Samantha diusir oleh ayah nya karena menolak pria yang dijodohkan oleh ayah nya,dia pergi kesebuhan kota dan tinggal disana untuk menunjukan pada ayah nya jika dia bisa bertahan hidup tanpa bantuan ayahnya.pada suatu malam Samantha menemukan seorang bayi laki-laki didepan rumah nya.
Karena iba Samantha memungut bayi itu dan berjuang membesarkan nya.tiga tahun kemudian Samantha kembali memungut seseorang didepan rumah nya.
Kali ini bukan bayi laki-laki,tapi seorang pria tampan yang hilang ingatan.siapa kah laki-laki itu?
Dan bagaimana perjuangan Samantha mempertahan kan bayi itu saat kedua orang tua sang anak kembali untuk meminta anak nya kembali?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Reni Juli, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Tertarik
Hari itu Samantha sedang bekerja di Cafe dan dia baru saja kembali dari mengantar minuman untuk tamu Cafe itu.
Pada saat dia kembali, sahabatnya meminta bantuannya untuk mengantar minuman karena dia juga ingin mengantar minuman untuk tamu lainnya.
"Sam, tolong kau antarkan minuman ini untuk ruangan nomor lima belas." pinta sahabatnya Amber.
Samantha mengangguk dan segera meraih nampan yang berisi botol minuman yang disodorkan oleh Amber.
Dicafe itu tersedia ruang private yang menghadap kearah laut agar para tamu dapat menikmati matahari tenggelam.
Tidak hanya para turis yang datang ketempat itu tapi kadang-kadang para pengusaha juga datang kesana untuk melakukan transaksi.
Samantha menaiki anak tangga dengan hati-hati, dia tidak ingin beberapa botol minuman yang dibawanya jatuh dan membuatnya harus malu dan ganti rugi.
Dia berjalan melewati ruangan yang terasa sunyi untuk sampai diruangan nomor lima belas.
Ruang privat disana dirancang kedap suara agar tidak ada yang bisa menguping dari luar pembicaraan orang yang berada didalamnya.
Didepan ruangan nomor lima belas tampak dua orang pria memakai jas hitam dan kaca mata hitam sedang berdiri tegak menjaga pintu ruangan itu.
"Ada perlu apa nona?" tanya penjaga itu.
"Aku pegawai Cafe ingin mengantar minuman." Jawabnya.
"Periksa dia!" Perintah salah seorang pria itu.
"Tolong ya jangan mempersulit saya, saya cuma ingin mengantar minuman ini."
Kata Samantha sambil menyodorkan beberapa botol minuman yang dibawanya didepan kedua pria itu sedangkan kedua pria itu melihat Samantha dari atas sampai kebawah.
Kedua pria itu saling pandang dan kemudian pria satunya memutar handle pintu dan mempersilahkannya untuk masuk kedalam.
"Cih....orang gila mana yang memakai penjaga didepan pintu." desisnya dalam hati.
Samantha masuk kedalam ruangan itu dan didalam sana, tampak para pria tertawa dan menikmati minuman yang sudah tersedia terlebih dahulu.
Tanpa banyak bicara Samantha meletakkan minuman yang dibawanya di atas meja karena dia juga masih banyak pekerjaan.
"Silahkan nikmati minuman tuan-tuan." Katanya singkat.
Setelah itu dia hendak berbalik meninggalkan ruangan itu tapi seorang pria menahan tangannya.
"Nona, bagaimana jika menemani kami minum?" pinta pria yang menahan tangan nya tadi.
"Maaf tuan. Ini hanya cafe dan bukan club malam." jawabnya dengan tegas.
Pria itu tertawa dan masih menahan tangannya walaupun Samantha berusaha menarik tangannya.
"Pelayan Cafe juga bisa menemani kami."
"Aku hanya pengantar minuman tuan dan tolong lepaskan tangan saya!" pinta Samantha dan dia sudah tampak kesal.
"Kau sangat cantik, aku akan membayarmu dua kali lipat dari gajimu jika kau mau menemaniku." kata pria itu lagi.
Samantha mengepalkan tangannya, sungguh ingin rasanya dia memukul pria itu tapi dia harus menahannya karena bagaimanapun dia harus bersikap sopan kepada tamu.
"Terima kasih atas kebaikan tuan, tapi percayalah, tidak semua wanita bisa dibeli dengan uang dan aku tidak sudi menemani anda walaupun anda akan membayar saya dengan harga tinggi jadi silahkan simpan uang tuan baik-baik dan lepaskan tangan saya karena saya harus kembali bekerja." pinta Samantha dan dia masih bersikap sesopan mungkin.
"Jangan munafik nona, semua wanita pasti suka dengan uang." kata pria itu lagi menghina.
Samantha memejamkan matanya sejenak dan menarik nafasnya untuk menahan emosinya.
"Tuan, memang semua orang sangat suka dengan uang. Jujur saya juga suka dengan uang tapi saya mendapatkannya tidak dengan cara seperti yang tuan kira."
Jhon Smith yang sedang duduk membelakangi para pria itu langsung tertarik mendengarnya, pria itu memutar kursinya dan begitu kaget melihat wanita yang sedang berusaha menolak permintaan anak buahnya.
Tidak dia sangka wanita yang dia lihat malam itu bekerja dicafe itu.
"Karena itu nona, layanilah kami maka kami akan memberikanmu banyak uang." kata salah seorang pria disana.
Samantha mengepalkan tangannya dan kesabarannya sungguh sudah habis karena pria itu sudah diluar batas.
"Saya sudah berusaha sopan dengan anda tuan, jadi jangan salahkan saya jika sampai berbuat tidak sopan." katanya dengan tajam.
Para Pria disana tertawa terbahak-bahak mendengar perkataan Samantha, memangnya apa yang bisa dilakukan pelayan itu?
"Lepaskan dia."
Terdengar suara pria yang sedari tadi menatap tajam kearahnya.
Pria yang sedang memegang tangan Samantha langsung melepaskan tangannya dan tampak ketakutan, dia langsung patuh dan tidak ada yang berani bersuara didalam ruangan itu.
Samantha merasa heran, hanya dengan satu kata dari pria itu saja sudah membuat semua orang yang berada disana kelihatan ketakutan .
Tapi itu bukan menjadi urusannya karena sekarang dia sudah bisa pergi tanpa harus memukul mereka satu persatu.
"Terima kasih atas kebaikan tuan." ucapnya dengan sopan dan setelah itu, Samantha segera keluar dari ruangan itu.
Jhon melihat kepergiannya dengan senyum diwajahnya, sejak kejadian malam itu dia benar-benar tertarik dengan Samantha, bahkan dia tidak menyangka akan bertemu dengan wanita itu disana.
"Benar-benar wanita yang menarik." kata pria itu dalam hati
Samantha menggerutu kesal, untung saja pria tadi mau melepaskannya jika tidak, dia akan menghajar orang-orang disana satu persatu sampai babak belur.
Mereka terlalu meremehkan wanita, itulah sebabnya dia mempelajari karate untuk melindungi dirinya karena dia benci dengan pria hidung belang.
"Sam..ponselmu berbunyi sedari tadi." Amber memberitahukannya saat dia sudah berada dibawah.
"Terima kasih." jawabnya.
Samantha segera mengambil ponselnya yang dia letakkan dilaci yang memang untuk para karyawan dicafe itu.
Dia segera menghubungi orang yang menghubunginya yang adalah bibi Anne pengasuh Edward.
"Bibi Ann, ada apa?" tanyanya saat sambungan ponselnya telah di jawab oleh Anne
"Sam...segeralah pulang." terdengar suara Anne yang begitu kawatir.
"Ada apa?" tanyanya dengan perasaan cemas.
"Sam...Edward, badan Edward begitu panas. Aku khawatir dengan keadaanya jadi segeralah pulang." jawab bibi Ann.
Samantha langsung kaget mendengarnya, ada apa dengan Edward?
"Bibi Ann, tolong bawa Edward kerumah sakit. Aku akan segera pulang dan menyusul." pintanya dengan cepat.
Bibi Ann mengikuti permintaannya dan segera membawa Edward kerumah sakit saat sambungan ponselnya telah dimatikan sedangkan Samantha segera berlari keatas untuk menemui manajer tempat itu.
Dia harus meminta ijin pada manajernya untuk pulang lebih cepat.
Dia melewati para pria yang berada diruangan tadi yang hendak pergi dari cafe itu. Dia berlari dengan terburu-buru tanpa memperdulikan mereka.
Jhon menghentikan langkahnya sejenak saat melihat Samantha berlari dengan terburu-buru melewatinya.
"Ada apa master?" tanya asisten pribadinya.
Tidak biasanya pria itu harus menghentikan langkahnya untuk melihat seorang wanita.
Jhon hanya diam saja dan setelah itu, dia kembali melangkah untuk meninggalkan tempat itu.
not i'm promise