Badai besar dalam keluarga Cokro terjadi karena Pramudya yang merupakan putra pertama dari keluarga Cokro Tidak sengaja menodai kekasih adiknya sendiri, yaitu Larasati.
Larasati yang sadar bahwa dirinya sudah tidak suci lagi kalut dan berusaha bunuh diri, namun di tengah usahanya untuk bunuh diri, ia di kejutkan dengan kenyataan bahwa dirinya sedang hamil.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Ayuning dianti, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
angkringan
Gadis yang masih yang masih kelas 3 SMP itu berjalan masuk ke dalam salah satu gedung.
Entah kemana satpam, hingga Laras bisa masuk ke dalam dan menyita perhatian ibu ibu yang sedang sibuk membuat rokok kretek.
Gedung gedung besar yang berjajar itu tentu saja menyita perhatian Laras, karena ayahnya selalu melarangnya untuk masuk ke gedung gedung itu, dan hanya boleh membiarkannya bermain main di sekitar kantor, Laras semakin penasaran saja, apa yang sesungguhnya di lakukan para pekerja di dalam.
Dari kejauhan akhirnya seorang mandor berlari ke arah Laras,
" maaf dek.. jangan bermain disini ya?" ujar si mandor perempuan gedung C.
Laras diam, tak menjawab, wajahnya terlihat kebingungan dan takut.
" Dia dengan saya, kami tidak akan menganggu, jadi silahkan lanjutkan pekerjaan ibu," terdengar suara seorang pemuda berjalan mendekat, sehingga Laras dan mandor itu mencari asal suara.
" Maaf mas Pramudya, saya minta maaf saya tidak tau," ujar si mandor dengan raut wajah yang sontak berubah.
Meskipun masih begitu muda, namun nama Pramudya sudah di kenal sebagai anak pemilik pabrik yang bisa bekerja dengan baik.
Bahkan sejak masih SMA setelah pulang sekolah Pramudya selalu menghabiskan waktunya di kantor papanya untuk belajar mengurus ini dan itu, ikut berkeliling dan langsung terjun melihat kinerja para pekerja.
Semua orang mengenal Pram muda dengan penuh kekaguman,
tampan, cerdas, berwibawa, dan yang terpenting Pram adalah sosok yang rendah hati,
Dia tidak segan untuk berbincang pada pekerja pabrik,
bahkan dia sering sekali berkeliling saat jam makan siang, demi bisa melihat apa yang di makan oleh para pekerja.
Bukannya mereka tidak tau kalau pemilik pabrik mempunyai dua orang putra,
Namun keramahan dan kepedulian Pram tidak di miliki oleh elang.
Mungkin karena Elang tidak di wajibkan belajar dan terjun langsung seperti Pram, jadi Elang terkesan acuh.
Ia pernah beberapa kali ke pabrik, ikut berkeliling, namun terlihat jelas ketidak ketertarikan nya pada dunia bisnis.
" Ini Laras, putri dari pak Suryo sekertaris papa,
mungkin Laras penasaran apa yang di lakukan ibu ibu di dalam gedung, jadi dia masuk.." jelas Pram pada mandor perempuan itu.
" iya mas Pramudya, saya minta maaf karena tidak mengenali putri pak Suryo.."
" tidak apa apa Bu, sekarang ibu boleh kembali bekerja.." Pram mengulas senyum secukupnya.
Melihat senyum Pram, mandor itu segera berjalan kembali ke para pekerja yang jumlahnya ratusan itu.
" Om Suryo mencarimu, katanya kau harus pulang untuk les bahasa Inggris mu," Pram menatap Laras yang wajahnya sedikit takut itu.
" Jangan bilang ke ayah kalau aku masuk ke pabrik ya mas?" Laras memohon, bahkan tangan kanannya Manarik lengan baju Pram.
Pram tidak menjawab, namun ia menarik lengan Laras dan mengajak Laras untuk keluar dari gedung C.
Setelah melewati pintu gedung, Pram berbalik dan menatap Laras, tangannya terulur ke kepala Laras dan membelainya pelan.
" lain kali, kalau mau jalan jalan panggil aku, jangan berjalan jalan sendiri.
Pabrik ini luas, banyak orang asing, bagaimana kalau kau tersesat? Bagaimana jika kau bertemu dengan orang yang tidak bertanggung jawab?
pekerja disini tidak hanya ibu ibu.. Gedung gedung lainnya berisi pekerja laki laki..
Bagaimana jika kau tadi salah masuk ke kesana?" Pram menatap Laras teduh, ia menarik tangannya dan mencubit pipi Laras,
" untuk kali ini akan kurahasiakan dari om Suryo, tapi kalau kau ulangi lagi akan ku adukan tanpa pikir panjang.. Mengerti?" Pram melempar senyum manisnya.
Laras ikut tersenyum, dan mengangguk,
" tapi aku tidak mau les bahasa inggris, tolong bilang pada ayah?" ujar Laras lagi lagi menarik lengan Pram dengan manja.
" Ehh.. Belajarlah yang rajin ras.."
" guruku galak sekali.. Aku malas belajar dengannya, pokoknya aku malas mas??" rengek Laras,
" kau bukan anak SD Laras.. Itu semua bagian dari proses belajar yang harus kau terima,
tidak semua hal berjalan sesuai dengan keinganmu.."
mendengar itu Laras tertunduk sedih, rautnya muram,
Melihat itu Pram menghela nafas,
" ya sudah, akan kusampaikan.. Nanti jika om Suryo sudah tidak sibuk,
Sekarang kita kembali dulu ya?"
Laras menggeleng pelan,
" lho?" Pram mengerutkan dahi, ia menatap Laras yang hanya setinggi dadanya itu.
" Laras antar pulang saja.. Kalau ayah yang antar, nanti Laras langsung di turunkan di rumah guru itu.."
" ras.. Mas ada kuliah sore ini, tidak bisa antar Laras..
lagi pula mas kan sudah bilang, nanti mas sampaikan ke ayahmu, bertahan saja untuk hari ini.."
Laras lagi lagi menggeleng,
" mas ini harus kuliah,"
" kan bisa antar Laras dulu??" lagi lagi bajunya di tarik oleh Laras.
Pram terdiam sejenak,
" berhentilah menarik bajuku dan merengek ras.." ujar pram menahan rasa gemasnya.
___
Malam ini terasa menyenangkan untuk Pram, istrinya yang baru saja lulus SMA itu duduk tenang disampingnya, dengan mulutnya yang mengunyah makanan sejak tadi.
" enak?" tanya Pram saat melihat Laras begitu lahap memakan beberapa varian sate di angkringan.
Laras mengangguk,
" katanya tadi mau yang berkuah?"
" aku berubah pikiran setelah melihat angkringan ini,"
" kau sering kesini?"
" beberapa kali,"
" dengan Elang?"
Laras terdiam, tidak menjawab.
Pram sadar, kalau seharusnya ia tidak bertanya,
sejujurnya begini saja ia sudah senang,
Meski beberapa orang yang juga duduk di angkringan sedang memandangi mereka.
Tentu saja, sedan mewah Pram terparkir disamping jalan raya,
Apalagi penampilan Pram yang santai tapi cukup menarik perhatian itu.
Belum lagi Laras yang masih begitu muda, dengan perutnya yang besar itu.
Pram sengaja meminta kursi kayu, karena tidak mungkin ia mengijinkan Laras untuk duduk di bawah.
Untung juga ia memakaikan jaket untuk Laras.
" Jangan banyak banyak.. Tidak baik.." ujar Pram pelan,
" aku menurutimu karena takut anakku ngiler saja.." imbuh Pram membuat Laras menatapnya,
" orang sepertimu percaya mitos?"
" bu Yati yang bilang, apa salah nya berjaga jaga..
Kalau bukan Bu Yati yang menasehatiku lalu siapa? mamaku sudah tidak ada..
andai ada mama, maka aku akan mudah bertanya tentang segala hal tentang kehamilanmu.." jelas Pram.
Raut wajah Laras sedikit berubah mendengar itu,
" mau kau namai siapa anak kita?"
Deg..
Pram terhenyak dengan pertanyaan Laras yang tiba tiba.
Dan lagi, ia menyebut anak dalam perutnya adalah anaknya dan Pram.
Tentu saja, itu sudah jelas, namun Pram tetap saja tidak menyangka dengan apa yang terlontar dari mulut Laras.
" Nanti kau akan tau jika mereka sudah lahir, atau.. Kau mau memberi nama untuk mereka?" wajah Pram terlihat senang.
Laras menggeleng,
" kau saja mas, kalau aku yang menamai mereka, akan lebih sulit bagiku untuk pergi nanti,
Jadi..
Lebih baik aku tidak tau sampai aku pergi,"
Deg..
Kali ini rasa pedih menusuk nusuk hati Pram, rasa bahagia yang beberapa menit lalu ia rasakan, seakan sirna mendengar ucapan Laras.
langsung main todong aja si bapak nih
apalagi bininya pake acara yg terencana hanya demi anak keduanya si Elang
heran sama modelan orang tua gini