Kami Berbeda

Kami Berbeda

Bab 1

Hari ini merupakan hari pertama masuk sekolah, begitu juga dengan anak-anak yang masuk sekolah ke tingkat lebih tinggi.

Begitu banyak anak-anak yang datang, siswa baru dan siswa lama, semua berbaris di lapangan mengikuti arahan anak-anak Osis.

Seorang siswa baru berdiri di tengah kerumunan, dia sangat bosan berdiri sedari tadi. Tak ada yang bisa diajak berbicara, ia pun sungkan untuk menyapa orang lain.

"Sangat membosankan masuk sekolah menengah atas sendirian, kenapa sih teman-temanku masuk sekolah berbeda, tapi gak apa-apa lah aku juga tak terlalu akrab dengan mereka," gumam Bulan.

"Hei," colek anak perempuan disebelahnya. "Kamu Bulan kan?" Tanyanya, "Aku Chika," sambungnya.

Bulan yang di sapa oleh seseorang merasa senang, Bulan langsung tersenyum dan mengatakan "Hai Chika, tau dari mana nama aku Bulan?" Tanya Bulan.

Chika tersenyum tanpa berbicara langsung menunjuk nama yang ada di baju Bulan. 

Bulan langsung menunduk melihat arah yang di tunjuk oleh Chika, lalu Bulan menganggukkan kepalanya.

Cukup lama mereka melaksanakan upacara bendera, karena kepala sekolah menyampaikan beberapa hal kepada siswa baru dan juga siswa kelas 2 dan kelas 3.

Setelah upacara bendera selesai, siswa baru diarahkan ke ruang aula untuk mendapatkan arahan selanjutnya.

Cukup lama siswa baru mendapatkan arahan, setelah selesai mereka berhamburan mencari kelas yang akan mereka tempati selama setahun ke depan.

Bulan pun berjalan dengan santai mencari ruang kelasnya, tidak begitu lama dia mendapat kelasnya.

"Ah ternyata aku kelas 1B," ucapnya sambil melangkahkan kakinya masuk dalam ruang kelas.

Saat Bulan masuk, dia melihat sekeliling. Melihat wajah-wajah baru, yang akan menjadi teman sekelasnya. 

Namun tanpa sengaja dia melihat seseorang yang menyapa nya di lapangan tadi.

Bulan melangkahkan kakinya ke arah bangku Chika yang duduk sendiri, "Kamu duduk sendirian?" Tanya Bulan.

"Iya, Bulan duduk sama Chika aja." Jawab Chika. Bulan tersenyum dan langsung duduk.

"Kamu gak bilang terima kasih sama aku?" Tanya Chika.

"Hah. Kenapa aku harus berterima kasih?" Tanya Bulan balik.

"Ya iyalah harus, aku sudah mempersilahkan dirimu duduk di sampingku." Ucap Chika ketus.

"Oooooh sorry. Terima kasih Chika sudah mengizinkan aku duduk di sampingmu." Ucap Bulan karena tak ingin memperpanjang masalah.

"Chika sepertinya anak yang baik dan ramah, namun dia tidak suka jika seseorang tidak berterima kasih kepadanya setelah di bantu," pikir Bulan.

Mereka berdua hanya berdiam, sambil melihat teman-teman mereka yang sangat ribut. 

Tak lama seorang guru masuk dalam kelas, kelas seketika hening.

Guru yang masuk ternyata wali kelas 1B. "Anak-anak saya adalah wali kelas kalian, nama Ibu Humairah.  Ibu juga mengajar di kelas ini dengan mata pelajaran Seni budaya." Kata Ibu Humairah. 

Wali kelas juga mengabsen kami semua, beliau juga menjelaskan sedikit mata pelajaran Seni budaya. 

"Hari ini cukup ini dulu, untuk ketua kelas ada yang bersedia?" Tanya Ibu Humairah.

Seketika kelas ribut mengusulkan siapa yang menjadi ketua kelas. Karena tidak mendapat jawaban pasti, Ibu Humairah menunjuk sendiri siswa yang akan menjadi ketua kelas 1B.

"Cukup anak-anak, cukup." Tegur Ibu Humairah. "Biar Ibu yang nunjuk siapa yang jadi ketua kelas, Zaka," sambungnya sambil menunjuk anak laki-laki yang duduk di pojok belakang.

"Kamu yang jadi ketua kelasnya, bagiamana?" Tanya Ibu, belum sempat Zaka menjawab namun teman-teman di kelas sudah menjawab duluan, sebagai perwakilan.

"Baik, kalau gitu silahkan kalian diskusikan siapa yang jadi wakil ketua kelas, sekertaris, dan bendahara kalian. Setelah selesai, laporkan ke Ibu di kantor. Zaka, Ini absen untuk kelas ini." Ucap Ibu Humairah sambil memberikan absen ke Zaka.

"Zaka, jangan lupa buat kelompok masing-masing kelompok ada 4 orang, Minggu depan ibu akan membagikan tugasnya. Cukup untuk hari ini sampai ketemu dipertemuan selanjutnya." Ucap ibu Humairah sambil berjalan ke luar kelas.

Serempak satu kelas berterima kasih kepada wali kelasnya.

Setelah Ibu Humairah keluar kelas, sekarang giliran ketua kelas mengajak teman-temannya untuk menentukan wali kelas, sekertaris dan bendahara.

Cukup lama mereka diskusi, ada yang memperhatikan ada juga yang tidak peduli siapa yang akan menentukan posisi itu.

"Wakil ketua kelas Yusuf Fattah, Sekertaris Delisha Malikha dam Bendahara Adelia Sakinah," ucap Zaka sang ketua kelas. 

"Untuk kelompok, diurutkan aja ya dari absen 1 sampai absen nomor 4 itu kelompok 1 dan seterusnya, sampai kelompok 5" tutur Zaka.

Sekelas setuju-setuju aja dengan apa yang di sampaikan oleh sang ketua kelas mereka.

Karena hari ini adalah hari pertama dan tidak ada jam pelajaran hanya perkenalan dengan guru yang masuk.

Tak terasa jam sudah menunjukkan pukul 15.00, pertanda jam pulang sekolah. Beberapa siswa berhamburan saat lonceng jam pulang berbunyi.

Namun berbeda dengan beberapa siswa di kelas 1B. Ada yang masih berkumpul membicarakan tentang tugas yang diberikan oleh guru mereka.

Bulan berkumpul dengan 3 orang lain teman sekelompok nya, dan dia juga satu kelompok dengan Chika.

Adel, Bulan, Chika, dan Delis. Mereka berempat satu kelompok sesuai dengan urutan absen.

Awalnya mereka cukup canggung karena belum begitu akrab, terlebih lagi Adel hanya diam tidak banyak bicara.

"Pulang yok, tugasnya juga masih Minggu depan," ajak Chika.

Tanpa menjawab Adek langsung berdiri dan beranjak pergi. Teman-temannya hanya melongo melihat tingkah Adel.

"Dia sangat sopan," ucap Delis.

"Sangat sopan," ucap Bulan dan Chika berbarengan yang berujung gelak tawa karena tak sengaja berbicara hal yang sama secara bersamaan.

Bulan yang sampai ke rumah segera membuat grup chat untuk mereka berempat.

Dengan ceria Delis menyapa teman-teman barunya, di grup chat kelompok seni budaya mereka.

"Hai, kawan-kawanku..." Sapa Delis.

"Yuhuuuuuuuuu," Chika pun mengirimkan pesan.

"Guys simpan nomor aku ya," pinta Bulan.

"Oke, udah aku save ko. Kapan-kapan kumpul berempat yok, aku pengen kita jadi temen," pesan Chika.

"Boleh boleh aku juga pengen kalian jadi temen dekatku," kata Bulan.

"Ayok kapan nih kita bisa ngumpul bareng?" Tanya Bulan.

"Tunggu kita dapat tugas aja gimana? Sekalian kumpul dan ngerjain tugas juga," ucap Delis.

"Oke deh," balas Bulan.

"Siap" balas Chika.

"Ko Adel cuma baca pesan sih, balas kek," pinta Chika ke Adel.

"Oke!" Balas Adel

"Cuek bener dah si Adel ini, gak heran kalau dia dijadikan bendahara, biar anak-anak gak pada nunggak," ucap Chika.

Bulan dan Delis hanya membalas dengan emoticon ketawa.

Tak ada lagi pesan di grup mereka. Itu membuat Bulan yang notabenenya anak tunggal merasa kesepian. Setiap hari dia harus tinggal sendiri di rumah karena Ayah dan Ibunya bekerja.

"Ngapain ya enaknya," gumamnya sendiri. "Tidur aja kali ya," sambungannya. Benar saja tak lama Bulan benar-benar terlelap.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!