Nia tak pernah menduga jika ia akan menikah di usia 20 tahun. Menikah dengan seorang duda yang usianya 2 kali lipat darinya, 40 tahun.
Namun, ia tak bisa menolak saat sang ayah tiri sudah menerima lamaran dari kedua orang tua pria tersebut.
Seperti apa wajahnya? Siapa pria yang akan dinikahi? Nia sama sekali tak tahu, ia hanya pasrah dan menuruti apa yang diinginkan oleh sang ayah tiri.
Mengapa aku yang harus menikah? Mengapa bukan kakak tirinya yang usianya sudah 27 tahun? Pertanyaan itu yang ada di pikiran Nia. Namun, sedikit pun ia tak berani melontarkannya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon m anha, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Lamaran
Faris Safaraz seorang CEO yang sangat tertutup. Ia paling tak suka jika kehidupan pribadinya di pertanyakan dan ada yang mencoba menggagu, ia selalu menjaga jarak khususnya dari seorang wanita.
Jika dulu Faris dikenal dengan orang yang sangat ramah, tidak untuk saat ini. Saat ini ia dikenal sebagai sosok yang dingin, cuek dan juga kejam. Seorang Faris tak akan segan-segan menghancurkan orang yang berani bersinggungan dengannya, tak pandang bulu. Baik itu perusahaan besar atau perusahaan kecil begitupun dengan para karyawannya, jika ada yang melakukan kesalahan ia tak akan mentolorir, kata pecat akan langsung diucapkan padanya, membuat orang-orang yang ada di kantornya yang bekerja bersama dengan mereka sangat takut akan hal itu. Mereka bahkan tak berani bersitatap dengan pemimpin mereka itu, jika bisa mereka tak ingin terlihat di hadapannya.
Seperti itulah Faris di perusahaannya, semua sangat takut dan hormat padanya.
Sifat itu sudah dikenal di kalangan para pebisnis maupun relasinya. Sangat berbeda saat 10 tahun yang lalu, saat usianya masih di bawah 30 tahun, dia adalah sosok yang sangat ramah. Namun, sebuah kejadian mengubah segalanya, di mana ia melihat dengan mata kepalanya sendiri istri yang sangat dicintainya bermain cinta dengan pria lain. Hal itu merupakan pukulan telak dalam hidupnya, jika ia tak mencintai istrinya, dia tak akan sesakit itu. Namun, faktanya istrinya adalah hidupnya, membuat ia sangat sakit dan tak bisa menerima hal itu.
Dulu, ia hidup bahagia bersama dengan tiga orang anaknya. Namun, ternyata 2 anak pertamanya bukanlah darah dagingnya, fakta itu semakin membuatnya terpukul, dari sejak awal pernikahan mereka, istrinya sudah berselingkuh dan ia sama sekali tak mengetahui itu. Mereka menikah di usia Faris yang masih berusia 23 tahun, selama itu ia tak tahu dan menganggap istrinya sangat mencintainya seperti ia mencintai istrinya.
Kehidupan mereka sangat bahagia hingga bayi ketiga mereka lahir, bayi yang berjenis kelamin perempuan.
Faris mengetahui perselingkuhannya saat putri kecilnya itu berusia 4 bulan membuat putri kecilnya itu harus direlakannya ikut bersama dengan ibunya saat mereka bercerai dan dari ketiga anaknya, hanya putri bungsunya itulah yang memiliki darah yang sama dengannya.
Kenyataan pahit itu ditelannya selama bertahun-tahun, ia menyibukkan diri dengan pekerjaan untuk melupakan semuanya, rasa benci dan kekesalannya masih memuncak untuk mantan istrinya. Namun, ia masih menemuinya karena mereka masih memiliki anak, ia masih memberi nafkah untuk anaknya begitupun dengan mantan istrinya itu. Namun, sebuah kejadian kembali membuatnya merasa terpukul di mana putri semata wayangnya juga meninggal dunia di usia 5 tahun. Semua itu sungguh sangat membuat Faris yang dulu memiliki keluarga bahagia berbalik 180 derajat menjadi sendiri dan kesepian. Beruntung ia tak lari pada minuman-minuman keras, pada obat-obatan. Faris lebih memilih untuk menenangkan dirinya dengan menunaikan ibadah. Ia hampir setahun lebih setelah kejadian meninggalnya putrinya itu tinggal di kota yang menjadi menjadi pusat umat muslim, Kota Mekah.
Dikota Mekah, sanalah dia mencoba menenangkan diri dan melupakan semua apa yang terjadi dalam kehidupannya dan menganggap semua itu adalah ujian. Setelah terbebas dari semuanya, Faris kembali dan jadilah dia seperti saat ini, sosoknya benar-benar berubah dari yang sebelumnya.
Faris yang sedang sibuk di ruang kerjanya, yang berada di ruangan samping kamarnya itu, menghentikan aktivitasnya mengumpulkan file-file penting yang akan dibawanya ke kantor, Saat ayahnya masuk.
Faris melihat ayahnya sambil masih membereskan berkas yang sudah disiapkannya.
"Ada apa, Ayah?" tanyanya.
"Ayah ingin bicara padamu, duduklah dulu," ucap Septian meminta putranya untuk duduk di sofa yang ada di ruang kerja putranya itu. Faris pun menurut dan duduk di sofa single yang ada di depan ayahnya, menatap ayahnya dan siap mendengarkan apa yang ingin dikatakan oleh ayahnya.
Faris bisa melihat dari raut wajah ayahnya, jika ayahnya itu datang untuk membahas hal penting dengannya.
"Ada apa Ayah kemari? Apa ada hal penting?" tanya Faris lagi yang sudah dari tadi ayahnya hanya diam tanpa mengeluarkan sepatah kata pun.
Septian menghela nafas dan melihat ke arah putranya. "Apa kau ingin mengabulkan permintaan, Ayah?" tanya Septian dengan ragu.
"Ayah ini berkata apa, tentu saja katakan apa yang Ayah inginkan," ucap Faris masih tak mengalihkan pandangannya dari ayahnya.
"Ayah ingin kamu menikah," ucapnya membuat Faris yang tadinya sedikit mencondongkan tubuhnya ke arah ayahnya sambil duduk di sofa kini menghela nafas dan bersandar dengan jengah.
"Sudahlah, Ayah. Berhenti menjodohkan ku seperti itu, aku sudah bilang aku tak mau menikah lagi, untuk apa aku menikah jika harus tersakiti dengan wanita."
"Ayah hanya ingin melihat kamu bahagia, Nak."
"Ayah ingin memberikan kebahagiaan padaku, tapi hanya penderitaan yang mereka berikan, itulah wanita," kesalnya.
Salah satu yang membuatkanya kesal saat Ayahnya selalu memintanya untuk menikah, menikah dan menikah. Tapi, trauma masa lalunya seolah menjadi momok yang menakutkan untuk Faris. Pernah sekali ia mencoba untuk menerima perjodohan ayahnya. Namun, setelah Faris menyelidiki terlebih dahulu, wanita itu ternyata wanita tak ada bedanya dengan mantan istrinya. Sering pergi bersama dengan laki-laki lain saat tak ada jadwal bertemu dengan dirinya, sungguh murahan.
"Ayah hanya ingin yang terbaik untukmu, Nak dan kali ini Ayah yakin pilihan Ayah pasti tepat, cobalah temui dulu wanita itu, jika memang setelah menemuinya kamu tak menyukainya, Ayah akan menuruti apapun yang kau inginkan, jika memang kamu merasa wanita itu tak cocok untuk menjadi calon istrimu, kamu bisa menolaknya.
Mendengar permintaan ayahnya, Faris pun menyetujuinya dan mereka akan pergi siang nanti ke rumah Seno. Sesuai dengan janji mereka, Faris yang tadinya ingin ke kantor mengurungkan niatnya dan memilih mengikuti ayahnya.
Siang hari mereka pun bersandang ke rumah Nia dan begitu mereka datang, mereka langsung dipersilahkan untuk duduk di ruang tamu dan mereka langsung membahas maksud dan tujuan mereka datang. Sebelum mengambil keputusan yang akan mereka ambil, Intan meminta Nia untuk mengajak Faris ke taman belakang agar mereka bisa saling berbincang dan keputusan akan diambil sesuai dengan keputusan mereka setelah mereka berbincang nantinya.
"Ayo kita ke belakang," ucapnya menunduk kemudian berjalan lebih dulu meninggalkan ruang tamu menuju ke pintu samping. Mereka akan pergi ke taman belakang.
Faris ikut berdiri dan menyusulnya, walau sebenarnya ia sama sekali tak ada niat untuk menikah. Namun, melihat Nia yang terlihat begitu tenang dan juga cantik membuat Faris ingin mengenal sosoknya dan melihat terlebih dahulu. Ia pun mengikutinya dan berjalan menuju ke taman belakang.