cerita ini masih bersetting di Dunia Globus di sebuah benua besar yang bernama Fangkea .
Menceritakan tentang seorang anak manusia , dimana kedua orang tua nya di bunuh secara sadis dan kejam serta licik oleh sekelompok pendekar kultivator .
Trauma masa kecil , terbawa hingga usia remaja , yang membuahkan sebuah dendam kesumat .
Dalam pelarian nya , dia terpisah dari sang kakak sebagai pelindung satu satu nya .
Bagai manakah dia menapaki jalan nya dalam hidup sebatang kara dengan usia yang masih sangat belia .
Bisakah dia mengungkap motif pembunuhan kedua orang tua nya , serta mampu kah dia membalas dendam ? .
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Alvinoor, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Dara Cantik, tapi Pemarah.
Yu Ming Can sang pengemis muda itu, mengajak Cin Hai kesebuah rumah makan sederhana, yang berdiri di kota Sian Tao ini. Rumah makan yang banyak di naiki oleh para pelanggan sederhana, bahkan ada beberapa orang pengemis yang terlihat makan di tempat itu.
Ternyata rumah makan itu milik pek I Kai Pang (perkumpulan pengemis baju putih), dimana masyarakat kecil, banyak yang makan di rumah makan itu. Tetapi meskipun rumah makan itu milik pek I Kai Pang, tetapi di kelola oleh seorang masyarakat yang di percaya oleh perkumpulan itu, dan di kelola secara profesional yang menjaga kebersihan.
Cin Hai tanpa ragu ragu, memesan makanan yang di sediakan di rumah makan itu, tentu saja dengan harga yang miring.
Ketika Cin Hai dan Yu Ming Can sedang asik makan, tiba tiba dari luar, masuk seorang kakek tua dan seorang dara cantik, yang kira kira cucu nya.
"Kek!, meja ini kosong kek, kita duduk di sini saja ya" kata gadis cantik, dengan rambut di ikat di kiri kanan kepala nya, mirip tanduk, namun membuat paras dara itu menjadi semakin imut saja.
"Nalina, duduk yang sopan, dan jangan buat gara gara!" ucap laki laki tua itu pada cucu perempuan nya. Yang dia panggil Nalina itu.
"Ist kakek, Lina kan tidak berbuat macam macam kek" ujar gadis itu sambil menghempaskan pantat nya di kursi.
Melihat rambut dara itu yang di ikat di kanan kiri kepala nya, Cin Hai teringat dengan kambing hutan yang sering mengejar nya dulu sewaktu kecil, sehingga dia secara tidak sadar, tertawa sendiri sambil menatap kearah dara cantik itu.
Secara kebetulan, dara itupun menatap kearah Cin Hai yang duduk di dekat meja mereka. Karena saat itu Cin Hai sedang tertawa, spontan saja, dara itu berdiri dengan wajah merah padam, menatap beringas kearah Cin Hai.
"Hei jelek!, kau menertawai apa?, kau kira kau paling tampan heh?, dasar jelek!, jelek!" kata dara itu sambil berdiri berkacak pinggang menatap kearah Cin Hai.
Cin Hai kembali teringat masa kecil nya, mengejek kambing, malah membuat kambing itu semakin marah saja. Akhirnya kambing itu malah mengejar diri nya.
Akhirnya, saat menatap dara cantik yang marah itu, namun pikiran nya teringat pada masa kecil nya dahulu, membuat tawa Cin Hai pecah berderai.
"Sialan, pemuda tengik, pemuda bau, pemuda jelek, sinting, orang marah malah ketawa geli, memang nya aku itu lucu kah?" terdengar Omelan dari data itu panjang pendek tidak karuan.
"He he he he, maaf siocia, saya tidak bermaksud mengetawai siocia, sungguh siocia, saya cuma teringat masa kecil saya yang pernah diuber sama seekor kambing" ucap Cin Hai sambil kembali tertawa.
Ternyata penjelasan dari Cin Hai itu, bukan nya membuat amarah dara itu reda, tetapi malah semakin menjadi jadi saja.
"Sialan, pemuda kurang ajar, jadi kau menyamakan aku dengan kambing kah, tunggu, akan ku hajar mulut mu yang kurang ajar itu" ucap dara itu sambil berdiri dan melangkah kearah meja Cin Hai.
"Nalina!, duduk!,,, dan jangan buat masalah lagi!" terdengar bentakan nyaring dari laki laki tua tadi.
Sejenak wajah dara itu terlihat ragu ragu bercampur kecewa, lalu duduk sambil menghentakkan kaki nya ke lantai.
"Huuuh, kakek!, dia menertawai aku kek, dia membayangkan aku sama dengan kambing, aku ingin menghajar mulut busuk nya itu kek!" ujar dara itu lagi sambil duduk merenggut gusar.
"Sudah!, sudah!, sudah Lina, kambing, kambing, kalau kambing cantik, nggak papa kan, paling banyak juga yang suka he he he he" sang kakek membujuk cucu nya itu, tetapi sekaligus ikut menggoda nya.
"Ist kakek, kambing tetap kambing kek, aku ini bukan kambing kek, meskipun kambing cantik, tetap aku tidak mau, aku lebih cantik dari kambing kek" ujar dara itu cemberut, sambil menundukkan kepala nya dalam dalam.
Cin Hai bangkit berdiri, lalu membungkuk kearah kakek dan cucu itu, "maafkan aku kek, aku tidak bermaksud menertawakan cucu kakek ini, cucumu ini tentu saja tidak bisa dibandingkan dengan kambing kek, dia imut seperti kelinci salju" ucap Cin Hai bermaksud menghibur dara itu, dan menyatakan permintaan maaf nya yang dalam.
Tidak tahu nya, ucapan nya tadi justru memicu kemarahan dari data itu yang semula mulai mereda, kini kumat lagi.
"Keeeek, dasar laki laki sialan dia kek, tadi kambing, sekarang kelinci, entah nanti bisa bisa gajah kek, ijinkan aku memberikan pelajaran kepada pemuda sialan ini kek!" seru dara bernama Nalina itu marah.
"Pelajaran?, pelajaran apa?, pelajaran jadi suami istri?, nah kalau itu kakek setuju sekali, kalian memang pantas menjadi suami istri, cocok!, cocok!, ayo ayo mulai pelajaran nya!" ucap kakek tua itu sambil bertepuk tangan, seperti seorang tua pikun.
"Ist kakek!, aku tidak sudi jadi istri rubah seperti itu kek, aku cuma mau memberi pelajaran pada mulut nya itu" ujar dara itu lagi.
"Nah!, nah!, apa lagi itu nak, pelajaran mulut itu memang harus nikah dulu kalian, baru boleh saling sosor, sekarang belum boleh, belum!, belum!, belum boleh!" ujar kakek itu sambil mengangguk anggukkan kepalanya, seolah olah, ucapan nya sangat serius sekali.
Akhirnya dara itu cuma terdiam sambil menatap kearah Cin Hai yang sedang asik makan sambil tersenyum senyum dan sesekali melirik kearah dara pemarah itu.
Melihat kelakuan Cin Hai, dara itu semakin marah, hatinya serasa diejek oleh Cin Hai, namun kalau dia ngomel, kakek nya akan semakin menggoda nya. Sehingga dia cuma bisa mempelototkan matanya kearah Cin Hai saja.
Cin Hai sendiri asik makan dengan Yu Ming Can, tanpa memperdulikan kelakuan Nalina lagi.
Baru saja makanan pesanan kakek tua itu tiba di meja mereka, dari arah pintu, masuk lagi seorang kakek tua, kali ini dengan seorang pemuda sebaya dengan Cin Hai.
Pemuda ini mengenakan jubah berwarna merah marun, dengan hiasan warna hitam.
Setelah melihat kesekeliling beberapa saat, laki laki tua yang baru datang itupun berjalan kearah meja Nalina dan kakek nya
"Saudara Uday Chan!, rupanya kau dan cucu mu pergi juga ya?" tanya laki laki tua yang baru datang itu.
"Yuma Chong, ini cucu ku bersikeras ingin melihat Thien Giok yang katanya jatuh di gunung Thien Shan itu, sebenar nya aku malas, tetapi dia bersikeras mengajak aku pergi kesana" ujar kakek Uday Chan, kakek nya Nalina.
Pemuda yang baru datang bersama kakek nya itu. Nampak sangat bersemangat sekali, ketika matanya melihat ke arah Nalina.
"Adik Nalina, rupanya kau dan kakek Uday jadi juga pergi ke gunung Thien Shan itu ya?" tanya pemuda berambut panjang, di kuncir kebelakang itu.
"Iya kakak Ban Jian, aku yang mengajak kakek ku, aku cuma ingin melihat, peristiwa besar yang bakal terjadi kelak di Gunung Thien Shan itu" jawab Nalina dengan wajah yang masih cemberut.
"Hei adik Lina, kenapa wajah mu cemberut begitu?" tanya pemuda bernama Bu Ban Jian itu.
"Aku sebel, pemuda tengil itu mengatasi aku kambing" ujar Nalina merengut.
"Apa?, kau secantik ini di Katai kambing?, kurang ajar. Katakan siapa dia?, biar ku hajar wajah nya hingga babak belur" ujar pemuda Bu Ban Jian dengan suara yang sengaja dikeraskan nya, sehingga semua pasang mata menatap kearah nya. Pemuda congkak itu nampak sekali sedang mencari perhatian dari gadis bernama Nalina itu. Sehingga sok hebat di depan dara cantik itu.
Sambil makan, Cin Hai melihat pemuda itu memiliki tingkat kultivasi yang cukup bagus, yakni berada di ranah Ksatria tingkat menengah, sedangkan dara cantik nan pemarah tadi berada di ranah Ksatria tingkat awal.
Sementara kedua laki laki tua itu, kedua nya sama sama berada di ranah Alam Brahmana tingkat menengah.
...****************...