru tahu Rahmadi...." jawab bu Rahmi.
"Trus bagaimana bu, apa kita harus mengabari mas Rangga...?"
"Nggak tahu lah Rahmadi, ibu bingung, kamu kan tahu kalau Rangga sudah menceraikan Kinan...." jawab bu Rahmi.
Keesokan harinya kondisi Kinan masih saja kritis, dokter pun menyatakan kalau Kinan mengalami koma. Kinan pun laku di pindahkan ke ruang ICU. Bu Rahmi begitu sedih mengetahui kondisi Kinan.
Bu Rahmi tahu, kalau selama ini Kinan hanya hidup bersama Rangga dan juga Raka. Tidak ada keluarga lain. Sebenarnya dia punya seorang kakak perempuan yang bernama Tantri, tapi hubungan mereka tidak baik, karena masalah warisan. Dulu orang tuanya sebelum meninggal memberikan rumah kepada Tantri. Sedangkan Kinan diberi sebidang tanah yang luasnya lebih besar dari luas rumah yang diberikan kepada Tantri.
Tantri pun tak terima karena dia merasa selama orang tuanya sakit dia yang merawat hingga meninggal sedangkan Kinan karena merantau ke kota hanya dua kali dalam setahun menjenguk orang tuanya.
Karena pengaruh dari sang suami yang serakah dan terjerat hutang pinjol, akhirnya Tantri pun menjual rumah beserta tanah yang seharusnya menjadi milik Kinan dan membawa semua uang hasil penjualan rumah dan tanah tanpa membagi sepeserpun kepada Kinan.
Dan Tantri pun ikut suaminya pindah ke luar kota karena tidak mau berurusan lagi dengan Kinan.
Bu Rahmi masuk ke dalam ruang ICU untuk menjenguk Kinan. Dengan memakai baju khusus, dan masker, bu Rahmi perlahan mendekati Kinan yang masih terbaring koma dengan alat- alat medis yang menempel di tubuhnya.
Wajahnya begitu pucat pasi. Suasana di ruang ICU yang hening hanya terdengar bunyi monitor yang menandakan detak jantung Kinan yang terdengar di sana.
"Ya Alloh Kinan, malang sekali nasib kamu nak... Kenapa bisa seperti ini...." bu Kinan menangis sambil menggenggam telapak tangan Kinan yang terasa dingin.
"Ya Alloh, ampuni Kinan, berilah dia kesempatan untuk hidup dan menjalani kehiduapan yang lebih baik..." ucap bu Rahmi berdoa untuk Kinan.
Setelah sepuluh menit berada di ruang ICU bu Rahmi pun keluar dari rungan tersebut. Di luar sudah ada dua orang polisi yang sedang menangani kasus Kinan.
"Selamat siang bu, apa ibu ini keluarga dari saudari Kinan...?" tanya polisi.
"Iya pak, sebenarnya saya tetangganya nak Kinan, tapi saya sudah menganggap Kinan sebagai anak saya sendiri..." jawab bu Rahmi.
"Iya bu, jadi begini saya datang ke sini untuk menyerahkan barang- barang milik saudari Kinan..." ucap polisi sambil memberikan beberapa barang milik Kinan yang di masukkan ke dalam plastik.
Di sana ada tas selempang, ponsel dan juga uang sebesar sepuluh juta rupiah milik Kinan.
"Baik pak, saya akan simpan barang milik Kinan... Lalu bagaimana dengan pelaku yang memp*rk*sa Kinan pak....?"
"Iya, pelaku bernama Wandi warga Kampung Duri. Dia sudah dijebloskan ke dalam penjara. Ancamannya penjara selama lima tahun..." jawab polisi.
...----------------...
Sudah dua hari di rumah bu Ratih, Raka mengalami demam. Rangga sudah membawanya berobat ke dokter tetapi demamnya belum turun juga. Raka juga selalu menangis memanggil- manggil sang ibu. Rangga sempat putus asa dan hendak mengantar Raka menemui Kinan, tapi bu Ratih melarangnya.
Bu Ratih tidak rela sang cucu akan dipertemukan lagi sama ibunya. Menurutnya Kinan sudah tidak berhak atas Raka lagi.
Sore harinya Vivi datang menemui Rangga. Saat itu Rangga akan bersiap pergi mengajak Raka untuk membeli makanan di mini market sekaligus mengajak Raka jalan keliling menggunakan mobil. Hal itu bertujuan untuk menghibur Raka supaya tidak nangis terus. Sementara demamnya sudah mulai turun.
Vivi pun lalu ikut bersama Rangga dan Raka ke mini market sambil jalan- jalan. Sampai di minimarket Rangga menggendong Raka dan masuk ke dalam sana untuk membeli makanan dan mainan yang Raka suka.
Tapi sepertinya Raka tidak begitu antusias. Dia hanya mengambil satu buah permen dan mainan dinosaurus. Padahal Rangga sudah menawarkan banyak makanan dan mainan padanya tapi Raka menolaknya.
Mereka bertiga pun keluar dari minimarket hendak masuk ke dalam mobil. Tiba- tiba Raka berseru.
"Nenek..nenek..." Raka menunjuk ke arah tempat penjual martabak. Di sana berdiri seorang ibu sekitar berumur lima puluh lima tahun. Dan ternyata dia adalah bu Rahmi yang sedang membeli martabak.
Bu Rahmi yang merasa tidak asing mendengar suara itu pun menoleh.
"Raka...?" ucap bu Rahmi.
"Nenek..." Raka minta turun dari gendongan Rangga dan lari menghampiri bu Rahmi.
"Nenek...'' ucap Raka memeluk bu Rahmi.
"Masya Alloh Raka..." bu Rahmi jongkok untuk mensejajarkan tinggi tubuhnya dengan tubuh Raka.
"Nenek.. Raka mau sama nenek... Ibu di mana nek, Raka mau ketemu ibu...hik..hik..." Raka menangis.
"Iya sayang, nanti Raka ketemu sama ibu, tapi Raka sabar ya..." ucap bu Rahmi sambil mengusap kepala Raka. Dan Raka pun mengangguk patuh.
Rangga lalu menghampiri bu Rahmi dan Raka. Sementara Vivi memilih menunggu di dalam mobil.
"Bu Rahmi..." ucap Rangga.
"Rangga, alhamdulillah ibu bisa ketemu sama kalian berdua di sini..." ucap bu Rahmi.
"Rangga, ibu mau bicara sama kamu, soal Kinan..." ucap bu Rahmi.
"Maaf bu Rahmi, saya sudah tidak punya urusan lagi dengan Kinan, ibu tahu kan saya sudah menjatuhkan talak padanya. Dan tak lama lagi saya akan menggugat cerai ke pengadilan agama..." sahut Rangga yang sepertinya tidak mau dengar nama Kinan disebut di hadapannya.
"Rangga, ibu tahu kamu masih kecewa sama Kinan, dan ibu memahami kalau kamu tidak bisa memaafkan kesalahan Kinan. Tapi ibu hanya minta sama kamu, untuk membawa Raka bertemu dengan Kinan. Kinan saat ini sangat membutuhkan kehadiaran Raka..." ucap bu Rahmi.
"Kinan masuk rumah sakit, dia mengalami koma..." lanjut bu Rahmi.
"Apa..? Kinan koma...? Apa yang terjadi dengan Kinan bu...?" tanya Rangga kaget.
Raut muka bu Rahmi pun menjadi sedih.
"Kinan telah mengalami kejadian yang sangat memilukan, Rangga. Dia dip*rk*sa..." jawab bu Rahmi.
"Apa ..? Kinan dip*rk*sa..? " Rangga lalu tertawa.
"Kenapa kamu tertawa Rangga...? Apa kau senang mendengar keadaan Kinan yang mengenaskan seperti itu...?" tanya bu Rahmi geram dengan sikap Rangga.
"Bu Rahmi, Kinan itu nggak dip*rk*sa. Tapi dia sengaja menjual tubuhnya pada majikannya. Kalau sampai dia koma, mungkin karena dia kelelahan melayani majikannya itu..." ucap Rangga.
"Asstagfirullohalazim ... Istigfar Rangga, kamu itu nggak tahu apa- apa, jadi ibu mohon kamu jangan berasumsi seenaknya seperti itu...'' sahut bu Rahmi semakin kesal pada Rangga.
"Tapi kenyataannya seperti itu kan bu..? Kinan menjual tubuhnya sama majikannya. Dan saya melihatnya sendiri mereka habis melakukan zina di apartemen. Dan saya sangat jijik jika mengingat soal itu. Kalau sekarang Kinan koma, itu adalah azab yang dia peroleh atas perbuatan zina nya itu..." ucap Rangga.
"Ya Alloh Rangga kalau pun kau sangat membenci perbuatan Kinan, tidak sepantasnya kamu bicara seperti itu. Sudahlah ibu sudah tidak ingin berbicara sama kamu lagi. Ibu hanya berharap kau bisa membawa Raka menemui ibunya di rumah sakit XX di jalan Kenanga..." ucap bu Rahmi.
"Ibu tahu Raka pasti sangat merindukan Kinan, kasihan dia, badannya juga panas, dan ibu lihat dia lebih kurus dari biasanya. Kalau kau masih perduli dengan Raka, tolong jangan egois, bawa Raka menemui Kinan..." lanjut bu Rahmi pada Rangga.
"Raka, nenek pulang dulu ya..." ucap bu Rahmi sambil mengusap kepala Raka.
"Raka mau ikut nenek, Raka mau ketemu ibu..." Raka hampir menangis.
"Iya, besok Raka ketemu ibu diantar sama ayah ya..." ucap bu Rahmi.
"Nggak mau, Raka maunya sekarang... Hua..hua.... Raka mau sama nenek dan ibu..hua...hua..." Raka menangis
Lalu Rangga menggendong dan membawanya pergi dari hadapan bu Rahmi dan masuk ke dalam mobilnya.
Di dalam mobil Raka masih menangis di jok belakang. Sementara Vivi duduk di samping Rangga.
"Raka kenapa lagi sih kok nangis lagi...? Trus itu ibu- ibu itu ngapain ..? Bukannya dia tetangganya Kinan..?" tanya Vivi terus saja bertanya pada Rangga.
"Iya, dia meminta aku mengantar Raka bertemu dengan Kinan. Dia sedang sakit dan dirawat di rumah sakit..." jawab Rangga sengaja tidak menjelaskan dengan detail keadaan Kinan.
"Trus kamu mau membawa Raka menemui Kinan...?" tanya Vivi dengan muka tidak suka.
"Entahlah bagaimana besok saja..." jawab Rangga. Vivi pun memanyunkan bibirnya mendengar jawaban Rangga.
Sementara Raka di jok belakang menangis semakin keras hingga membuat telinga Rangga dan Vivi pengang.
"Dasar anak merepotkan , kerjaannya cuma nangis saja...menyebalkan..." ucap Vivi dalam hati sambil menutup kedua telinganya dengan jari telunjuknya.
Rangga pun lalu menjalankan mobilnya untuk kembali pulang ke rumah.
Bersambung..
wajar kalau Rangga masih ragu... karena masa lalunya Kinan pernah jadi wanita nggak bener.
trus Kinan nggak punya saksi juga. sedangkan seluruh warga percaya sama pak RT... jadi serba salah.. kalau Rangga bela Kinan juga malah dimusuhi orang sekampung entarnya.
emang baiknya nikah sama orang lain. karena Rangga masih kepikiran masa lalu... masih belum bisa melupakan ..
Kinan mending juga cepat nikah... karena kalau dikampung jadi janda tu serba salah...
maaf ya kk, karena aku benar-benar nggak suka sama istri yang berselingkuh. apa lagi sampai hamil dari hasil selingkuhannya...