Kisah seorang pemuda yang meninggal akibat terlalu lelah bekerja dan dia bereinkarnasi ke dalam novel favoritnya. Namun dia tidak berinkarnasi menjadi main character, heroine, villain atau bahkan mob sekalipun, dia menjadi korban pertama sang villain yang akan membuat sang villain menjadi villain terkejam dan menggerakkan seluruh alur di novelnya.
Tapi ketika dia baru bereinkarnasi, dia langsung melakukan plot twist yang sudah pasti akan mengubah jalan nya alur cerita atau malah menghancurkan alur cerita yang sudah tersusun rapi, dia tidak mati dan malah membunuh villain yang seharusnya membunuhnya. Jadi selanjutnya apa yang akan terjadi dengan alur cerita novel yang di sukainya itu ?
Genre : Fantasi, komedi, drama, action, sihir, petualangan.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Mobs Jinsei, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Chapter 16
Tengah malam, empat bayangan keluar dari mansion dan berlari dengan secepat kilat menuju pagar tanaman tanpa meninggalkan suara sama sekali. Ketika sampai, ke empatnya berdiri melihat pagar tanaman yang tinggi dan terbentang di depan mereka,
“Di sini ?” tanya Liam berbisik.
“Ya, tapi kali ini kita masuk menggunakan pintu yang ku buat supaya tante Elena tidak mengetahuinya, ayo,” jawab Ray berbisik.
“Hohooo...jadi kamu pernah ketangkep sama mama ya Ray hihihi,” ledek Laura berbisik.
“Iya, bersama ku,” celetuk Charlotte.
“Oh kamu juga ya hihihi,” ledek Laura berbisik.
“Sudah diam Laura, kamu malah bercanda di saat begini,” tegur Liam berbisik.
“Maaf kakak hihihi,” balas Laura berbisik.
Ray mengangkat tangannya, sebuah pintu muncul di depan pagar tanaman, mereka langsung masuk ke dalam pintu dan pintu menghilang. Di balik pagar tanaman, tiba tiba sebuah pintu muncul dari udara dan terbuka, ke empatnya terpental keluar kemudian pintu menghilang. Ke empatnya jatuh saling menindih di dalam taman rahasia,
“Adu duh,” ujar Ray.
“Aku bener bener heran sama sihir mu, masa hanya menembus pagar tanaman saja kita di lempar keluar seperti ini,” protes Liam.
“Hehe maaf,” balas Ray.
“Kalau di pikir pikir, kamu kasih nama sihir mu pintu kemana saja, nyatanya jaraknya dekat banget seperti sekarang atau ketika di gua tadi...kenapa ga bisa langsung ke desa gitu, kenapa kok malah ke mulut dua, keluarnya kasar lagi ?” tanya Laura.
“Maaf ya, sihir ku masih belum sempurna, tolong jangan menyindir,” jawab Ray.
“Hihihi....kalian lucu,” Charlotte tertawa.
“Sudah sudah berdiri,” ujar Ray.
Mereka pun bangun satu persatu, setelah membersihkan pakaian mereka, Liam dan Laura melihat sekeliling, mereka kagum melihat taman yang penuh bunga dan indah, mereka juga tertegun melihat kolam kering yang di tumbuhi oleh tanaman rambat dan ada sebuah tugu dengan sebuah patung dewi di atasnya, tepat di tengah kolam. Ray mengajak yang lain ke tepi kolam, kemudian dia memanjat dan menjulurkan tangannya ke pedang yang di pegang patung karena jaraknya cukup dekat. “Klek,” “greeek...greeek,” dasar kolam mulai turun membentuk tangga yang memutari tiang.
“Wow,” ujar Liam dan Laura kagum.
“Ayo turun,” ajak Ray yang sudah turun sambil menggandeng Charlotte dan membantunya turun.
Mereka berjalan menuruni tangga berputar yang semakin lama semakin gelap, Liam menoleh ke atas, terlihat pintu keluar mereka semakin menjauh.
“Kira kira berapa dalam tangga turun ini ?” tanya Liam.
“Tidak tahu, ini juga pertama kalinya aku masuk ke sini,” jawab Ray.
Ke empatnya terus berjalan menuruni tangga putar yang semakin lama semakin dalam, ketika pintu masuk terlihat seperti titik, mereka sampai di bawah. Ke empatnya langsung tercengang karena melihat dua buah pilar besar dan sangat tinggi seperti reruntuhan kuil yunani yang mengapit sebuah gerbang yang sangat besar terbuat dari logam dengan ornamen yang indah menghiasi daun pintunya.
“Wow,” gumam Liam dan Laura yang mendongak melihat gerbangnya.
“Aku takut Ray,” ujar Charlotte memeluk lengan Ray.
“Sama....tapi...kita harus masuk (dia di dalam),” ujar Ray.
Ray dan Liam maju ke depan, mereka berdiri di depan daun pintu sebelah kiri dan kanan, “greek,” keduanya mendorong pintu bersamaan dan gerbang terbuka sedikit. Walau terbuka sedikit, celah di antara dua daun pintu yang sangat besar itu cukup untuk mereka masuk. Ke empatnya masuk ke dalam di pimpin oleh Liam yang sudah memanggil tombaknya. Ray juga mencabut kedua pistol dan karambitnya, Charlotte mencabut kedua pedang tipisnya dan Laura memanggil pedang hitam besarnya. Ketika keempatnya sudah di dalam, “blam,” pintu kembali tertutup rapat.
Tapi ke empatnya tidak menyadari kalau pintu di belakang mereka sudah tertutup karena di dalam ruangan sangat terang dan luas dengan langit langit yang tinggi. Di depan mereka ada sebuah piramid yang terpotong dengan sebuah tiang pancang hitam yang sepertinya terbuat dari logam berdiri tegak di tengah tengahnya.
“Huh apa itu ?” tanya Liam memicingkan matanya.
Dia melihat seorang wanita di tiang, tangannya naik ke atas dan seluruh tubuhnya di belit oleh rantai rantai besar. Wanita itu terlihat sedang tidur dan tidak sadarkan diri, namun ke empatnya tetap bersiaga penuh karena wanita itu memiliki tiga tanduk berbentuk seperti petir berwarna hitam. Tubuhnya mengenakan pakaian seperti sisik naga yang menutupi bagian bagian terpenting di tubuhnya seperti dada dan pinggangnya kemudian di lapisi kaus lusuh yang terlihat kekecilan, wanita itu juga memiliki sayap seekor naga dan ekor naga.
“Iblis ?” tanya Liam sambil memasang kuda kudanya.
Melihat Liam bersiaga, Laura dan Charlotte juga langsung bersiaga, Ray yang melihatnya berpikir keras bagaimana cara meyakinkan Liam supaya dia membuka segelnya menggunakan sihir elemen cahaya nya. Ray menoleh melihat ke arah tiang dan berpikir, namun sesuatu yang tidak dia duga terjadi, wanita itu membuka matanya, kemudian dia menoleh melihat Ray dengan mata merahnya. “Aaaaaaaaaaaah,” wanita itu berteriak, dia terlihat seperti sedang mengerahkan tenaga menarik kedua tangannya yang di ikat rantai di atas. “Klang...klang,” wanita itu berhasil memutuskan rantainya, kemudian dia melihat tubuhnya, “klang...klang,” kedua tangannya menariki rantai nya sampai terputus dan membebaskan dirinya.
Setelah terbebas, “dung,” wanita itu melompat dan “bum,” mendarat tepat di depan ke empatnya. Matanya yang tajam dan berwarna merah melihat ke empatnya, Ray melihat wanita itu memiliki wajah yang mengerikan dengan taring yang besar keluar dari mulut bagian atas dan bawahnya.
“Hati hati semuanya,” teriak Liam.
“Papa,”
Wanita itu langsung menerjang Ray, “buaaak,” “duaaak,” Ray yang kaget terpental menghantam dinding dan terjatuh sambil di peluk oleh wanita yang tubuhnya jauh lebih besar darinya.
“Loh, papa ?” tanya Liam, Laura dan Charlotte sambil menoleh ke belakang.
“Papa...papa...papa...aku kangen,” ujar wanita itu sambil menggesekkan pipinya ke pipi Ray.
“Hah...papa ?” tanya Ray dalam hati.
Tiba tiba tubuh wanita itu mengeluarkan cahaya terang berwarna abu abu dan perlahan lahan mengecil. Ray, Liam, Laura dan Charlotte menutup mata mereka karena silau.
“Papa...papa...papa,” ujar wanita itu yang suaranya sekarang terdengar seperti anak kecil.
Ray membuka matanya dan yang ada di hadapannya juga sedang memeluknya adalah seorang gadis kecil yang kira kira berusia 6 atau 7 tahun dengan wajah bulat yang lucu dan rambut panjang lurus berwarna hitam separuh silver yang berkilau, tiga tanduk yang sebelumnya besar di kepalanya, menjadi tanduk kecil yang berwarna putih, matanya yang merah nampak jernih dan besar tidak seperti sebelumya seluruhnya berwarna merah. Kulitnya yang biru berubah warna seperti kulit manusia, sayap dan ekornya mengecil, lebih kecil dari tubuhnya sehingga bisa di sembunyikan di balik kaus lusuh nya yang kebesaran.
“Huh...dia....”
“Papa...Ignes kangen papa,” ujar Ignes sambil memeluk Ray.
“Oh jadi ini yang di lihat di penglihatan mu, wajar aja kalau kamu mau menjemput anak mu malam itu, huh,” ujar Charlotte marah.
“Hehehehe,” Liam dan Laura terkekeh.
“Loh bukan....kok jadi begini sih (oi author, lo bohongin gue ya, gimana sih,)” ujar Ray bingung.
Akhirnya rencana Ray untuk membuat Ignesia mengamuk di desa gagal total, namun dia mendapat sekutu baru untuk mempertahankan desanya.