Arabella harus menelan kekecewaan dan pahitnya kenyataan saat dirinya mengetahui jika pria yang selama dua tahun ini menjadi kekasihnya akan bertunangan dan menikah dengan wanita yang sudah dijodohkan dengan pria itu.
Arabella pikir dirinyalah wanita satu-satunya yang dicintai pria itu, tapi ternyata dirinya hanyalah sebagai pelampiasan selama wanita yang dijodohkan berada di luar negeri.
"Bagaimana jika aku hamil? apa kau memilih ku dan membatalkan perjodohan mu?"
"Aku tidak mungkin mengecewakan kelaurga ku Ara."
Jawaban Maher cukup membuat hati Arabella seperti ditikam benda tajam tak kasat mata. Sakit, terlalu sakit sampai dirinya lupa bagaimana melupakan rasa sakit itu.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Lautan Biru, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Mau cari suami kaya
Arabella bernafas lega saat putrinya hanya mengalami demam tanpa adanya penyakit yang berbahaya, meskipun begitu Arabella tetap cemas, putrinya kini harus terbaring dirumah sakit.
"Ibu, lebih baik ibu sama bapak pulang. Biar Ara yang menjaga Amara," Arabella menatap kedua orang tuanya yang terlihat lelah meskipun tidak dipungkiri rasa cemas lebih mendominasi.
"Iya Bu, biar Sam yang disini. Bapak sama ibu pasti lelah setelah menjaga Amara sejak pagi." Titah Samuel yang baru masuk membawa kantong keresek berisikan makanan, ia tahu Arabella belum makan apapun sejak tahu putrinya sedang sakit.
"Ya sudah, kami pulang kalau ada apa-apa segera hubungi bapak," Pak Hisyam mendekati cucunya dan kecium kening Amara beliau begitu menyenangi Amara seperti Arabella kecil.
"Jangan lupa istrirahat ibu lihat kamu lelah, jangan paksakan nanti kamu juga malah sakit." Bu Hani mengusap kepala Arabella dengan sayang, beliau mencium kening putrinya bergantian dengan cucunya, "Cepat sembuh sayang, nanti nenek ajak jalan-jalan." Bisiknya dengan senyum penuh kasih sayang.
Mereka pun pergi di antar oleh Samuel, sedangkan Arabella memilih untuk duduk di kursi dan menatap wajah putrinya.
"Apa ini yang di namakan ikatan batin," Lirih Arabella dengan kedua mata memanas.
Kabar Amara sakit dan kabar Maher yang kecelakaan hampir bersamaan, mereka sama-sama di rumah sakit hanya saja berbeda tempat.
Tangan Arabella mengusap kepala putrinya penuh sayang, "Hanya kamu yang membuat Mama kuat sayang, jangan pernah meminta hal yang membuat Mama menjadi wanita paling bodoh." Lirihnya dengan air mata yang mengalir.
Teringat permintaan Amara sebelum dirinya pergi, dan itu cukup membuat hati Arabella tersayat, sampai Amara berumur lima tahun pun Arabella tidak pernah dekat dengan seorang pria, dirinya menutup hati yang sudah lama membeku, baginya sekarang prioritasnya adalah Amara.
Satu bulan keluar dari rumah sakit
Maher mulai melakukan terapi rutin, pria itu ingin segera sembuh dan mencari keberadaan Arabella bersama putrinya, sebenarnya Maher igin sekali langsung pergi untuk menemui mereka setelah tahu dimana mereka tinggal, hanya saja Maher merasa belum siap dengan keadaan yang sekarang ini, dirinya belum benar-benar pulih dan berjalan normal.
Di kamarnya duduk di atas sofa, Maher menatap layar ponselnya yang menampilkan dua wanita berbeda generasi sedang berpelukan dengan senyum ceria, Maher sampai menitikkan air matanya melihat putrinya yang kini sudah tumbuh besar dan cantik.
"Terima kasih sudah mengijinkan dia melihat dunia." Lirih Maher degan mata yang memanas.
Foto yang dia dapatkan dari orang tuanya, di mana mereka memberikan saat Maher menjalani terapi, melihat foto itu jelas jiwa Maher menggebu-gebu untuk segera pulih, tidak di sangka hanya melihat dua wanita itu kesehatan kaki Maher berangsur pulih sangat cepat, hanya tinggal menunggu beberapa bulan lagi untuk mendapatkan pulih total, Maher tidak ingin jika bertemu putrinya kakinya masih cacat, dia tidak ingin membuat putrinya merasa malu. Belum bertemu saja Maher sudah memikirkan banyak hal, tanpa dia tahu entah mereka menerimanya atau tidak, yang terpenting usaha lebih dulu.
"Kalian adalah tujuan hidup ku, tunggu aku Arabella dan Amara," Maher tersenyum dalam keharuan, dua-duanya memiliki nama yang sangat indah nama yang selalu melekat dalam hatinya.
*
*
"Mama, Ara mau ikut Om papa."
Amara pagi-pagi sudah bikin Arabella menghela napas, sedangkan Samuel hanya tersenyum melihat keponakannya itu.
"Sayang, Om papa mau kerja, anak kecil tidak boleh ikut." Arabella memasukkan kertas kerjaan yang hendak di bawa ke butik, wanita itu sudah sibuk dengan banyaknya orderan setelah acara yang membawa namanya sebagai finalis pemenang.
"Kalau begitu Ara, mau ikut Mama!" Amara kecik mengerucutkan bibirnya dengan kedua tangan terlipat didepan dada.
Samuel yang sejak tadi memperhatikan keduanya sudah tidak lagi bisa menahan tawa.
"Kak!" Arabella melotot tajam pada Samuel.
"Amara kan mau sekolah, hari ini nenek mau pergi ke pasar Amara boleh ikut nanti Om Papa kasih uang buat jajan." Samuel mengeluarkan dompetnya dan megambil uang dari sana, Amara yang melihat matanya langsung berbinar cerah.
"Om papa, banyak uang. Amarah mau banyak!" gadis kecil itu kegirangan, membuat Arabella geleng kepala.
"Kenapa putriku sudah belajar matre sejak usia dini," Batin Arabella dengan wajah mirisnya.
"Kalau Amara besar, Amara mau cari suami yang banyak uangnya seperti Om papa!"
Hah!!
*
*
Tinggalkan jejak kalian sayang 😘😘