Pertemuan yang tidak di sengaja antara gadis buta bernama Alana Maherwari, dengan seorang pria malah membawanya pada cerita romansa sekaligus awal dari kepahitan.
Siang itu sehabis ia menjual bunga di temani oleh anjing husky kesayangannya tiba-tiba tongkat kayunya mengenai sesuatu. Alana kira itu sebatang kayu namun tak lama terdengar suara melenguh seperti orang yang sedang kesakitan.
Setelah mengetahui itu adalah seseorang, Alana langsung membawanya ke rumah tanpa ia tahu latar belakang orang itu.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Yulianti Oktana, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Cerita Masa Kecil Yang Rumit
"Sayang, kemari lah Nak" ucap suara lembut seorang wanita pada anak laki-laki sekitar 10 tahunan itu.
"Tidurlah di pangkuan Ibu sayang" ucapnya lagi.
Anak itu menurut, ia langsung merebahkan dirinya di pangkuan sang ibunda.
"Kau pasti lelah ya sayang? Maafkan ibu yang tidak bisa di sampingmu sayang. Maafkan ibu karena ibu menyerah dengan segala duri yang menusuk hati dan jiwa ibu" ucap wanita itu sembari terisak dengan tangan terus mengelus lembut kepala sang anak.
"Aku sayang Ibu! Ibu sudah janji di ulang tahunku yang ke 11, ibu akan memberikanku Cello yang baru" balas anak itu sembari memandang wajah sang ibu yang terlihat lelah dan sembab dengan beberapa luka pukulan di wajahnya.
Air mata wanita itu menetes deras, karena ia ragu apakah ia bisa mewujudkan keinginan sang putra atau tidak walaupun hidupnya bergelimang harta.
"Nak berjanjilah pada ibu, kau akan menjadi pria hebat. Kau akan jadi seseorang yang bisa melawan keangkuhan sekelilingmu. Lawanlah mereka, anakku. Taklukan mereka yang sudah membuat kau dan ibu menderita. Kuatlah untuk ibu, Nak dan ambilah semua yang sejatinya adalah milikmu. Ibu percaya padamu" pesan wanita itu.
Wanita itu lalu membangunkan sang putra menjadi terduduk di tanah dan tiba-tiba mengikatnya.
"Ibu kenapa mengikatku?" tanya anak itu.
"Dengar sayang, Ibu akan mengajakmu bermain peta kumpet. Ibu akan sembunyi tetapi kau karus tutup mata. Jangan pernah membukanya jika suara ibu masih terdengar ya sayang" pesan wanita itu.
Anak polos berumur 10 tahun itu hanya mengiyakan tanpa tahu arti dari peta kumpet itu apa.
"Pejamkan matamu sayang, berjanjilah pada Ibu kau tidak boleh membuka mata jika suara ibu masih terdengar" wanita itu memperingatkan sang putra sekali lagi.
"Baik Bu" balasnya.
"Kita berhitung secara bergantian ya sayang" ucapnya.
"Satu"
"Dua"
"Tiga"
"Ibu dimana?"
"Teruslah berhitung sayang"
"Empat"
"Lima"
"Bu masih lama?"
"Ya anakku!" jawab sang ibu, namun anak itu mendengar bahwa suara sang ibunda seakan tercekat.
Sudah sampai bilangan ke 29 suara sang ibu semakin menjauh membuat anak itu merasa heran. Namun sekali lagi dia hanya seorang anak kecil polos dan tak tahu apapun.
Sampai pada bilangan ke 35 suara sang ibu sudah tidak ada lagi.
Anak itu penasaran lalu membuka matanya namun sudah tak ada sang ibu di sana. Ia hanya melihat hamparan danau buatan di depan rumah megahnya.
"Ibu dimana bu?" anak itu mencari sang ibu namun tidak menemukannya.
Ia langsung melepaskan tali yang melilit di tubuhnya namun intensnya heran karena sebelum sang ibu tidak ada, ia melihat setumpuk batu namun kini tidak ada.
"Ibu dimana ibu?? Hikhikhik" anak itu menangis namun tidak ada yang perduli.
Keesokan harinya penjaga mansion menemukan wanita itu sudah mengambang di danau buatan di depan mansion megah milik orang tuanya.
Perasaan anak itu hancur, namun ia melihat sang ayah tidak terlihat berduka sama sekali.
"Apakah ibu akan kembali Pa?" tanya anak itu.
"Tidak! Dia sudah menjadi tawanan neraka. Sudah jangan bersedih, sebentar lagi kau akan dapat Ibu baru" jawaban yang sungguh tidak di harapkan anak itu.
Hingga pelan-pelan ia membenci ayah, ibu tiri dan anak yang di bawa ibu tirinya.
...
Alana mendengar Vin dalam tidurnya sangat gelisah. Keringat bercucuran dengan tubuh tak bisa tenang.
"Ibu...Ibu.. Aku merindukanmu! Jangan pergi Bu" ucap Vin mengigau.
"Vin bangun Vin" Alana mencoba membantu Vin untuk bangun.
Tak lama Vin terbangun dengan keringat yang bercucuran. Mimpi itu selalu hadir dan Vin merasa mimpi itu terlalu sakit untuknya.
"Kau kenapa?" tanya Alana.
Vin diam, hatinya masih terlalu kalut karena mimpi itu selalu hadir dengan alur yang sama semenjak ia berumur 11 tahun.
"Maafkan aku Alana, aku mengigau" balas Vin.
"Kau Terdengar sangat sedih dalam mengigau mu itu. Ceritakan lah kenapa kau bisa seperti ini dan dalam tidurmu itu kau menyebut nama ibumu?" tanya Alana .
Vin diam, ia terdengar menarik nafas dengan sangat dalam.
"Apa kau keberatan jika aku bercerita masa kecilku?" tanya Vin.
"Tentu tidak! Aku akan mendengar semua yang kamu ceritakan" balas Alana.
Vin lalu mengajak Alana ke taman bunga. Ia ingin menceritakan semua perjalanan hidupnya pada gadis di hadapannya.
Mereka pun kini sudah berada di taman bunga. Vin mengajak Alana duduk di atas rerumputan di bawah pohon.
"Alana, aku adalah seorang pria yang sudah terluka di masa kecil. Aku ini adalah pria dibesarkan oleh seorang ibu yang tidak pernah merasakan cinta dari suaminya" ungkap Vin.
"Saat Umurku 10 tahun, ketika itu aku belum tahu apapun mengenai ikatan pernikahan orang dewasa namun aku sering sekali melihat Papaku memukuli Ibu dengan sangat kasar. Saat itu aku melihat ibu hanya menangis dan tak melawan apapun yang dilakukan oleh Papa" sambungnya lagi.
Alana sudah mulai merasakan ikut sakit hati mendengar apa yang Vin ungkapkan.
"Hingga suatu hari Ibu mengajakku duduk di halaman depan yang ada danau buatannya. Saat itu Ibu berbicara banyak padaku dan menitipkan beberapa pesan. Aku yang masih anak 10 tahun hanya bisa mengiyakan apa yang dikatakan ibu tanpa tahu maksudnya apa" Vin terus bercerita.
"Vin, hatiku mulai sakit mendengarnya" ucap Alana.
"Ibu mengajakku bermain petak umpet. Dirinya mengikatku di sebatang Pohon dan menyuruhku untuk menghitungnya. Namun semakin jauh semakin lama aku menghitung bilangan suara ibu terdengar semakin jauh dan samar-samar, hingga dalam hitungan 35 suara ibuku sudah tak terdengar lagi. Aku yang penasaran membuka mata dan melepaskan lilitan tambang yang ibu lilitkan padaku. Kemudian aku mencarinya berkeliling mansion tetapi aku tidak menemukan di manapun keberadaan ibu. Ketika esok paginya penjaga rumah menemukan Ibu sudah mengambang di atas danau" tandas Vin sembari menangis. Pria itu tak malu menangis di hadapan Alana.
"Aku tidak menyangka ternyata hidupmu serumit itu. Kau tahu, ibumu sudah banyak berkorban untukmu, tetapi mungkin rasa sakit hati dan jiwanya lebih menguasai sehingga Ia melakukan itu" ucap Alana mencoba menenangkan Vin.
"Ya kau benar Alana! Semenjak itu hidupku bak di neraka. Papa menikah lagi dengan jal@ng yang setelah ku ketahui bahwa wanita itu yang merebut cinta papaku dari ibu. Aku di asingkan semenjak papa menikahi wanita itu. Aku marah Alana dan semenjak itu aku dendam terhadap keluarga mereka termasuk papaku. Aku bekerja keras sebisaku sampai aku bisa mempunyai segalanya namun hawa serakah mereka masih saja menggerogoti diriku walau aku sudah hidup sendiri jauh dari mereka" ungkap Vin kembali.
Alana langsung memeluk Vin. Ia ingin meredakan sedikit kehancuran hati pria di hadapannya. Alana yakin dengan pelukan darinya, Vin menjadi lebih tenang.
Vin balas memeluk Alana dan menangis di pelukan wanita itu.
"Menangislah Vin, menangislah di pelukanku" ucap Alana.
"Aku pria, tetapi aku menangis" balas Vin sembari terisak.
"Menangis bukan hanya milik wanita, Vin menangis juga milik pria dan kau sekarang harus menangis" balas Alana.
Sekarang tak ada tempat yang lebih menenangkan lebih dari sebuah pelukan seorang gadis yang telah menyelamatkan dirinya. Vin mungkin akan terus memeluk Alana jika hatinya sedang merasa gundah.
