Cinta Arumi

satu hal yang paling sulit didunia ini ialah, melawan ego sendiri

***

hari minggu bagi arumi saat ini adalah hari yang menakutkan. perjodohan gila, bukan. ada kata yang lebih tepat, penjualan diri .

jam sudah menunjukkan angka 10, namun arumi masih saja bergelung dibawah selimut. bukan tidur, melainkan meredam sakit kepala akibat permainan takdir yang ia harus jalani.

Bibi yang berada didapur juga mondar-mandir memikirkan cara bagaimana menghindari ini semua. kemudian ia menuju kamar arumi, "nak, apa kamu sudah bangun? " belum sampai tangan bibi menyentuh pintu, arumi sudah keluar dengan penampilan yang rapi.

Melihat itu bibi menyimpulkan arumi pasti akan melalui ini smua dengan sabar.

Kebetulan, sebuah mobil yang menjemput arumi sudah tiba, tidak ada ayah nya seperti yang telah disepakati, namun ibunya datang.

"ibu ingin ikut mengantarkanmu rumi,

"Ini hanya pernikahan bisnis untuk menopang keluarga Hendra, tidak perlu se formal itu bu".

Walaupun ditolak begitu, ibu tetap bersikeras ikut, "ibu harus tau keluarga seperti apa mereka, orang seperti apa yang akan menikahimu"

Sedangkan dalam pikiran arumi, orang yang akan membelinya itu adalah orang tua yang datang bersama ayahnya beberapa hari lalu.

mungkinkah laki-laki tersebut tidak memiliki keturunan sehingga ia harus menikah lagi? banyak pertanyaan yang muncul dikepala arumi, akan tetapi semakin dipikirkan semakin membuatnya mual.

Singkat waktu, mereka telah tiba, orang pertama yang menyambut adalah lelaki tua yang sempat bersemayam dalam otak arumi. lelaki itu menunduk hormat, "maaf nona, tidak bisa ikut menjemput karena kesibukan saya disini".

Mendengar kalimat itu tentu arumi lega, bukan dia orangnya, " lalu yang mana,? " tanpa sadar arumi malah penasaran. lelaki tua yang mana lagi yang harus membuat jantungnya akan meledak?

Lelaki tua itu kemudia memperkenalkan diri sebagai danu, orang kepercayaan nenek maryam. arumi yang masih kebingungan, semakin dibuat bingung. masih ada neneknya, mungkin ia juga memiliki cucu sepertiku, entah mengapa ada secercah harapan yang timbul dihati kecilnya.

"Eeyyy,, tidak mungkin, mereka keluarga terpandang, mana mungkin memberikan cucu kesayangannya padaku, lalu apa ayahnya? hah, lebih tidak mungkin. "

Arumi sibuk menggeleng kan kepala melawan kata hatinya sendiri, sampai tangan bibi yang menyenggol menyadarkannya. ternyata mereka sudah tiba di sebuah ruangan mewah.

" nyonya, mereka sudah tiba" pak danu memberitahukan kedatangan mereka. nonya maryam tersenyum memandangi mereka. "dia bahkan tidak mengantarkan putrinya"

nenek maryam bicara begitu pelan, hanya danu yang paham akan apa yang diucapkan nya.

Lalu nenek menginstruksikan arumi supaya mendekat ke sampingnya. sebelum mendekat, arumi memberi hormat, sebagai tanda kesopanan nya, membuat nenek tersenyum hangat. sesungguhnya secara diam-diam, nenek telah menyuruh danu menyelidiki tentang kehidupan arumi.

"Danu, panggilkan cucu ku, katakan padanya tamu kita sudah disini"

sambil menunggu kedatangan ardian cucunya, nenek menanyakan "arumi apa sudah makan? ". ia sangat menyukai ketegaran arumi, perjuangannya dan juga kecerdasan nya.

Arumi yang ditanya begitu hanya tersenyum, menjawab dalam hati, mana mungkin aku bisa makan, tidak ambruk saja aku sudah sangat hebat". namun ia tetap menganggukkan kepala pertanda ia sudah makan.

Beberapa menit kemudian terdengar bunyi langkah kaki yang semakin mendekat, pendengaran arumi sempat menangkap perkataan nenek sebelumnya. ardian nama yang tidak asing di telinganya. yaitu anak baru dikelasnya beberapa minggu lalu. mungkinkah ia orang yang sama?

Tentu jika ia, arumi tidak bisa tenang, sebab arumi sudah tau dari cerita rara sahabatnya. kalau ternyata sera dan ardian ada teman masa kecil hingga saling menyukai saat ini. sedangkan ibunya sera akan melakukan apapun untuk kebahagiaan putrinya. berbeda dengan diri nya sendiri.

arumi juga tidak ingin berurusan dengan sera, wanita egois yang hanya mementingkan diri sendiri.

Dan seluruh isi pikiran nya ternyata benar, ardian telah berdiri di daun pintu, mata mereka bertemu.

***

Bersambung...