"Jangan bunuh aku, tidaaaaak."
Crassss.
Kepala jatuh menggelinding dari anak nya ketua kampung yang baru menikah, sejak saat itu setiap malam purnama maka akan selalu ada korban yang jatuh, banyak nya korban dengan bentuk sama membuat wanita sakti bernama Purnama juga di curigai oleh banyak orang.
Benarkah bila Purnama si wanita ular kembali di jalan yang sesat?
Benarkah bila kata orang dia kembali kejalan sesat untuk menyempurnakan ilmu nya?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon novita jungkook, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 5. Kecemasan Zidan
"Mayaaat, ada mayat di sana!"
Sarto yang bekerja sebagai penyapu jalanan berteriak kencang karena saat sedang menyapu malah menemukan kepala seotang pria dengan mata terbeliak, karuan saja membuat dia berteriak memanggil para teman teman nya untuk melihat, sontak semua jadi kaget melihat mayat pasangan yang tergeletak di bawah pohon rindang.
Kematian yang sama persis dengan anak nya Pak Lurah membuat orang bertanya tanya dengan hati yang sangat takut, mungkin saja pembunuh nya adalah orang yang sama. apa lagi polisi memang saat itu belum menemukan pembunuh misterius, banyak yang mengatakan ini memang pelaku yang sama dengan pembunuh nua Sandi dan Rea.
Apa lagi yang mati sama sama pasangan, hanya beda nya pasangan masih pacaran dan Sandi sudah pasangan sah. mungkin kah pembunuh tidak suka bila ada orang yang bahagia, maka dia membunuh setiap orang. apa lagi malam yang di pilih juga sangat mencolok, yaitu saat bulan penuh atau biasa di sebut bulan Purnama.
Orang tua Doni yang tidak lain adalah juragan kambing jadi histeris melihat keadaan anak nya, punggung habis di cacah hingga organ dalam saja juga nampak dari atah belakang. semua nya masih utuh kecuali jantung nya yang hilang, begitu juga tubuh nya Sarti yang sudah tidak punya jantung lagi.
Sarto yang tadi sudah lemas karena melihat kepala Doni, kini jadi pingsan seketika setelah tau bahwa Sarti adik nya juga menjadi korban pembunuhan ini. adik satu satu nya harus mati di tangan penjahat yang sama sekali tidak bisa di selidiki identitas nya, polisi saja tidak bisa menemukan dia walau sudah di bayar.
"Anak kuuuu, huhuuuu anak ku." isak Bu Anjar menangisi Doni.
"Pelaku nya pasti sama dengan yang membunuh Sandi, cara mati nya juga sama." Pak Lurah ingat dengan kematian sang anak sebulan yang lalu.
"Ya allah kenapa orang itu begitu tega membunuh anak ku?!" pekik Bu Anjar memeluk kepala nya Doni.
"Malam purnama penuh dia juga di bunuh, bukan kah saat itu Sandi di bunuh saat purnama ya, Pak." juragan kambing berkata pada Pak Lurah.
"Benar, dia begitu licik karena pasti sedang bersekutu dengan setan." geram Pak Lurah.
"Pak Lurah mungkin saja benar, karena dia membunuh di malam yang sama dan cara membunuh nya juga sama." sahut Rizal yang ada di sana juga.
"Ku rasa ini ulah nya dukun yang ingin memperdalam ilmu." celetuk Mus asal tebak saja.
"Kau jangan sembarangan bicara, nanti yang berprofesi sebagai dukun akan tersinggung." Rizal mencubit tangan teman nya ini.
"Mari kita bawa pulang kerumah masing masing, dan ini para warga tolong bawa jenazah nya Sarti karena Sarto masih pingsan." pinta Pak Lurah mengusap air mata nya.
Orang tua ini kembali ingat dengan nasib putra nya yang meninggal begitu juga, kini rasa curiga mulai bersemayam dalam hati siapa pun karena memang ini sangat janggal pembunuhan nya. taman dalam keadaan ramai, tapi sama sekali tidak ada yang dengar teriakan mereka berdua.
Sama hal nya dengan Sandi saat itu, banyak orang main kartu tapi sama sekali tidak dengar pengantin baru berteriak. mustahil pula bila mereka tidak menjerit saat di bunuh, karena pasti nya kesakitan saat senjata menggorok leher mereka.
"Ada apa kok ramai begini ya, Pak?" Zidan yang kebetulan lewat bertanya.
"Ini loh ada kasus pembunuhan lagi kayak anak saya, Mas!" Pak Lurah mendekati Zidan.
"Inalillahi, kapan kejadian nya?" kaget Zidan karena dia tidak tau.
"Seperti nya tadi malam saat bulan purnama, Mas." jawab Pak Lurah memperhatikan wajah nya Zidan.
"Ya sudah kalau begitu saya pulang dulu, setelah itu baru melayat." pamit Zidan terburu buru.
"Ah iya, hati hati di jalan." Pak Lurah masih tetap ramah.
Namun dia tdi sempat memperhatikan wajah nya Zidan yang agak kaget ketika dia menyebut malam purnama, mungkin saja dia tau akan sesuatu yang berhubungan pada istri nya yang bernama Purnama juga.
Ucapan dukun Marto yang mengatakan bahwa Purnama dan adik nya bukan orang biasa itu mulai merasuk dalam pikiran, apa lagi Pak Lurah ini adalah orang lama. Ayah dia sepantaran dengan Bu Laras Ibu nya Purnama, sehingga cerita lama desa ini dia tau semua nya.
"Akan ku cari tau semua nya." tekad Pak Lurah.
Dalam hati dia akan mencari bukti bahwa Purnama apa kah memang pelaku nya atau bukan, dulu desas desus nya Purnama adalah iblis yang sangat jahat. sudah bukan rahasia lagi bahwa wanita itu sering berhubungan dengan hal ghaib, tapi sejauh ini untuk menolong orang.
...****************...
Zidan turun dari motor dan segera berganti baju karena ingin melayat tetangga nya yang meninggal, Arya juga melihat ipar nya yang tergesa gesa jadi curiga dan mengikuti untuk bertanya tentang apa yang sudah terjadi, sebab Zidan sangat tergesa gesa seolah ada yang mengejar nya.
"Mau kemana, Mas?" Purnama sudah bertanya duluan sambil membawa donat buatan nya sendiri.
"Ada yang meninggal, Sayang! kematian nya sama seperti anak Pak Lurah, di malam bulan purnama juga." jawab Zidan mengambil satu donat.
"Siapa, Mas?" Arya juga penasaran dan bertanya, tak lupa ikut mencicip donat buatan Kakak nya.
"Sarti sama Doni, mereka di bunuh di taman tadi malam." ujar Zidan mengambil peci.
"Ya sudah aku ganti baju juga kalau begitu." Arya segera pergi.
"Sayang."
Purnama menoleh ketika Zidan memanggil nya yang mau ganti baju juga, karena Purnama mau melayat kematian dua sejoli itu. tapi karena di panggil suami, maka dia pun mengurungkan niat nya.
"Dua pasangan meninggal di malam bulan purnama, kok aku cemas ya." Zidan punya firasat tidak bagus.
"Lah memang nya kenapa? kalau pun mereka di bunuh, apa hubungan sama kita." Purnama heran dengan ucapan Zidan.
"Entah lah, aku merasa tidak nyaman." Zidan bingung dengan hati nya.
"Kamu takut aku kena tuduh karena mereka meninggal saat malam purnama?" Purnama bisa membaca pikiran suami nya.
"Kayak nya aku mikir gitu deh, apa lagi orang tua zaman tragedi kamu dulu kan masih ada. aku takut bila mereka malah mereka menuduh mu." Zidan mengakui.
"Akan ku bantai orang yang berani menuduh adik ku!" sambar Maharani.
"Sekarang belum ada, Kak! aku cuma cemas saja." Zidan meluruskan.
Purnama paham dengan perasaan suami nya yang cemas, lagi pula kenapa juga orang ini harus membunuh di malam pertama dan mengambil jantung nya. dulu Purnama memakan jeroan manusia, saat belum di asuh oleh Bu Laras
atau jangan² ini ulahnya pak lurah lagi
dan yg pasti,slah 1 d antara mreka adlh plakunya...